Renungan harian, Hari Rabu Abu 26.02.2020: Mengoyak Hati, Menyesal, dan Bertobat

0
518 views
Ilustrasi - Bertobat dengan kembali pulang ke rumah orangtuanya. (Mathias Hariyadi)

Bacaan I: Yoel 2:12-18; Bacaan II 2Kor 5:20 – 6:2; Mat 6:1-6,16-18

Allah yang pengasih dan penyayang, Allah yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia akan menerima kembali anak-anak-Nya yang menyesal dan bertobat. Tobat yang benar adalah pengarahan hidup, kepada Allah yang adalah sumber hidup itu sendiri.

Allah marah terhadap kegagalan manusia dalam membangun hidup, tetapi serentak Allah berbelas kasihan, asal manusia mengarahkan hidupnya kepada Allah. Tekanan nabi Yoel, hati mesti dikoyakkan dan dibuat hati yang baru.

Tobat yang benar itu mesti diwujudkan dalam perilaku hidup. Yesus memperlihatkan tiga kebajikan Injili yang mesti menjadi pedoman hidup orang beriman. Semangat takwa yang benar memang harus nampak, tetapi bukan untuk publikasi, atau dipertontonkan.

Tiga kebajikan hidup Injili itu adalah: Sedekah, Doa dan Puasa. Kristus menolak suatu usaha akrobatik, didramatisir, dipertontonkan dalam kehidupan religius.

Yang dikehendaki Yesus dari para pengikut-Nya adalah hati yang terarah dan usaha pembangunan diri dari dalam. Di sini nampak tekanan Yesus: Koyakkan hatimu, bukan pakaianmu. Bagi Yesus, derma itu tak boleh dicanangkan, bahkan tangan kiri tak boleh mengetahui apa yang dibuat tangan kanan.

Doa itu komunikasi dengan Allah, bukan untuk memuaskan diri dan bukan untuk dipertontonkan. Demikian juga puasa, bukan menjadi tontonan. Puasa Kristen mempunyai arah menantikan Sang Pengantin, maka bisa dengan suasana hati yang gembira.

Terima abu, tanda bahwa kita ini hina di hadapan Allah. Kita harus merendah di depan Allah yang Mahamulia. Kita hanya debu di alas kaki Tuhan. Allah selalu membuka pintu maaf dan ampun bagi kita yang kembali kepada-Nya. Semoga.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here