Corona Virus, Penyebab Penyakit MERS-CoV

0
693 views
Ilustrasi: Corona virus penyebab pemyakit MERS-CoV. (Courtesy of YouTube)

MULAI 1 Januari 2018, Pemerintah Arab Saudi menetapkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 5 persen. Penetapan PPN tersebut pun berdampak pada kerjasama Indonesia dan Arab Saudi, khususnya biaya perjalanan dan layanan kesehatan saat umrah dan haji.

Bagaimana dampaknya?

Corona virus

Aturan PPN 5% terkait layanan kesehatan umrah dan haji ini, mengingatkan kita akan sindrom saluran pernafasan dari kawasan Timur Tengah, yaitu penyakit infeksi virus pernapasan yang disebabkan oleh corona virus (Middle East Respiratory Syndrome atau MERS-CoV), yang pertama kali diidentifikasi di Kerajaan Arab Saudi pada tahun 2012.

Corona virus adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari yang paling ringan dengan tidak ada gejala (asimptomatik), flu biasa yang ringan, sampai yang paling berat yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang berat dan mematikan.

Kasus global

Secara global sejak September 201,  terdapat lebih dari 1.700 kasus yang dikonfirmasi sebagai MERS-CoV di 27 negara, yang menyebabkan kematian pada lebih dari 600 kasus.

Gejala klinis MERS-CoV pada umumnya demam, batuk, dan sesak napas.

Pneumonia atau radang paru-paru adalah kondisi yang umum, tetapi tidak selalu terjadi. Gejala gastrointestinal, termasuk diare, juga sering dilaporkan.

Penyakit yang parah dapat menyebabkan gagal napas, yang membutuhkan ventilasi mekanis maupun elektrik, dan perawatan di unit perawatan intensif (ICU). Sekitar 36% pasien MERS-CoV dilaporkan telah meninggal.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI, Dr. dr. H. Eka Jusup Singka M.Sc pada Minggu, 13 Agustus 2017,  mengatakan bahwa sudah ada dua kasus Mers-CoV pada wanita ekspatriat berusia 38 dan 42 tahun di Hail dan Khamis Mushayt Provinsi Al Jouf, sekitar 900 km di utara Mekkah – Arab Saudi.

Persebaran MERS-CoV. (Courtesy of WHO)

Penyakit zoonosis

MERS-CoV adalah penyakit zoonosis yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Asal-usul virus saat ini tidak sepenuhnya dipahami, tetapi menurut analisis genom virus yang berbeda, diyakini bahwa virus itu berasal dari kelelawar dan ditularkan ke unta. Meskipun sebagian besar kasus saat ini diduga merupakan infeksi dari manusia ke manusia, tetapi unta cenderung menjadi sumber infeksi dari hewan kepada manusia. Namun, peran unta yang tepat pada proses penularan virus dan rute infeksi yang tepat belum dapat diketahui.

Strain MERS-CoV yang identik dengan strain manusia telah diisolasi dari unta di beberapa negara di kawasan Timur Tengah, termasuk Mesir, Oman, Qatar, dan Arab Saudi, di mana sebagian besar kasus (> 85%) telah dilaporkan sejak 2012. Beberapa kasus telah dilaporkan di luar Timur Tengah, misalnya di Republik Korea (Selatan). Sebagian besar infeksi ini diyakini telah terjadi saat penderita berada di Timur Tengah, dan kemudian diekspor luar daerah.

Wabah MERS-CoV yang pernah berlangsung di Korea pada 5 Juni 2015 adalah wabah terbesar di luar Timur Tengah.

Tidak ada vaksin atau pengobatan tertentu yang saat ini tersedia. Pengobatan  hanya bersifat suportif dan berdasarkan kondisi klinis ataupun keluhan pasien. Tindakan pencegahan umum, ditujukan kepada pengunjung peternakan, pasar, lumbung makanan ternak, atau tempat lain di mana ada unta dan binatang lainnya.

  • Pengunjung harus meningkatkan kebersihan umum, termasuk mencuci tangan secara teratur sebelum dan setelah menyentuh hewan, dan harus menghindari kontak dengan hewan yang sakit.
  • Konsumsi produk hewan mentah atau setengah matang, termasuk susu dan daging, membawa risiko tinggi infeksi* dari berbagai organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, termasuk virus ini.
  • Para peziarah harus rajin mencuci tangan dengan sabun dan menutup mulut pada saat batuk atau bersin.
  • Selain itu, jemaah haji juga harus selalu menggunakan masker terutama bila berada di kerumunan orang, dan tidak mengunjungi peternakan dan tempat pemotongan hewan, terutama unta.
  • Jika selama di Arab Saudi ada keluhan batuk, demam atau sesak napas dan dalam dua hari memburuk, maka segeralah periksa ke dokter.
MERS-CoV (ist)

Produk hewan yang diproses dengan tepat melalui pasteurisasi, sebenarnya telah aman untuk dikonsumsi, tetapi juga harus disajikan dengan hati-hati, untuk menghindari kontaminasi silang dengan makanan mentah.

Daging dan susu unta adalah produk bergizi yang dapat terus dikonsumsi setelah proses pasteurisasi, dimasak, atau diproses dengan suhu panas lainnya. Sampai saat kelak lebih banyak diketahui tentang MERS-CoV, untuk saat ini penderita diabetes, gagal ginjal, penyakit paru kronis, gangguan sistem kekebalan, dan anak balita dianggap berisiko tinggi terkena infeksi MERS-COV. Orang tersebut harus menghindari kontak dengan unta, kencing unta, minum susu mentah unta, atau makan daging unta yang belum dimasak dengan benar.

Aturan baru penetapan PPN 5% di Arab Saudi, sangat mungkin juga menyebabkan kenaikan biaya layanan kesehatan,  apalagi masih ada ancaman tentang MERS-CoV.

Semoga para peziarah di Tanah Suci diberikan rahmat kesehatan dan bebas dari MERS-CoV. Amin.

Sekian

Yogyakarta, 5 Januari 2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here