Dirumahmu, Aku akan Merayakan Paskah: Matius 26: 17-19

0
1,597 views
Pastor Sepo CP melakukan pelayanan pastoral liturgi perkawinan katolik di Stasi Sekukun, Paroki St. Gabriel Sandai. (Ist)

“HOME Alone” adalah judul sebuah film yang sungguh memberi inspirasi. Dikisahkan seorang anak, yang ditinggalkan sendirian orangtuanya yang pergi berlibur. Dalam kesendiriannya, dua orang penjahat hendak merampok rumahnya. Berkat kecerdasan dan kecerdikannya, anak itu bisa mengalahkan dua penjahat tersebut. Ia berani, karena itu rumahnya sendiri. Ia merasa nyaman di rumahnya.

Di akhir pelaksanaan karya-Nya di dunia, Tuhan Yesus ingin mengadakan perjamuan paskah dengan para murid-Nya. Dia membutuhkan sebuah rumah untuk perayaan ini, dan bukan gedung. Kepada para murid-Nya, Yesus berkata: “… pergilah dan katakanlah kepada si anu, di rumahmulah Aku mau merayakan Paskah..”

Mengapa di rumah?

Saya menduga (bisa jadi), si Anu yang dimaksudkan Tuhan Yesus adalah sepasang suami isteri, yang ketika mereka menikah Yesus hadir bersama para murid-Nya. Ingat kisah Yesus mengubah air menjadi anggur. Yesus kayaknya mau melihat lagi keluarga itu, apakah anggur cinta di tempayan hati mereka masih ada dan belum kering. Yesus telah melepaskan mereka dari rasa malu, karena kehabisan anggur, dan saat ini Yesus mau meneguhkan juga keluarga ini dengan perjamuan kasih.

Keluarga itu Kerajaan bapak, dunia ibu dan srga bagi anak-anak. Keluarga juga harus menjadi Ecclesia Domestica, sebuah Gereja Rumah.

Para bapak (suami) diharapkan untuk tidak menjadi raja yang lalim. Dia harus menjadi raja yang bijaksana, yang penuh kasih kepada istri dan anak-anaknya. Seorang ibu, harus memglolah dunia dengan penuh tanggung jawab dan cinta. Jika demikian, maka sungguh keluarga menjadi surga bagi anak-anak, karena mereka mengalami damai dan cinta, perhatian dan kasih.

Janji perkawinan musti sungguh dihayati dalam hidup suami istri, dan di tengah keluarga. Keluarga harus menjadi sekolah iman, sekolah kasih dan cinta. Keluarga harus menjadi tempat anak belajar mengalami dan menghayati kasih dan pengampunan, conta dan memaafkan.

Perayaan ekaristi penerimaan Komuni Suci untuk 58 anak di paroki Weri hari ini, hendaknya mendorong bapak dan mama menciptakan keluarga menjadi tempat layak Yesus mengadalan perjamuan paskah. Keluarga harus menjadi sekaligus ruang dan meja perjamuan. Suami dan istri hendaknya menjadi ekaristi yang hidup bagi anak-anak dan sesama.

Si Anu dalam Injil Matius 26: 17 -19 bisa diganti dengan nama dan keluarga kita sendiri. Karena Tuhan Yesus juga mau merayakan paskah bersama kita dalam keluarga kita sendiri.

Dalam perayaan Sakramen Perkawinan, suami isteri berjanji di hadapan Kristus untuk saling mencintai dan mendukung. Suami iatri juga berjanji untuk mensisik anak dengan penuh tanggung jawab. Maka saatnya, Tuhan Yesus ingin kembali mengecek, apakah anggur cont itu masih penuh atau sudah habis diminum? Yesus mau menjadikan keluarga kita Ecclesia Domestica.

Semoga, kita sanggup membuka pintu dan hati kiata, mengundang Tuhan untuk merayakan paskah dengan kita.

Tuhan memberkati kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here