Artikel Kesehatan: Eliminasi Dengue (Demam Berdarah-DB)

0
690 views
Vaksin demam berdarah (Ilustrasi/Kuala Lumpur Post)

SAAT ini terjadi peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Mrs. Melinda Gates, filantropis atau dermawan dari USA saat mengunjungi Yogyakarta pada Jumat, 24 Maret 2017, mengingatkan kita akan mimpi besar untuk membasmi Dengue.

Apa yang perlu dicermati?

Tim Eliminate Dengue Project (EDP) Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta mengadakan penelitian WMP (World Mosquito Program) tentang DBD yang memasuki tahap akhir pada tahun 2019 ini.

Penelitian ini sangat kental dengan nuansa keterlibatan masyarakat, yaitu memanfaatkan nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia. Nyamuk yang sudah dikembangbiakkan di insektarium kemudian dilepaskan di habitat alaminya dengan persetujuan masyarakat setempat. Caranya adalah kesediaan menjadi orang tua asuh nyamuk, dengan mengijinkan dititipi ember di rumah mereka.

Penyebaran nyamuk Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia telah dimulai di Dusun Jomblangan, Banguntapan, Bantul DIY Senin, 8 Desember 2014. Kunjungan Mrs. Melinda Gates ke kantor EDP Yogyakarta, menunjukkan dukungan penuhnya akan projek besar terkait persaingan alami antara bakteri dan virus di dalam tubuh nyamuk.

‘Eliminate Dengue Indonesia’ adalah program penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan didanai oleh Yayasan Tahija (Tahija Foundation) dan Bill & Melinda Foundation. 

Wolbachia adalah salah satu bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan artropoda seperti nyamuk. Infeksi bakteri Wolbachia pada hewan akan menyebabkan proses patogenesis atau terjadinya sel telur yang tidak dapat dibuahi, kematian pada hewan jantan, dan feminisasi atau perubahan nyamuk jantan menjadi betina.

Artikel Kesehatan: Dengue dalam Era JKN

Bakteri Wolbachia ini merupakan bakteri alami yang biasa terdapat di dalam tubuh nyamuk lokal dan telah terbukti mampu menghambat pertumbuhan virus Dengue, di dalam tubuh nyamuk.

Eliminasi sebuah penyakit menular, seperti DBD, sebenarnya paling baik dilakukan dengan vaksinasi massal. Vaksin Dengue sudah diteliti sejak tahun 1940 oleh Sabin dan Schlesinger, untuk menemukan bentuk virus yang sudah dilemahkan sebagai bahan dasar vaksin (live attenuated vaccine).

Vaksin dengue pertama, Dengvaxia® (CYD-TDV) yang diproduksi oleh industri farmasi Sanofi Pasteur, pertama kali terdaftar di Meksiko pada bulan Desember 2015.

CYD-TDV adalah vaksin rekombinan tetravalen dari virus dengue hidup, yang telah diteliti dengan pemberian 3 dosis pada jadwal 0, 6, dan 12 bulan, dalam uji klinis Tahap III. CYD-TDV ini telah terdaftar untuk digunakan pada kelompok usia 9-45 tahun yang tinggal di daerah endemik Dengue.

Indonesia telah menjadi salah satu negara yang berpartisipasi dalam uji klinis vaksin Dengue dan Dengvaxia® sudah mendapatkan izin edar dari Badan POM pada tahun 2016 lalu. Harga yang masih relatif mahal dan tidak terbukti efektif pada anak balita, kelompok usia yang paling rentan menderita DBD, sehingga vaksin ini belum dapat diberikan secara massal.

 3M

Pengendalian vektor nyamuk telah menjadi strategi kunci untuk mengendalikan atau mencegah penularan virus dengue. Strategi yang dikenal dengan 3M ini meliputi mencegah nyamuk bertelur di habitatnya dengan manajemen dan modifikasi lingkungan.

Caranya dengan membuang sampah dengan benar dan menghapus habitat nyamuk buatan manusia yang meliputi mengosongkan dan membersihkan wadah penyimpanan air rumah tangga setiap pekan, penggunaan insektisida yang tepat pada wadah penyimpanan air di luar ruangan, menggunakan perlindungan rumah tangga seperti jendela bertirai, pakaian lengan panjang, dan insektisida.

Selain itu, juga meningkatkan partisipasi dan mobilisasi warga masyarakat untuk pengendalian vektor berkelanjutan, penyemprotan insektisida selama terjadi wabah sebagai salah satu langkah kontrol vektor darurat, dan pengawasan aktif terhadap vektor nyamuk.

Tindakan lain untuk eliminasi Dengue telah dicoba oleh Kementrian Kesehatan Brazil, seperti laporan kantor berita AFP Januri 2014, dengan mengembang biakkan sejumlah besar nyamuk Aedes agypti hasil rekayasa genetik, untuk membantu menghentikan penyebaran DBD.

Projek ini mengalihkan fokus eliminasi, bukan dengan vaksinasi, tetapi kepada program untuk mengendalikan pertumbuhan nyamuk. Nyamuk jantan yang dimodifikasi secara genetik dalam jumlah besar, telah dilepaskan ke alam bebas untuk kawin dengan nyamuk betina.

Keturunan mereka, diprediksi tidak akan berkembang hingga dewasa, sehingga akan mengurangi populasi nyamuk sebesar 90% dalam 6 bulan. Hal ini berdasarkan penelitian di bagian timur negara bagian Bahia, Brazil.

Dr. Maithripala Sirisena, Menteri Kesehatan Sri Lanka seperti dikutip kantor berita Antara Maret 2015,  melibatkan 10.000 orang tentara nasional untuk tergabung dalam sebuah operasi pembersihan genangan air. Dalam kampanye nasional 3M di Sri Lanka ini, tentara wajib membantu masyarakat secara rutin, untuk menemukan dan membersihkan tempat yang dapat menimbulkan genangan air.

Selain itu, semua sekolah secara serentak juga diwajibkan untuk menggunakan waktu selama 1 jam pada hari Jumat, untuk membersihkan areal sekolah mereka. Genangan air dan jentik nyamuk Aedes Agypti, harus dilenyapkan.

Eliminasi terbaik untuk penyakit infeksi seperti DBD, sebenarnya adalah vaksinasi massal, bukan modifikasi vektor yang menyebarkan penyakit, yaitu nyamuk Aedes Agypti.

Oleh karena vaksinasi Dengue belum juga terbukti cukup berhasil, maka banyak cara lain cukup layak untuk ditempuh. Bakteri Walbochia yang dikembangkan EDP dan FK UGM Yogyakarta, diharapkan menjadi salah satu cara mewujudkan mimpi besar dalam proses panjang eliminasi Dengue.

Kita semua, meskipun tidak harus menjadi seorang filantropis sekaliber seperti Mrs. Melinda Gates atau Bapak Tahija, memegang peran penting dalam mengatasi kesulitan eliminasi Dengue, yang masih saja terjadi.

Sudahkah Anda terlibat membantu?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here