Biaya Sekolah Seminari Mertoyudan Memang Mahal, tapi…

13
24,906 views

JAKARTA, SESAWI.NET – Seorang pembaca di Sesawi.net pernah mengeluhkan tingginya biaya pendidikan di Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius Mertoyudan, Magelang atau yang sering disebut Seminari Mertoyudan.

Dia mengungkapkan kegelisahannya, kok makin susah menjadi seorang pastor? Kegelisahan yang serupa mungkin juga dialami dan dirasakan oleh banyak kalangan.

Pastor Managamtua Simbolon SJ yang pernah menjadi pamong di Seminari Mertoyudan selama dua tahun menyebutkan, dirinya pernah merasa heran kenapa pastor paroki Gereja Promasan di Sendangsono, Yogyakarta justru mengirimkan anak didiknya ke seminari di Bogor, padahal promasan kan dekat sekali dengan Mertoyudan.

“Jawabannya karena Seminari Mertoyudan terlalu mahal,” ujar pastor yang kerap disapa Romo Agam ini.

Lalu Romo Agam pun menyebutkan bahwa bila dihitung per kepala, biaya pendidikan per anak untuk para seminaris memang tidak murah.

“Sebulan mencapai 1.800.000 rupiah,” jelas romo yang sekarang menjadi pastor paroki Katedral Jakarta.

Ini pun yang bisa membayar hanya dua orang, sisanya yang berjumlah 249 anak hanya bisa membayar setengahnya, rata-rata 700 hingga 800 ribu rupiah saja per bulan.

Karena itu, tugas para pembina seminaris-lah untuk mencari donatur agar biaya yang setiap hari dikeluarkan untuk membayar guru, fasilitas sekolah, makan minum dan segala sesuatu yang diberikan di Seminari Mertoyudan yang tergolong lebih dibanding sekolah menengah atas lain dapat tertutupi.

“Jangan salah pula. Ada seminaris yang selama tiga/empat tahun pendidikan bahkan tidak pernah membayar sekolahnya. Tetapi karena pihak seminari merasa bahwa panggilan anak ini sangat kuat dibantulah,” jelas Romo Agam.

Sama seperti yang sebelumnya, proses negosiasi dengan seminari selalu ada untuk orangtua yang merasa anaknya memang terpanggil menjadi pastor. “Kalau biaya sebulan tidak cukup, ya bisa separohnya. Kalau tidak cukup lagi ya akan dinego separohnya lagi dan seterusnya,” tutur Agam.

Nah, jadi para orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya di Seminari Mertoyudan, jangan sungkan-sungkan ya! “Kalau memang merasa tidak mampu ya bilang ke pastor paroki. Lalu kita akan bicarakan selanjutnya. Kami tidak akan menghambat panggilan hanya karena tidak ada uang,” tegas Romo Agam.

13 COMMENTS

  1. Dugaan saya : selama ini banyak umat yang beranggapan bahwa para seminaris itu gratis kalaupun bayar cukup sekedarnya.

    Saya pun baru mengetahuinya 3 tahun yang lalu (prapaskah ke-2 2009) ketika salah seorang teman dari KAJ yang menyekolahkan puteranya ke Mertoyudan, saya sangat terperanjat ketika saya paksa berkali-kali agar ia menceritakan kepada saya berapa per bulan biaya yang dikeluarkannya.
    Saya sering menggoda dia dengan kalimat ” …. daripada mengeluarkan biaya sebesar itu …. lebih baik sekolahkan saja anakmu disekolah biasa saja, kalaupun ia mau menjadi romo pasti ia akan meneruskan ke seminari tinggi ?
    rupanya ia tidak bergeming dan saat ini sudah menjadi novis

    Saya pikir umat perlu diberitahu, bahwa biaya operasional seminari itu cukup mahal.
    Dan umat harus ikut bertanggung jawab juga (khususnya biayanya) jika ada salah satu umatnya yang masuk seminari.

    Pengalaman saya
    ada orang tua seminaris yang hanya memendam sendiri kesulitannya (khususnya biaya), seperti maria yang menyimpan perkaranya dalam hati.
    Lain halya orang tua non seminaris ketika mengalami kesulitan biaya sekolah anaknya, ia akan ke seksi sosial paroki atau cerita di lingkungan.

    Artikel yang bagus !

