Blusukan Tri Hari Suci 2018: Rumah Umat Stasi St. Yosep Berjauhan, Reksa Pastoral Jalan Terus (4)

0
309 views
Gereja papan di Stasi Santo Yosep HPH milik umat setempat. (Maria Sylvista)

STASI Santo Yosep HPH (HTI) menjadi salah satu stasi terjauh yang harus dilayani oleh Paroki Santo Paulus Muara Bungodi Provinsi Jambi yang masuk wilayah pelayanan pastoral Keuskupan Agung Palembang (KAPal).

Mayoritas umat di stasi ini berasal dari Medan dan bicara bahasa Batak berbagai dialek lokal di Sumatera Utara.

Gereja pindah lokasi

Mulanya, gereja ini berada di Kilometer 24;  lalu pada tahun 2005 pindah ke Kilometer 18 karena mengalami pasang surut umat. Jika dulu jumlah umat bisa mencapai 20 KK, kini umat yang tercatat hanya 14 KK.

Mesti naik jembatan ponton untuk menjangkau lokasi.

“Di sini banyak pendatang, banyak yang kerja di PT. Karena PT-nya pindah, maka mereka pindah juga dan tidak ke gereja ini lagi,” kata Cornelius Basuki, Ketua Stasi Santo Yosep HPH sejak 2016.

Cornelius Basuki. (Maria Sylvista)

Jalan menuju stasi ini berupa tanah merah yang berubah menjadi sangat becek dan berlumpur saat turun hujan. Terlebih stasi ini terletak di antara perkebunan sawit, sehingga jarak antarrumah cukup jauh.

Dengan jumlah umat yang sedikit, untuk menghidupkan Gereja pun Basuki mengaku harus sabar dan mengutamakan komunikasi.

Tantangan budaya

“Kami sering mengalami kendala. Tidak hanya saya, tapi umat yang lain pun sama. Apalagi dengan jarak antara rumah dengan gereja yang berpuluh-puluh kilometer serta jalan yang sulit dilalui, terutama saat musim hujan. Tantangan utamanya adalah cuaca dan jalan. Namun karena kami sudah biasa, ya tidak jadi masalah,” kata Basuki.

Blusukan Tri Hari Suci 2018: Wajah Gereja Katolik Stasi St. Yoseph HPH di Pedalaman Sumatera (3)

Menjadi satu-satunya umat bersuku Jawa, Basuki mengaku sempat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan umat lain. Namun hal ini tidak lantas menjadi hambatan baginya untuk melayani Tuhan. Ia tetap semangat dan tekun mengimani Tuhan, terlebih ketika ia dipercaya untuk menjadi Ketua Stasi Santo Yosep HPH.

“Awalnya saya kesulitan beradaptasi dengan kebiasaan, adat istiadat dan cara berkomunikasi dengan umat yang lain. Namun karena mereka senantiasa mendukung saya dan mempercayai saya sebagai ketua stasi, ya saya jalankan. Karena dukungan merekalah saya bisa,” tuturnya.

Pria asal Tugumulyo, OKI, ini berharap, Stasi Santo Yosep HPH tetap maju, bisa membangun sarana dan prasarana gereja ini, umat tetap semangat untuk menggereja dan paroki senantiasa bersatu dengan stasi ini.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here