Iman yang Aktif Berbagi

0
1,951 views

[media-credit name=”google” align=”aligncenter” width=”650″][/media-credit]PERISTIWA perbanyakan roti, terjadi sesudah Yesus mendengar bahwa Yohanes Pembaptis sudah dibunuh. Sangat wajar jika Yesus memerlukan waktu untuk menyendiri dan meninjau ulang visi dan misi hidupnya.
Apa yang dulu sekedar merupakan nubuat para nabi, sekarang menjadi suatu kenyataan pahit dan menakutkan. Jalan hidupNya dapat berakhir sama seperti Yohanes, berakhir pada kematian.

Tetapi Allah tidak membiarkan Yesus termenung lama. Belum sampai di pantai, orang banyak sudah menunggu Yesus. Saat melihat mereka, langsung keluar ciri IlahiNya: jatuh belas kasihan. Para murid juga belajar sesuatu saat itu.

Mereka pasti bangga bahwa guru mereka dicari, dibutuhkan dan dapat melayani dan menyembuhkan begitu banyak orang. Tetapi karena Yesus tidak selesai-selesai melayani dan sudah lewat magrib, mereka menjadi gelisah.
Maka mereka minta Yesus membubarkan orang banyak. Yang harus cari makan bukan hanya orang banyak. Bekal 5 roti dan 2 ikan tidak cukup untuk mereka bertiga belas! Tetapi mereka percaya kepada Yesus. Bekal mereka serahkan, dengan risiko mereka semua akan lapar malam itu.

Mereka menerima sesobek roti yang telah dibagi-bagi oleh Yesus dan dengan patuh mulai membagikannya kepada orang banyak. Makanan yang dibagi: roti dan ikan yang biasa terdapat di daerah itu. Roti murah, makanan orang kebanyakan dan ikan yang terdapat di danau Genesaret. Kalau kita perhatikan: ikannya hilang tidak bersisa.

Peristiwa ini diceritakan dalam rangka Perayaan Ekaristi. Roti yang sisa banyak; menyampaikan pesan: masih bisa dibagi untuk lebih banyak orang lagi.

Jadi pesan yang mau disampaikan: hidup ini punya arti kalau pada saat kita mencari Allah, yang kita temukan bukan kepentingan dan urusanku yang penting, tetapi kepentingan sesama yang utama. Kita percaya pada Yesus mulia.

Dia jaminan akan masa depan; akan kesembuhan dan kelimpahan. Kita diajak mengalami bahwa Ia hadir dalam Ekaristi, menyertai hidup kita yang biasa-biasa dengan harapan dan jaminan: semua sudah dipersatukan dengan Dia yang sudah mulia di surga. Bagaimana kita menjalani hidup ini agar pesan ini menjadi nyata dalam hidup kita: jangan menjadi sekedar orang yang nunggu dan minta seperti orang banyak yang hanya tahu minta disembuhkan dan mendapat makanan.

Rasul proaktif
Pokok perhatian kita ialah Yesus yang meski menyadari akan arah dan nasib hidupNya, tetap melayani. Jadi rasul yang proaktip dan pasrah pada Kuasa Yesus. Dengan berbagi, hidup akan berkelimpahan dan bisa berbagi lebih banyak lagi.

Ada seorang anak dari teman, sudah setengah tahun lulus Wisuda, tidak pergi mencari kerja. Tidur sampai siang, malam pergi main internet sampai tengah malam. Belakangan ini meminta uang kepada orang tuanya, mau pergi ke Amerika menuntut ilmu lebih dalam lagi. Teman ini bertanya kepada saya, mesti tidaknya dia membiarkan dia pergi.

Saya mememperhatikan rambut teman saya yang banyak putihnya, menatapnya dalam dalam dan berkata: ‘Jika kamu berniat agar anakmu baik nantinya, biarkan dia pergi, tapi jangan kasih dia uang’.

Saya terpikir cerita keponakan saya. Dia adalah warga Amerika, dari kecil selalu berpikir mau jadi pengembara, ingin berkelana melihat lihat dunia luar, jadi ingin pergi berkeliling dunia, nanti setelah kembali mau melanjutkan sekolah di Universitas.

