Bertemu Yesus yang Solider

0
1,781 views

google

KONTEKS perkataan Yesus dalam Injil hari ini adalah pertanyaan dari Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang meragukan apakah Yesus, dengan tanda-tanda penyembuhan yang dilakukanNya, adalah memang mesias yang dinantikan?

Dalam situasi sulit seperti itu, Yesus malah bersyukur karena Bapa membuka mata orang kecil untuk dapat percaya, bukan mata orang bijak dan pandai. Dan Yesus menjanjikan kepada orang kecil yang lelah dan berbeban berat bahwa akan diringankan bebannya.

Apakah yang dijanjikan Tuhan Yesus bukan sesuatu yang menina bobokan kita, yang tidak ada kenyataannya? Bukankah yang kita harapkan, seperti harapan banyak orang lain juga, adanya kelepasan dari kesulitan dan hilangnya masalah yang mengganggu hidup kita?

Budaya hidup modern yang ingin cepat dan mudah, membuat kita sering berharap akan mendapat pertolongan dari yang kuat dan kuasa. Tetapi kenyataan hidup setiap hari, menunjukkan keinginan dan harapan seperti itu jarang terjadi dan juga tidak bijaksana.

Pepatah Cina mengatakan: memberi ikan akan membuat orang makan sehari. Memberi kail akan membantunya hidup setiap hari. Kebijaksanaan ini sesuai dengan kebijaksanaan Yesus. Kita diajak bersikap seperti orang kecil

Semangat balas budi
Ada banyak hal positif dari orang kecil. Ketika Hongkong harus dikembalikan kepada Pemerintah Cina 1991, banyak kekhawatiran bagaimana nasib kota itu di bawah pemerintahan komunis.

Banyak orang yang memilih pergi dari sana. Yang tinggal adalah mereka yang kecil, tak punya uang. Banyak diantara yang tinggal adalah orang-orang Kristen. Merekalah yang tetap mempertahankan kehadiran Gereja di Hongkong waktu itu.

Seandainya kerusuhan di Mataram tidak selesai, maka banyak Gereja tutup, karena orang-orang kaya yang menjadi jemaat mereka pergi. Tetapi Gereja Katolik yang punya banyak umat orang kecil, akan tetap bertahan. Sisi positif lain dari orang kecil: mudah merasa hutang budi.

Orang kaya cenderung balas budi. Kalau orang bisa balas budi, maka kebaikan orang lain sudah dibayar lunas. Tetapi kalau orang hutang budi, maka itu dibawa mati. Sikap dan penghayatan nilai yang ada pada orang kecil, lebih sesuai dengan iman dan harapan yang dibawa oleh Yesus.

Sikap dan nilai itu ialah: Kasih dan kesetiaan yang akan membuahkan syukur dan terimakasih. Rasa syukur dan terimakasih, pada gilirannya akan menghasilkan sikap percaya, kasih dan kesetiaan lagi. Sehingga orang akan selalu terdorong untuk tumbuh dalam proses lingkaran iman, kasih, kesetiaan, syukur dan terimakasih.

Hidup kita tak mungkin lepas dari beban dan kesulitan. Karena itu Tuhan Yesus Yesus menawarkan kuk yang enak dan beban yang ringan karena kewajiban yang diminta dari kita adalah pengamalan kasih setia dan itu pelaksanaannya keluar dari hati kita sendiri.

Kasih ibu tak putus
Waktu itu, aku adalah anak muda yang kurang pikir, seperti kebanyakan orang muda. Meski aku punya ibu Katolik yang mendidikku dengan teliti, ada saatnya ketika kesenangan dunia membujuk. Aku tak lagi mencari bimbingan dari kasih ibu yang begitu baik dan murni. Tegurannya yang lembut lewat saja di telingaku. Dan peringatannya yang disampaikan dengan hati-hati, diam-diam kulecehkan. Tapi ibu tak mau menyerahkan anaknya kepada jalan setan yang penuh dosa.

Meski aku mengabaikan bimbingannya, ibu tahu cara yang lebih baik. Ia membuat altar di kamarku, tempat ia berdoa diam-diam. Disana ia mencurahkan bebannya dan menyerahkannya kepada yang Kuasa. Setiap pagi, siang dan malam, dengan berlutut di tepi ranjangku, ibu mencari bantuan dari Dia yang mengerti kecemasan hati seorang ibu. Meski tak perduli dan jalan sesukaku, suatu hari aku melihat ada bekas siku di ranjangku.

Saat itu aku menyadari, ibu sudah lama ada disana, mendoakan anaknya yang tersesat, yang karena menikmati kesenangan dunia, merusak kedamaian hati ibunya. Lama aku bergumul dengan perasaanku. Dosa melawan doa-doa ibuku. Dosa pasti kalah, karena ibu tak kan pernah menyerah, setiap hari ibu menemui Tuhan di ranjangku.

Cinta dan kesabarannya yang tak terputus, menjadi bara api di kepalaku; bersama dengan bekas siku nya di ranjangku. Sehingga akhirnya, peperangan itu dimenangkannya. Aku dibawa kembali kepada Tuhan Yesus dan doa ibuku terjawab, oleh bekas siku di ranjangku (Food for Thought: Prints of Elbows on My Bed).

Apakah berdoa merupakan beban bagi ibu itu? Tentu bukan. Kasih kepada anaknya yang mendorong dia bertekun di ranjang anaknya, memohonkan terang dan bimbingan Tuhan bagi anaknya itu. Apakah pertobatan anak muda itu melulu hanya karena doa ibunya? Tentu tidak. Kerja sama antara kemurahan Tuhan, iman, ketekunan dan teladan ibu itu, bersama suara hati anak muda itu yang akhirnya membuahkan hasil: dosa kalah terhadap doa!

Kita cenderung mengeluh bahwa kita kecil, hidup susah dan menderita. Kita meratapi nasib dan situasi kita. Hari ini Yesus mengajak kita melihat: dalam situasi ini, kita punya berbagai sikap positif.

Berpusat pada sikap-sikap positif ini, membuat kita dapat tumbuh menjadi manusia yang sabar, tekun, berpikiran positif – ini sisi kemanusiaan yang berlaku umum pada semua manusia yang mau tumbuh dewasa. Dan sekaligus kita menjadi manusia beriman yang percaya pada belas kasih dan kesetiaan Tuhan. Dan dari sikap iman itu kita juga dapat memantulkan kasih setia Tuhan dalam kasih, kebaikan, kesetiaan, syukur dan terimakasih kita dalam hidup sehari-hari pada sesama kita.

Jadi, hari ini Tuhan Yesus memberi kita tuntunan agar kita dapat bahagia, bukan tuntutan yang membebani hidup kita. Semoga hari ini kita dapat menemukan kebaikan Tuhan yang mau membebaskan kita dari beban hidup yang kita ratapi dan menjadikan beban itu sebagai kesempatan untuk tumbuh menjadi manusia dewasa dalam hidup dan iman. AMIN.

MINGGU BIASA 14, A; 3 Juli 2011
Za. 9:9-10; Rom. 8:9.11-13; Mat. 11:25-30

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here