Film “The Farewell”, Dilema Kultur Barat vs Timur Soal Jaga Kehormatan Keluarga

0
871 views
Resensi film "The Farewell" (Ist)

SOAL menjaga kehormatan dan rasa persaudaraan dalam keluarga, kultur Barat dan Timur punya cara berbeda dalam merawat dan mengekspresikannya. Termasuk soal kesehatan.

Apakah perlu menyampaikan kondisi kesehatan orang apa adanya? Ataukah, memolesnya sedemikan rupa sehingga pasien terminal jangan sampai terkontaminasi “emosi negatif” sehingga diharapkan bisa hidup lebih lama lagi.

Konflik merawat “tradisi” inilah yang pokok cerita dalam film anyar dan bagus dengan titel The Farewell.

Berbohong demi kebaikan bersama

Kultur Barat mengharuskan dokter mesti menyampaikan laporan rekam medik kepada pasien atau keluarganya. Memendam informasi tersebut dianggap praktik melanggar hukum alias illegal. Termasuk bila keluarga “merahasiakan” hasil pemeriksaan medis dan tidak mau menyampaikan hal itu kepada pasien, anggota keluarganya.

Pesta nikah dan makan enak jadi tak mengundang selera, karena Nai Nai sakit serius dan umurnya diperkirakan takkan lama lagi. (Ist)

Kultur Timur beda lagi. “Berbohong” demi tujuan baik mesti ditempuh. Tujuannya agar pasien tidak terkontaminasi “emosi negatif” dan menjadi tahu dirinya tengah sakit serius. Jangan-jangan kalau nanti diberitahu, pasien malah jadi nglokro letoi dan di ujung cerita mati cepat.

Dilema Billi

The Farewell berhasil memenangan banyak penghargaan di ajang pentas festival film internasional. Film anyar ini berkisar pada ketegangan bagaimana bisa mendamaikan “konflik” tata nilai dalam kultur Barat Amerika berhadapan dengan kultur Timur di Tiongkok.

Pusat perhatian dari seluruh kisah ini bertumpu pada sosok Bill (Awkwafina). Meski lahir di Tiongkok, namun sejak kecil ia sudah dibawa masuk ke Amerika. Kini, Billi sudah menjadi warga negara AS.

Nai Nai (Zhao Shuzhen), nenek Billi dari pihak ayah, didiagnosis sudah terkena kanker paru stadium ganas. Hasil rekam medik menunjukkan, umur Nai Nai dipastikan tidak akan lama lagi.

Karenanya, pesta nikah Hao Hao (Chen Han) yang memperistri gadis Jepang lalu dikasting menjadi semacam acara reunian keluarga sekaligus “pesta perpisahan” untuk Nai Nai.

Haiyan Wang (Tzi Ma) dan Lu Jian (Diana Lin), kedua orangtua Billi, memutuskan harus segera “mudik” ke Changchun di Tiongkok. Agar mereka bisa melihat Nai Nai “terakhir kalinya” sekaligus menghadiri pesta nikah keponakannya.

Namun, Billi tak boleh ikut serta. Ia tipe gadis yang tak bisa menahan diri untuk tidak bercerita. Plus, emosinya mudah meledak-ledak alias juga tidak mampu menahan gejolak rasa, mudah terharu, dan tak bisa “pegang rahasia”.

Karena itu, Billi “ditolak” dan tidak boleh ikut “mudik” ke Tiongkok.

Billi dan Nai Nai, neneknya dari pihak ayah. (Ist)

Dasar orang Amerika –walau berdarah Tiongkok—Billi nekad pulang sendiri tanpa sepengetahun orangtuanya. Kehadiran dia yang tak disangka-sangka malah hanya akan membuat runyam urusan “tata nilai” keluarga.

Namun, Billi punya “perhitungan” sendiri menyangkut hati nuraninya. Juga masih bimbang. Soal nurani ini, apakah ia harus tetap mampu memegang “rahasia” atau perlukah segera berterus-terang dan bicara apa adanya tentang kondisi kesehatan Nai Nai kepada segenap anggota keluarga?

Sekalian saja, ini mumpung semua anggota keluarga besar kumpul saat mau hajatan nikah Hao Hao dengan gadis Jepang bernama Aiko (Aoi Mizuhara). Kebimbangan Billi tak menemukan solusi, termasuk ketika proses “menimbang-nimbang” perkara ini terjadi dalam diskusi hangat dengan ayahnya.

