38 Katekumen Ditandai Minyak Lambang Pengudusan

0
1,236 views
Ilustrasi: Katekumen ditandai dengan minyak di telapak tangannya. (Louren EP)

TIGA PULUH DELAPAN Katekumen, terdiri dari tigapuluh empat dewasa dan empat remaja mendapatkan tanda di telapak tanggannya dengan minyak katekumen (oleum catechumenorium) oleh Romo Antonius Antara Pr, 26 Januari 2019, di Gereja Ibu Teresa Cikarang Bekasi. Mereka dipersiapkan dan dikuatkan untuk menerima sakramen Baptis pada tahun ini.

“Tanda ini lambang untuk memperoleh pengudusan yang membuatnya sanggup dan semakin percaya kepada Allah, berharap kepada Nya. Membuat hidup dibawah bimbingan dan dorongan Roh Kudus. Juga para Katekumen semakin mengenal Yesus sehingga siap menjadi murid-muridnya dengan masuk sebagai anggota resmi Gereja Katolik Ibu Teresa Paroki Cikarang Ujar” Romo Antara.

Kitab Suci juga menegaskan simbolisme rohani dari minyak. Dalam Mazmur 23:5 kita dapati, “Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak,” menggambarkan kemurahan dan kekuatan dari Tuhan; dan Mazmur 45:8, “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu,” menggambarkan perutusan istimewa dari Tuhan dan sukacita menjadi hamba-Nya. “Diurapi” oleh Tuhan menyatakan bahwa seorang menerima suatu panggilan khusus dari Tuhan dan kuasa Roh Kudus untuk menunaikan panggilan itu. Yesus, dengan menggemakan kata-kata Yesaya, bersabda, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku” (Luk 4:18). St Paulus menegaskan point ini, “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2Kor 1:21). Sebab itu, simbolisme minyak adalah berlimpah pengudusan, penyembuhan, pemberian kekuatan, tanda perkenanan, dedikasi, penyerahan diri dan kurban.

Paroki Ibu Teresa Cikarang bagian dari Paroki Keusukupan Agung Jakarta yang berdiri pada tanggal 25 Januari 2004, dengan jumlah umat 9.454 jiwa dan 54 lingkungan berdasarkan statistik tahun 2017.

Paroki Ibu Teresa Cikarang dulu hanyalah sebuah Stasi yang bernama Stasi St. Hendrikus sebagai pemekaran dari Paroki St. Arnoldus – Bekasi. Pada tahun 1990-an umat semakin bertambah jumlahnya karena adanya baptisan baru (kelompok keturunan Tionghoa) dari penduduk sekitar Cikarang kota, di samping semakin banyaknya pendatang yang mengadu nasibnya di bumi Cikarang. Umat Katolik pada awalnya merayakan Ekaristi di samping Bioskop Mini Cikarang dengan segala fasilitas yang minim. Keadaan yang serba minim itu tidak memadamkan semangat hidup menggereja umat beriman di bawah bimbingan Romo-romo SVD dari Paroki St. Arnoldus – Bekasi.

Namun sayang ketentraman dan kedamaian beribadah umat Stasi 1125 jiwa (9 lingkungan) tersebut berakhir dengan adanya kerusuhan bulan Mei 1998. Seperti Tenda Abraham, tempat ibadah umat Stasi pun berpindah dari Bioskop Mini ke Gedung Global – Lippo Cikarang. Dalam situasi yang serba kekurangan dan umat semakin sulit menjangkau lokasi Misa diselenggarakan, tetapi Tuhan tetap berkarya melalui para aktivisnya mengumpulkan semakin banyak umat beriman Katolik di bumi Cikarang.

Pada awal tahun 2001, Stasi Hendrikus berkembang dengan 15 lingkungannya (2.100 Jiwa) kembali mengalami pengalaman nomaden, hidup berpindah lagi karena Gedung Global akan dipakai sebagai rumah sakit. Karena kebaikan hati dari Yayasan Trinitas, tempat ibadahnya dipindahkan ke belakang sekolah Katolik Trinitas. Tempat ibadah yang sederhana berupa bedeng dengan bangunan kecil untuk Sakristi.

Perziarahan dan perjuangan umat Paroki Ibu Teresa masih tetap berlangsung sampai saat ini. Umat Paroki Ibu Teresa berusaha semakin membumi lewat berbagai karya kerasulan dalam hidup menggereja dan merakyatnya.

Masyarakat yang notabene adalah masyarakat Sunda-Betawi yang baik hati, mudah bergaul, mereka terpinggirkan karena industrialisasi, kurang pendidikan dan tingkat kesehatan yang minim. Paroki Ibu Teresa didirikan bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk membawa keselamatan bagi umat beriman dan sesama manusia khususnya orang miskin dan papa.

Selain memperhatikan hidup menggerejanya, umat Paroki juga sadar akan perutusannya yaitu kehadiran umat atau Gereja menjadi rahmat bagi masyarakat sekitarnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here