Campak dan Gizi Buruk

0
445 views
Ilustrasi: Anak-anak Asmat di Bandara Ewer saat di bulan Juni 2013. (Mathias Hariyadi)

JUMLAH korban meninggal karena campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua, tercatat 61 anak. Imunisasi campak massal ulangan dilaksanakan mulai Senin, 15 Januari 2018.

Mengapa masih ada campak dan gizi buruk?

Pada Jumat, 15 September 2017 di markas FAO Roma, Italia dikeluarkan laporan resmi  tentang kelaparan ulang (the resurgence of hunger), yang mempengaruhi 815 juta orang atau 11 persen dari populasi global pada tahun 2016.

Menurut laporan ‘The State of Food Security and Nutrition in the World 2017’ tersebut, kenaikan sebanyak 38 juta, lebih banyak dari tahun sebelumnya, sebagian besar terjadi pada pengungsi yang disebabkan oleh konflik bersenjata, bencana alam terkait iklim, dan penurunan daya beli ekonomi.

Jumlah keseluruhan orang yang mengalami kelaparan di Asia 520 juta, di Afrika 243 juta, di Amerika Latin dan Karibia 42 juta.

Kasus campak dan gizi buruk di Agats

Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2016, balita dengan gizi buruk sebanyak 3,4% dan gizi kurang 14,4%. Sebenarnya Papua yang memiliki balita dengan gizi buruk 3,2% dan gizi kurang 11,9% adalah lumayan baik, yaitu pada peringkat ke 9 propinsi paling sedikit memiliki balita dengan gizi buruk dan kurang.

Kabupaten Asmat dengan luas 31 ribu km2 dan iIbukota Agats memiliki medan yang sulit karena dari luar daerah hanya dapat dicapai menggunakan pesawat kecil dan kapal laut dari Timika dan Merauke. Oleh karena hanya memiliki 26 dokter, 97 bidan, dan 198 perawat yang bekerja di 1 RS, 13 Puskesmas, dan 161 Posyandu, maka hampir 90% ibu hamil dan menyusui dalam kondisi gizi buruk.

Semuanya adalah faktor risiko untuk terjadinya balita dengan gizi buruk juga.

Untuk pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di pelosok Indonesia, telah diadakan Program Nusantara Sehat berbasis tim, di bawah koordinasi Badan PPSDMK Kemenkes RI sejak tahun 2015, sesuai PMK Nomor 23 Tahun 2015. Tim tenaga kesehatan minimal terdiri dari lima jenis, yaitu dokter, perawat, bidan, dan dua tenaga kesehatan lainnya, yaitu dokter gigi, gizi, kesehatan lingkungan, laboratorium medik, kefarmasian atau kesehatan masyarakat.

Masa penugasan khusus berbasis tim adalah dua tahun di puskesmas, terutama dengan kriteria sangat terpencil. Sampai dengan tahun 2016, telah dilaksanakan penugasan dengan lima periode keberangkatan. Total penempatan di 28 provinsi, 91 kabupaten, dan 251 puskesmas.

Jenis tenaga yang paling banyak diberangkatkan yaitu bidan (17,7%) dan perawat (15%), dengan lokasi terbanyak adalah NTT yaitu 212 orang. Sedangkan di Papua, termasuk ke Asmat hanya ada pada periode 1 sampai 4, terbanyak di 14 puskesmas pada periode 2.

Penempatan tim tenaga kesehatan tersebut juga untuk mendukung ‘Sustainable Development Goals’ (SDGs), yaitu untuk mengakhiri kelaparan dan kekurangan gizi pada tahun 2030. Prioritas kebijakan internasional tertinggi, yaitu untuk melawan kembalinya kelaparan (the resurgence of hunger) pada anak, dengan mengatasi semua faktor yang melemahkan ketahanan pangan dan gizi. Prevalensi kelaparan di negara yang terkena dampak konflik bersenjata adalah 4,4 persen lebih tinggi daripada di negara lain.

Di wilayah dengan kerapuhan lembaga pemerintahan, sistem layanan kesehatan dan bencana lingkungan, prevalensinya menjadi 18 persen lebih tinggi. Anak balita yang tinggal di wilayah dengan krisis kemanusiaan berlarut-larut, hampir 2,5 kali lebih banyak bertubuh lebih kecil daripada anak sebayanya di wilayah lain. Selain itu, mereka juga lebih rentan terkena penyakit infeksi mematikan, seperti campak.

Campak (rubeola, morbili, measles atau gabagen) adalah suatu penyakit infeksi virus yang sangat menular. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak dalam golongan paramixovirus. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.

Campak menular sejak awal masa sakit sampai 4 hari sejak munculnya ruam kulit. Gejala klinis berupa demam, nyeri tenggorokan, pilek, batuk, nyeri otot, dan mata merah. Pada 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).

Ruam (kemerahan di kulit) muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala di atas.

Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius dan 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.

Komplikasi campak adalah infeksi bakteri pada paru-paru (pneumonia), telinga tengah (otitis), otak (ensefalitis) dan kematian. Pada anak yang sehat dan gizi cukup, campak jarang berakibat serius.

Orang yang rentan terhadap campak adalah balita, tidak mendapatkan imunisasi, dan gizi buruk. Pencegahan menggunakan vaksin campak yang merupakan bagian dari imunisasi rutin pada bayi pada umur 9 bulan. Persentase cakupan imunisasi campak pada bayi di Indonesia tahun 2016 sebesar 93%, sedangkan di Papua hanya 63,5% atau kedua terendah di Indonesia sebelum Kalimantan Utara.

Dasawarsa ini telah ditetapkan oleh Majelis Umum PBB sebagai ‘The UN Decade of Action on Nutrition’, agar semua pemerintah bertindak untuk mengatasi kekurangan gizi dan kelaparan ulang. Selain itu, program penempatan tim tenaga kesehatan Nusantara Sehat dan imunisasi campak massal yang berkesinambungan, diharapkan dapat mengatasi dampak mematikan campak dan gizi buruk di Asmat, Papua.

Sudahkah kita peduli Asmat?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here