20 Tahun Reformasi Indonesia menurut Kacamata OMK

0
631 views
OMK SIJAMBU sedang bersukacita dalam Temu Akbar OMK Sijambu. (Ist)

ERA reformasi Indonesia sudah berjalan 20 tahun lamanya sejak tahun 1998. Reformasi 98 merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia memiliki The Spirit of Change Agents dalam diri orang muda. Gagasan dan pergerakan orang muda kala itu, berhasil membuntangkan bangsa Indonesia dalam tabir era orde baru.

Gerakan yang dibangun oleh orang muda berhasil diperjuangkan dalam lingkup teritorial dan bermuara pada tumbangnya Narapati. Falsafah orang muda pada Reformasi 98 mengandung asa untuk luruhnya KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). Reformasi 98 merupakan kisah monumental bangsa Indonesia sekaligus prolog bagi generasi muda untuk menahkodai bahtera ibu pertiwi.

Kaum muda di Indonesia memiliki sejarah panjang dalam memperjuangkan kepentingan mahajana. Peristiwa 98 merupakan salah satu bukti bahwa kaum muda memiliki nyala pelita yang berbinar-binar. Bahkan, perjalanan sebelum negeri Indonesia merdeka pun telah melalui ikrar yang bergema Sumpah Pemuda.

19 OMK berani menembus tantangan alam untuk sekedar merayakan Paskah di kawasan pedalaman Stasi St. Stefanus Villa Masin, Kabupaten OKUT, Sumsel.

Spirit orang muda adalah roh bagi tegaknya Ibu Pertiwi. Maka, tak heran bahwa orang muda sering disebut agent of change. Semangat dan pergerakan orang tua dapat memberikan ispirasi bagi orang muda, tetapi semangat dan pergerakan orang muda dapat menggetarkan dunia ini.

Dalam bermasyarakat,  kaum muda memiliki pengaruh yang besar, aspirasi dan ekspektasi orang muda seringkali menjadi awal harkat hidup kemajemukan masyarakat. Cara hidup orang muda juga sering menjadi barometer cara hidup bangsa. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang muda memiliki kontrol sosial yang besar terhadap peradaban manusia.

Sudah 20 tahun

Kini, reformasi telah memasuki usia yang ke 20, usia di mana seorang remaja diharapkan mulai dapat menentukan arah hidupnya. 20 tahun adalah waktu yang cukup kenyang untuk mempelajari esensi perjuangan kaum muda dalam memberikan perubahan bagi kehidupan bangsa dan negara.

20 tahun merupakan usia yang cukup katam bagi negeri ini didalam merefleksikan Peristiwa 98 khususnya kaum muda.

Peristiwa 98 hingga kini memberikan inspirasi bagi semua insan muda di bumi Ibu Pertiwi. Di dalam Gereja katolik, Peristiwa 98 diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi kaum muda katolik dalam membangun ikrar perjuangan serta memberikan kontribusi bagi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Hal ini ditunjukkan di Nota Pastoral tahun 2009 bertema “Orang Muda Katolik Menggugah Dunia”.

Guyuran hujan tak surutkan langkah OMK Nesleu kunjungi umat paroki pinggiran. (Komsos Keuskupan Atambua/Romo Ino Berek)

Dalam Nota Pastoral 2009 no. 10  disampaikan seperti ini. “Dalam diri para muda tersimpan segala energi untuk mengubah tatanan dunia menuju suatu idealisme demi kebaikan semua orang. Kemapanan semu menggelisahkan orang muda dan memunculkan keprihatinan yang kemudian melahirkan keterlibatan. Sejarah Indonesia mencatat nama-nama penggugat kemapanan yang tidak mencerminkan keadilan dan kebenaran, misalnya pada tahun 1998 mahasiswa turun ke jalan, berdemonstrasi menggugat kemapanan semu Orde Baru dan melahirkan Orde Reformasi”.

Semangat Pro Ecclesia et Patria

Semangat perjuangan Reformasi 98 serta dikukuhkannya nota pastoral tersebut menuntun orang muda katolik kepada paradigma yang baru yaitu “100% Katolik, 100% Indonesia”. Semangat yang awalnya digemakan oleh Mgr. Albertus Soegijapranata SJ yang berasaskan rasa cinta beliau kepada bangsa Indonesia kemudian muncullah statement ketetapan hati  Pro Ecclesia et Patria.

Pernyataan diejawantahkan sebagai penyatuan antara tindakan dan kemurnian hati untuk sepenuhnya mencintai Ibu Pertiwi dan sepenuhnya mencintai Gereja.

Di era globalisasi ini, Pro Ecclesia et Patria bukan hanya sekadar statement atau pun slogan belaka, namun menjadi sebuah paradigma yang kian terkandung dalam jiwa orang muda katolik.

