Asian Youth Day ke-7, Memandang yang Tak Terlihat dan Mendengar yang Tak Terdengar

0
424 views
Opening mass of the 7th Asian Youth Day 2017. (Mathias Hariyadi)

AKU Bonaventura Randy. Bukan siapa-siapa di Asian Youth Day ke-7 (AYD7) ini. Hanya seorang yang bermain dengan imajinasi lalu menuangkannya pada kertas digital dengan palet warna di komputer.  Tergabung dalam divisi Logo & Themesong AYD7 membuatku sangat tersanjung. Yah, karena memang aku merasa bukan pelukis jempolan atau desainer kawakan. Aku hanya penikmat gradasi warna dan komposisi lekuk grafis, pun tidak datang dari yang paling handal apalagi profesional. Namun sebuah kepercayaan disematkan untuk bergabung di AYD7. Heran, kaget, tak percaya, namun bahagia dan bersyukur. Hanya itu yang mampu kubisikkan pada Yesus, sang idola hidupku.

Awalnya aku kira hanya menjadi bagian pengulik warna dan bentuk visual saja, ternyata syukurku semakin membuncah ketika Romo menghendaki menembus batas kenyamanan di bidang nada dan suara. Aku terlibat lagi lebih dalam pada bagian themesong dan album, hingga puncaknya pada main event yang kembali bertugas untuk mengiringi musisi-musisi handal bernama Joy! Band.

Aku bertanya “Hey Yesus!! aku bukan siapa-siapa? Kenapa aku dipercaya?” Selain rasa syukur, kekhawatiran dan ketidakpercayaan pada diri ikut mencuat dalam hati kecil. Aku selalu bertanya pada Yesus, mampukah menjadi bagian dari orang-orang hebat ini? Aku hanya anak kemarin sore yang bahkan berjalanpun masih harus digandeng. Aku ini siapa?

Namun makin bertanya, aku makin gundah gulana. Makin kuat pula rasa di hati menjawab tantangan yang diberikan. Kubawa semua dalam doa sederhana, “Yesus, aku percaya ini semua kehendak-Mu, aku yakin Engkau memang memilihku”. Kulakukan semua dengan hati gembira, riang ceria, dan semangat membara.

Semuanya berakhir, semuanya telah selesai. Malam ini pun terasa sepi dan sunyi, dimana aku sedang menggoreskan tinta untuk sebuah catatatan kecil, ditemani secangkir kopi pahit khas Flores Bajawa dengan ceriping singkong hasil bumi Pulau Jawa. Aku tuliskan kenangan di hati, yang mungkin orang-orang bilang ini sebuah refleksi.

Mendengar lebih dalam

Asin Youth Day ternyata tak hanya memberi euphoria semata. Ia ajarkanku melihat lebih tajam dan mendengar lebih dalam. Aku dipaksa secara positif melihat yang tak terlihat sebelumnya dan mendengar yang belum pernah terdengar. Aku belajar hal baru tentang dunia grafis dan bidang pengolahan nada-nada manis nan dinamis. Aku mempelajari ilmu baru, berkambang, dan merasakan dampak perubahannya.

Aku pun paham dalam dinamika yang sungguh luar biasa ini, tentang arti sebuah keberagaman. Multikultural yang sesungguhnya. Bukan hanya tentang suku, ras, golongan, dan agama yang selama ini kupahami. Multikultur lebih luas dari sekadar SARA. Mungkin saja tak terbatas hanya pada interpretasi manusia. Aku, kamu dan mereka yang satu agama, suku, golongan dan ras saja, mungkin memiliki multikultural tersendiri yang membedakan kita. Ibarat dua gelas susu murni berwarna putih yang mungkin saja terlihat sama namun jelas memiliki perbedaan walau tipis. Namun bukankan perbedaan ini yang menjadikan kita dan dunia lebih indah?

Aku menemukan keberagaman yang indah itu di AYD7. Seperti komposisi warna pelangi yang membentuk objek cantik di kala senja, layaknya rangkaian irama dan nada merdu nan harmoni pada lantunan tembang senandung senja. Ternyata kita tak harus sama, karena kita memang tak mungkin sama. Namun bersatu dalam perbedaan, mungkin akan terasa lebih tenteram dan nyaman.

Akhirnya, aku melihat yang tak terlihat dan mendengar yang tak terdengar. Menemukan keindahan dalam keberagaman yang tak terbatas, yang aku sendiri tak paham dimana ujung ruang perbedaan itu. Tak perlulah kucari ujungnya, selayaknya kusyukuri saja adanya. Manusia memang berbeda, dan itulah keindahannya.

Saat ini aku makin yakin dan paham, bahwa aku sangat membutuhkan orang lain. Aku tak mampu berjalan sendirian. Aku masih bukan siapa-siapa tanpa romo, frater, suster, bruder, bapak, ibu, dan seluruh sahabat yang juga saudaraku. Keberagaman ternyata melengkapiku yang terbatas ini agar mampu memunculkan potensi terbaik bagi keberhasilan semuanya, pun sebaliknya.

Asian Youth Day 7 telah di ujung senja, aku tak mau terjebak lama dalam nostalgia yang membuat gila. Biarkan rasa itu bersemayam dan membuat perubahan bagi kehidupan pribadi-pribadi Bangsa Indonesia, yang lebih sempurna. Khususnya kita semua yang terlibat di AYD7 Yogyakarta, Indonesia. Asian Youth Day Jos! Indonesia Jos!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here