60 Tahun CM, Tarekat Sekulir Compagnia Missionaria del Sacro Cuore (1)

0
1,023 views
Sdri. Mudji bersama para romo SCJ dan anggota Dehonian Family di Roma. (Ist)

DALAM rangka syukur atas 60 tahun kehadirannya sebagai tarekat sekulir, para anggota CM Indonesia merayakan perayaan syukur pada Sabtu (20/1/2018) di Gedung Serba Guna Sint Louis, Palembang.

Dengan mengambil tema: “Menghidupi Persekutuan dan Perutusan dengan Hati Terbuka dan Penuh Belaskasih”, para anggota CM merayakan syukur atas kehadiran serikat mereka.

Singkatan CM ini berbeda dari singkatan CM (Congregatio Missionis) pada kongregasi para imam Lazaris. Namun singkatan CM menunjuk pada Tarekat Sekulir Compagnia Missionaria del Sacro Cuore (Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus) yang beranggotakan para puteri yang mempersembahkan diri melalui tiga kaul, sebagaimana diucapkan oleh para rohaniwan-rohaniwati.

Perayaan syukur dirangkai dalam Ekaristi yang dipimpin oleh Romo L. Rakidi Pr (Pastor Paroki St Yoseph Palembang), didampingi oleh Rm Titus Waris Widodo SCJ (Wakil Provinsial SCJ) dan Romo Agus Setyoaji SCJ (Koordinator Komisi Komunitas Awam Dehonian).

Turut hadir pula umat lingkungan St Christoforus, lingkungan Ignatius Loyola, anggota Dehonian Family, sejumlah kerabat CM dan undangan lainnya.

Proficiat, 60 tahun CM. (Ist)

Misionaris di banyak negara 

Barangkali nama ini masih terdengar asing di telinga umat Katolik di Indonesia karena memang kehadirannya di Indonesia masih relatif baru. Demikian juga dengan anggotanya yang belum banyak dan tersebar di beberapa wilayah, seperti Jakarta, Bandung dan Palembang.

Di dunia, serikat ini tersebar di tujuh negara: Italia, Portugal, Mozambique, Argentina, Chile, Guinea Bissau, dan Indonesia.

Sebagai tarekat sekulir, para anggotanya mengikrarkan tiga kaul (Kemurnian, Kemiskinan, Ketaatan) sama seperti para suster lainnya. Namun mereka bukanlah “suster” sebagaimana masyarakat kita mengenalnya. Kalau masyarakat umumnya mengenal para suster melalui cara hidup berkomunitasnya, pakaian biaranya yang khas, dan karya-karyanya, namun tidak demikian dengan para anggota CM.

60 tahun CM.

Panggilan “Kak” atau “Ibu”

Para anggota CM tidak dipanggil dengan sebutan “suster”, walau dalam praktiknya ada umat yang memanggil dengan sebutan “Suster”. Maka umat bisa memanggil mereka sesuai dengan kebiasaan setempat.

Ada yang memanggil dengan sebutan “ibu’, “mbak”, “kak” atau sebutan lain yang serupa.

Para anggota CM tidak mengenakan pakaian yang khusus seperti para biarawati. Namun, para anggota CM dapat memilih satu cara hidup dari tiga pilihan: hidup sendiri, hidup bersama keluarga, atau hidup dalam komunitas persaudaraan.

Untuk di Indonesia, anggota-anggotanya memilih yang pertama dan kedua. Tarekat ini tidak memiliki karya khusus, sehingga karyanya adalah sesuai dengan profesi masing-masing dari tiap anggotanya.

Mereka bekerja sebagaimana masyarakat pada umumnya.

Hal ini pula yang disinggung oleh Romo Rakidi dalam homilinya.

Tidak waras?

Mendasarkan diri pada Injil yang mengisahkan bahwa Yesus dikatakan sebagai orang yang tidak waras, dengan sedikit bergurau Romo  Rakidi menyatakan bahwa sering kali anggota CM dianggap sebagai religius yang ‘tidak waras’.

Mengapa? Karena mereka hadir tanpa identitas yang jelas, tidak berjubah dan sering tidak dianggap oleh kelompok-kelompok kategorial dalam Gereja. 

CM dan spiritualitasnya

Tarekat ini didirikan pada 25 Desember 1957 oleh Pater Albino Elegante SCJ di Bologna, Italia. Anggotanya terdiri dari dua kelompok.

  • Kelompok pertama yakni Para Misionaris Puteri yang mengikrarkan ketiga kaul (Kemurnian, Kemiskinan dan Ketaatan).
  • Dan kelompok kedua yakni mereka yang tetap berstatus sebagai kaum awam, entah menikah atau tidak, namun menghayati Spiritualitas Tarekat Sekulir CM.

Misteri lambung Yesus yang ditikam dan mengeluarkan air dan darah menjadi sumber hidup batin dan misi para anggota CM (Statuta No. 1). Bersumber dari permenungan mendalam akan Injil Yohanes 19:37 yang berbunyi: “Mereka akan memandang Dia yang telah mereka tikam”, para anggota CM ini mendasarkan hidup spiritualitasnya.

Melalui permenungan mendalam dan dalam ikatan mesra dengan Hati Kudus Yesus itulah para anggota CM digerakkan untuk memberikan diri secara total kepada cinta kasih Allah. Mereka berusaha untuk berkarya tanpa pamrih bagi keselamatan dan kesejahteraan sesama dengan didasari oleh keyakinan akan cinta kasih Ilahi yang mampu mengubah hati manusia dan masyarakat.

MIsa syukur atas perayaan 60 tahun CM. (Ist)

Status tarekat kepausan

Tarekat Sekulir Misionaris Hati Kudus Yesus ini mendapat status Kepausan pada 12 Mei 1994.

Dekrit pengesahan diberikan di Roma pada Hari Raya Hati Kudus Yesus 10 Juni 1994.

Sebagai misionaris, para anggota CM adalah teman seperjalanan Kristus dalam mewartakan Kabar gembira dan sekaligus menghadirkan diri untuk menjadi teman dan sahabat bagi sesama khususnya mereka yang kurang mendapatkan perhatian dari keluarga, sesama, dan lingkungannya. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here