Ateisme tidak pernah ada

1
2,898 views

Saya pernah mempunyai teman berasal dari salah satu negara sosialis komunis. Beberapa kali dia menyatakan dirinya sebagai seorang ateis. Keluarga besarnya menganut Katolik tetapi ia tidak pernah menganut sebuah agama. Terlepas dari pernyataannya seperti itu, saya melihat dirinya sebagai orang baik. Dengan segala kelemahannya sebagai manusia, saya mengenalnya sebagai seorang pekerja keras dan murah hati.

 

Apakah dia memang seorang ateis?  Menurut Wikipedia, ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Mengacu pada definisi ini mungkin benar teman saya ini seorang ateis. Namun demikian, saya sendiri cenderung melihatnya sebagai seorang Teis (orang yang percaya pada Tuhan), kendati secara terus terang dia tidak pernah mengakuinya.

 

Mengapa? Bagi saya Tuhan adalah kebaikan yang tiada batas. Jadi setiap orang yang berusaha untuk hidup baik, entah itu dengan bekerja keras untuk kepentingan orang lain, murah hati, kasih, dsb adalah orang yang percaya pada Tuhan, kendati mengaku dirinya ateis. Jadi, saya berpikir bahwa ateisme, dalam arti sebuah konsep ketidakpercayaan pada Tuhan, secara praktis tidak pernah ada. Dalam praktiknya, manusia, sesedikit apapun juga, pernah berbuat kebaikan. Dengan berbuat kebaikan, ia mencerminkan keberadaan Tuhan sendiri, yakni kebaikan yang tiada batas. Jadi, de fakto mereka “pernah” percaya kepada Tuhan.

 

 Ateisme Praktis

Yang menjadi tantangan justru ateisme praktis. Yang saya maksud di sini adalah tindakan, sikap, dan tingkah laku dari orang yang mengaku hidup beragama, yang tidak mencerminkan kebaikan itu sendiri. Tingkah laku itu misalnya korupsi, kolusi, konsumerisme yang berlebih, manipulasi, eksploitasi, dan sebagainya. Namun tentu kita tidak bisa mengatakan bahwa mereka ateis 100% karena sekecil apapun yang dilakukan tentu mereka pernah berbuat kebaikan. Seorang gembong narkoba dan mafia misalnya, mereka toh tetap memberikan perhatian pada keluarganya, bukan?

 

Kadang muncul sebuah paradoks. Ada sekumpulan orang-orang yang mengaku percaya pada Tuhan dan beragama (Teis) tetapi hidupnya secara kontinyu tidak mencerminkan kebaikan. Namun di lain pihak ada sekumpulan orang yang mengaku tidak percaya pada Tuhan (Ateis) tapi sikap dan tindakannya begitu mencerminkan kebaikan.

 

Jadi, apakah ateisme ada? Secara konsep, jelas ada. Dalam realitas hidup? Tampaknya sulit untuk menemukan manusia yang benar-benar ateis karena sekecil apapun tentu mereka pernah melakukan kebaikan. Jika anda pernah melihat dan mendengar manusia yang sama sekali tidak pernah melakukan kebaikan, tolong saya diberitahu.

 

Photo credit: www.exorbe.blogspot.com

1 COMMENT

  1. Dear Mas Mispan .
    Saya sangat setuju dng tulisan anda . Kalau kita perhatikan bahasan APP KAJ kali ini , sungguh terasa kehendak Tuhan (juga Gereja ): Kita menjadi orang yang super baik ( mungkin yang dikatakan sebagai orang 2 Asketis ) , kalau dari Lao Tse seperti Orang yang “Wu wei” ( yang memberikan hidupnya , menjalankan Dharmanya tanpa pamrih /kepada siapa saja baik yang jahat dan baik ) . Dan ini sangat boleh jadi juga ada pada orang 2 yang tidak mengenal “Tuhan”.
    Toh Konsili Vatikan II juga merestui “pemikiran teologi” bahwa keselamatan bisa datang dari mana saja / tidak melulu melalui Gereja .
    Kembali ke APP , saya justru merasakan kehendak Tuhan itu jadi terasa jauh dan aneh pada umat zaman sekarang .
    Kalau kita dengarkan spiritualitas De mello , mungkin urutannya jadi dibalik dulu , belajar menjadi orang baik , mempunyai kerendahan hati dan kasih , barulah kita mengenal Tuhan .

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here