Hal sama juga dialami keluarga pamannya yang akan punya hajatan mantu. Haibin (Jiang Yongbo) dan Ling (Li Xiang), kedua orangtua Hao Hao dan paman-tante Billi, sudah lama “hijrah” ke Jepang dan hidup di Negeri Sakura.

Tinggallah Nai Nai hidup di Chanchun sendirian. Hanya ditemani “perawat” bernama Lu Hong yang tak lain adalah adik kandung Nai Nai sendiri.

Pengorbannnya Lu Hong besar sekali. Ia rela berpisah dengan suaminya bertahun-tahun karena harus kerja di Shenzen.

Keluarga besar orang Chinese dari Changchun di Tiongkok yang semakin kehilangan jatidirinya sebagai orang China karena telah beremigrasi ke Amerika dan Jepang, selain Bibi Lu Hong (kanan, berambut putih)

Orangtua Billi juga telah menempuh garis kehidupan yang sama. Mereka lahir dan besar di Changchun, namun kemudian beremigrasi ke AS dan kini –bersama Billi—sudah mengantongi paspor Amerika.

Billi ada di “persimpangan jalan” di tengah perbenturan kultur Barat vs Timur. Billi bersikeras harus “berterus-terang”. Ayah dan pamannya menolak gagasan itu. Atas nama “hak asasi” model Barat tak boleh mengalahkan tradisi kultur nilai Timur di Tiongkok. Keluarga dan nama baik adalah segala-galanya. Apalagi, keluarga besar ini akan punya hajat di mana Nai Nai sendiri yang akan menjadi impressario-nya alias EO-nya.

Karena itu, suasana “perang batin” ini mendera Billi yang dalam film ini digambarkan sudah “sangat Amerika”. Karena itu, begitu sampai di Changchun, peradaban Tiongkok menjadi tantangan besar bagi dia.

Semua pemain Chinese

Film The Farewell layak ditonton justru karena kisahnya dibuat “mengalir begitu saja”. Tidak banyak “rekayasa” adegan atau kisahnya dibuat sedemikian “heboh” layaknya film-film produk Hollywood.

The Farewell justru unggul dalam koleksi para pemainnya. Semua aktor and aktrisnya orang China. Ngomongnya juga Mandarin. Sesekali saja di antara mereka ada omongan bahasa Inggris.

Wajah mereka juga tampil apa adanya. Sepanjang film ini, roman muka Billi seperti “bonyok” karena menahan emosi marah, terharu, dan protes. Hao Hao tampak seperti orang “konyol”, sementara calon isteriya dari Jepang juga sami mawon.

Yang terlihat luar biasa justru Nai Nai. Ia pemain watak yang hebat. Ia mampu memainkannya dengan amat wajar dan tidak terkesan berlebihan memerankan sosok nenek yang tegar hati, punya prinsip hidup, dan menikmati hari-harinya dengan hepi dan penuh harapan.

Billi memeluk erat Nai Nai untuk berpamitan sebelum bertolak menuju Amerika. Perpisahan ini mengharukan karena Billi mengira inilah “pertemuan” terakhir dengan neneknya. Ternyata, Nai Nai malah berumur panjang.

The Farewell gagal di ujung kisah film ini. Nai Nai ternyata tidak sampai mati cepat seperti yang diprediksi dokter dan semua anggota keluarga.

The Farewell yang sesungguhnya hanya terjadi di jalan depan apartemen Nai Nai. Yakni, ketika Billi dan kedua orangtuanya harus berpamitan penuh haru dengan Nai Nai, sesaat sebelum naik taksi meninggalkan Changchun menuju Amerika – “Tanahair” mereka kedua setelah Tiongkok.

The Farewell menjadi kian mengesan. Jalinan cerita dalam film ini dibangun oleh pengalaman eksistensial Lulu Wang, sutradara muda film, tentang Nai Nai kandungnya sendiri. Sepenggal video lawas muncul dalam film di ujung akhir.

Kisah film The Farewell mengambil inspirasinya dari naskah radio beritel What You Don’t Know yang muncul sebagai satu episod jalinan cerita bernama This American Life.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here