  2. Kenyataan bahwa biaya pendidikan seminari Mertoyudan mahal dan penjelasannya, sebaiknya disampaikan pada lingkungan terbatas dan disertai jalan keluarnya. Karena panggilan biar bagaimanapun harus membutuhkan pendanaan, apakah diawal pendidikannya maupun nanti pada saat terjun ditengah2 masyarakat. Pembahasan mengenai ini sebaiknya disampaikan dalam forum2 diskusi di gereja atau keuskupan, bukan di dunia maya.
    Ladang pekerjaan Tuhan sangatlah luas dan masih banyak yang belum tersentuh. Jika di awal panggilan sudah terjadi ‘keheranan’ dikarenakan adanya ‘biaya mahal’ tersebut, pasti akan membawa dampak pada kemurnian panggilannya. Di sisi lain, gerakan awam yang merasul juga harus makin digalakkan. Demikian, sekedar saran pendapat. Tuhan memberkati.

  3. selain membayar pengajar, seminari juga harus membayar tenaga kebersihan, dapur, makan siswa dan pamong, serta biaya operasional seperti listrik dan air. Bisa saja gratis asal umat yang mampu rajin menyisihkan uangnya untuk disumbangkan khusus untuk seminari manapun sesuai keinginan. menyisihkan diluar sumbangan karena ada umatnya yang masuk seminari. apalagi jika seluruh umat meskipun seperak-dua perak disisihkan khusus untuk sumbangan seminari, pasti biaya seminari bisa makin murah, bahkan gratis. tapi siapa ya umat yang mau begitu? meski butuh pastor, umat lebih senang menggunakan seluruh uangnya untuk bersenang-senang.

  4. Entah untuk berapa puluh tahun yad. situasi kekurangan Imam di Indonesia bisa terpenuhi. Di banyak stasi belum tentu sebulan sekali ada perayaan Misa Kudus. Disisi yg lain panggilan menjadi seorang Imam belum cukup populer di keluarga Katolik, ditambah lagi dengan ketatnya seleksi masuk seminari, sekaligus pembiayaan yg tidak murah. Ini mungkin menjadi keprihatinan bersama secara khusus soal finansial pendidikan seminari Sebagai gereja yang mandiri adalah baik jika lebih digalaknyatakan gerakan2 yg ada guna mendukung hal di atas misalnya kolekte III setiap bulan ganjil, mengalokasikan 50% dana aksi natal., dan masih banyak lagi yg bisa dibuat sebagai suatu dukungan bagi kelangsungan penyelengaraan pendidikan calon Imam kita.

  5. Anak sy cita2 ingin sekali menjadi romo tp stlh sy buka internet biaya mahal apa mungkin sy bisa mewujudkan cita2 dia.krn ayahnya sdh lama meninggal,ktp,kk atau identitas sy saja tdk punya,apalagi minta bantuan paroki lingkungan saja sy tdk punya.mau sharing ketemu romo aja sulit banget.semoga panggilan anak sy bisa tercapai dan bisa menjadi romo yg baik.tdk membedakan org miskin seperti sy.

  6. Kadang orangtua pun sungkan menyampaikan kepada pastor paroki soal biaya. Menjadi kekuatiran jika pd saat dibiaya ditanggung paroki, lalu anaknya tdik meneruskan ke seminari bnyk cemohan datang pdnya. Tak mampu menangungnya. Kdang Ada orang sampai stres..

  7. Mohon info ttg kebenaran info sosmed, seminari buat masker @ Rp.50.000 untuk bantu biaya operasional Seminari Santp Petrus Canisius.

    Segala terobosan yg baik patut di coba. Kan tdk berdosa? Sy pernah lohat di suatu hrj ada kotak khusus untuk seminari. Bisa di contoh du grj yg lain. BDG

  8. Anak saya sdh bercita-cita jadi pastur sejak mulai SD. Dan papanya sudah meninggal.. apakah bisa mewujudkan cita-citanya.. mengingat utk biaya pendidikan tinggi seperti itu..???

  9. Saya adalah salah satu Calon yang akan masuk di seminari Mertoyudan,,tetapi saya mau bertanya apakah bisa saya dari Flores,NTT menempuh pendidikan di Yogyakarta….
    saya anak Yatim piatu,saya meminta Bantuan kepada pemimpin seminari mertoyudan untuk membantu saya,,,saat ini saya baru menyelesaikan SMA ,,,saya terpanggil untk menjadi imam,,,tetapi saya mempunyai kendala yaitu Uang untuk biaya sekolah…
    saya merasa ini adalah panggilan hidup saya…sejak kecil saya sudah mempunyai impian untuk menjadi Imam Yang baik,setia dalam pelayanan,rendah hati,dan berbela rasa

    saya meminta masukan dari para romo dan pemimpin…
    Seminari ini,,,

    100% katolik
    100% Indonesia
    Tuhan yesus memberkati.

    • sebaiknya masuk seminari lokal saja agar tidak malah menjadi beban keuangan.Juga minta bantuan paroki setempat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here