Adanya paradigma tersebut diharapkan di dalam tataran kehidupan orang muda dapat menciptakan habitus baru yang dapat memberikan impact revelan dan signifikan bagi masyarakat luas. Peran serta kaum muda Katolik sangat diharap-nantikan oleh Ibu Pertiwi dalam membangun dinamika kehidupan masyarakat Indonesia yang mahardika dan penuh kebahagiaan.

Paradigma Pro Ecclesia et Patria yang ditariskan dengan adanya Nota Pastoral 2009 diharapkan dapat menjiwai dan memberikan spirit bagi orang muda katolik untuk bangun dan terlibat dalam masyarakat luas, menggereja dan menunjung tinggi nilai nasionalisme.

Adanya paradigma tersebut Diharapkan orang muda bergerak aktif dengan segala kompetensi, iman dan ketulusan hati yang dimiliki.

Keterlibatan orang muda katolik di masyarakat dalam mengaktualisasi paradigma Pro Ecclesia et Patria menjadi hal yang paten untuk dijalankan. Terlebih dengan dikukuhkannya Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2016-2020 yang berbunyi “Membangun Gereja yang Inklusif, Inovatif, dan Transformatif demi terwujudnya peradaban kasih di Indonesia dalam wajah kerahiman Allah”.

OMK Ngering menjaga lahan parkir ketika saudara-saudara muslim tengah melaukan sembahyang Sholat Ied. (Laurentius Sukamta)

Orang Muda Katolik perlu untuk merenungkan kembali dan memaknai 20 tahun Reformasi Indonesia dengan ketekunan iman dan aksi yang kongkrit di masyarakat. Diawali dengan perhatian pada lingkup masyarakat luas yang kemudian diikuti dengan keterbukaan untuk berkecimpung dalam kehidupan masyarakat.

Esensi iman kristiani perlu untuk diaktualisasi ke lingkup yang lebih luas dengan berlandaskan kasih.

Keterlibatan OMK

Keterlibatan Orang Muda Katolik sangat dibutuhkan dalam masyarakat saat ini, untuk memberikan respon positif demi kukuh-tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengalaman iman, pengajaran, tradisi kehidupan gerejani sangat dibutuhkan bangsa ini demi terciptanya perdamaian sejati.

Jangan sampai Orang Muda Katolik terlena dengan keindahan kegiatan kelompok, mempersiapkan program kegiatan tahunan dalam program kerja OMK, merangkai anyam-anyaman lagu paduan suara gereja, dan kegiatan seremonial OMK yang kemudian mendengar namun tak merespon situasi di luar Gereja.

Pada akhirnya pula, Orang Muda Katolik hanya bisa mendoakan dan harap-harap cemas atas kondisi yang terjadi di masyarakat luas. Ibu Pertiwi membutuhkan Orang Muda Katolik untuk memberikan dampak langsung, kongkret dan berkesinambungan dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dan saat ini adalah saat yang tak bisa diulur lagi untuk mengimplementasikan makna penghayatan iman kristiani di masyarakat luas. Peran serta Orang Muda Katolik, semangat dan militansinya merupakan pelabur bagi tegaknya kedamaian sejati di nusa Ibu Pertiwi.

Segenap OMK peserta program pembentukan pribadi kristiani melalui Retret Kepemimpinan di Rumah Khalwat Tegalaya, Denpasar.

Saatnya Orang Muda Katolik mencengkeram pedati mengimplementasi Nota Pastoral 2009 no. 52 yang berbunyi:  “Dalam situasi seperti ini, orang muda diundang untuk aktif mengubah dan menggerakkan kehidupan masyarakat menuju tatanan dunia yang adil dan damai. Dengan demikian orang muda ikut serta dalam karya Kristus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini. Karena itu tidak dapat tidak orang muda mesti berperan serta dalam perjuangan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran serta melestarikan keutuhan ciptaan. Keterlibatan pada masyarakat ini menjadi perwujudan dari imannya”.

Dengan hidup dan berperan aktif dalam masyarakat luas, terlibat, memberikan respon positif terhadap dinamika masyarakat luas, merupakan devosi yang sesungguhnya. dengan membawa salib di setiap jemari dibumbui dengan karya interaktif bagi masyarakat luas merupakan karya dan esensi ekaristi.

Implementasi Injil dalam 5 roti dan 2 ikan dalam sabda “Kamu harus beri mereka makan” perlu kita hidupi dalam memberikan respon, aksi, dan uluran tangan kebersamaan, dalam membangun tataran hidup masyarakat berbangsa dan bernegara.

Salam Pro Ecclesia et Patria.

Delanggu – Klaten, 21 Mei 2018

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here