Eksegese Hidup Orang Pedalaman: Nabi Palsu Berbulu Domba Mt 7:15-20

0
247 views
Ilustrasi: Anak domba Allah.

BAPAK Uskup Keuskupan Ambon, Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC pernah gelisah dan mengritik melalui kotbah kehidupan para rohaniwan zaman ini.

Kotbah Mgr. PC Mandagi MSC berupa kritik tersebut kemudian menjadi viral di YouTube.

Apa isi kegelisahan dan kritikannya terhadap rohaniwan? Isinya adalah soal gaya hidup imam-imam zaman now yang serba glamor.

Katanya, “imam-imam di zaman milenial ini, suka pamer dan berlomba-lomba untuk memiliki mobil mewah. Itu baru mobil, belum lagi aneka fasilitas yang lain.

Bila dulu, saat formasi di Seminari, hidup mereka terbatas dan sederhana, tetapi begitu menjadi imam sudah lupa dan hidup menyatu dengan hal-hal yang duniawi.

Malah, terkadang jarang memimpin misa atau kalau membuat hotbah dalam misa tidak dipersiapkan dengan baik. Dibuatnya dengan asal-asalan. Aduuhh… kwalitas hidup rohaninya bagaimana itu?

Saya pikir hanya “domba-domba” yang gelisah saja melihat nabi-nabinya seperti itu. Rupanya, uskup juga turut resah dan gelisah melihat imam-imamnya seperti itu. Bagaimana kalau gaya hidup uskupnya sama seperti imam-imamnya?

Siapa yang resah dan gelisah serta bisa mengritik mereka? “Domba-domba”? Atau siapa?

Setidaknya, Tuhan Yesus mengingatkan, waspadalah terhadap kepalsuan. Sebab, sekalipun dia disebut nabi atau imam atau apalah jabatannya, dia juga terbuka kemungkinan bisa jatuh tergelincir pada godaan dan terseret oleh arus kepalsuan duniawi.

Semua pernak-pernik rohani yang menempel di badan, tidak bisa menjamin seorang rohaniwan imun terhadap godaan pada hal-hal yang palsu.

Hidup yang terarah kepada kepalsuan yang menyetuh pada wilayah “pe-Roma-an” ini bisa hadir dalam pelbagai bentuk godaan dan kelekatan pada keduniawian dan bila tidak diwaspadai, maka sebutan Tuhan Yesus tentang “nabi palsu berbulu domba” bisa mengarah dan menimpa pada saya sebagai imam dan juga yang lainnya. Jadi, peringatan Tuhan Yesus dalam hal ini, bisa menjadi pintu kritik bagi kita para imam-Nya.

Menjadi imam-Nya dan bagi “domba-domba-Nya” di zaman milenial ini, sangat membutuhkan discerment yang jeli dan infrakstruktur rohani kuat dan kokoh. Kalau kita tidak mempunyai kemampuan discerment dan kehidupan rohani yang kuat, maka sinyal kepalsuan, bisa menelan kita hidup-hidup.

Renungan: “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.” (Yes 32:17).

Tuhan memberkati.

Apau Kayan, 26.06.2019.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here