Biarpun ayahnya seorang dokter, ekonomi keluarga memungkinkan, tetapi ayah ibunya tidak memberinya uang dan dia juga tidak memintanya dari mereka.

Sesudah tamat SMA, maka dia segera pergi ke hutan Alaska, memotong kayu untuk menabung. Di Alaska saat musim panas siang hari sangat panjang, matahari baru terbenam kira-kira tengah malam dan jam 3 subuh sudah terbit lagi. Jika dalam sehari dia bisa bekerja 16 jam, memotong kayu selama 1 musim, maka dia bisa menabung untuk keliling dunia selama 3 musim.

Maka setelah keliling dunia 2 tahun akhirnya kembali ke sekolah untuk meneruskan pelajaran di Universitas. Dan karena hal ini adalah dirinya sendiri yang memikirkan matang-matang dan secara mendalam, maka jurusan pilihannya yang semestinya perlu 4 tahun untuk lulus, diselesaikannya dalam waktu 3 tahun. Setelah itu mulai mencari pekerjaan.

Karirnya cukup baik, bisa dibilang searah dengan arah angin, lancar naik terus sampai ke posisi Kepala Insinyur/Manajer Teknik. Pada suatu saat dia bercerita kepada saya dan mengatakan hal di bawah ini yang mempengaruhinya seumur hidup.

Ketika dia bekerja di Alaska, pernah sekali dia dan temannya mendengar lolongan erangan serigala di atas gunung. Mereka sangat cemas dan mulai mencari cari, akhirnya menemukan seekor serigala betina terjerat perangkap dan merintih kesakitan.

Dia memperhatikan alat jebakan besi yang unik dan tahu bahwa itu adalah milik seorang Pak Tua. Pak Tua ini adalah amatiran, menggunakan waktu luangnya untuk menangkap binatang, kemudian menjual kulitnya untuk menambah kebutuhan dapurnya. Tetapi setahu mereka, si Bapak Tua tadi beberapa hari lalu terkena serangan jantung dan diangkut pakai helikopter ke rumah sakit Ancrukhy untuk mendapatkan pertolongan dan dirawat sekarang.

Jadi serigala betina ini bakal mati kelaparan karena tidak diurus. Timbul keinginan dia melepaskan serigala betina itu tetapi serigala itu sangat ganas dan garang sehingga dia tidak dapat mendekat. Dia juga mengamati ada tetesan susu dari serigala betina itu dan ini menandakan bahwa di sarangnya pasti ada anak-anak srigala.

Dia dan temannya menghabiskan banyak sekali tenaga dan waktu untuk mencari sarang srigala, sampai menemukan 4 ekor anak serigala dan membawa mereka ke tempat serigala betina tadi untuk disusui. Dengan demikian mereka terhindar dari bahaya mati kelaparan. Dia mengeluarkan bekal makanan sendiri untuk diberikan ke serigala betina sebagai makanan untuk mempertahankan hidupnya.

Malam hari, ia masih harus berkemah di sana dekat serigala betina untuk menjaga serigala dan keluarganya dari serangan binatang lain karena ibu serigalanya terjerat tidak bisa membela diri sendiri maupun anak anaknya.

Hal ini terus berlangsung sampai hari kelima, saat dia mau memberi makan serigala betina, tiba-tiba dia memperhatikan serigala tadi mulai menggoyang-goyangkan ekornya.

Kemudian dia tahu kalau dia sudah mulai mendapatkan kepercayaan dari serigala betina ini.

Akhirnya setelah berlalu 3 hari lagi, baru serigala betina mengizinkan dirinya didekati, membuka jeratan jebakan yang menjepitnya dan melepaskannya bebas kembali.

Setelah bebas, serigala betina ini kemudian menjilat tangannya dan membiarkan dia memberikan obat luka di kakinya. Terakhir serigala betina ini membawa anak-anaknya pergi, dengan sesekali memutar balikkan kepalanya melihat ke belakang ke arah dia.

Dia terduduk di atas batu dan berpikir, jika seorang manusia bisa membuat seekor binatang buas seperti serigala menjilat tangannya dan menjadi temannya, apakah mungkin seorang manusia membuat manusia lain meletakkan senjatanya dan berkawan?

Dia bertekad di kemudian hari untuk berbuat baik dan menunjukkan ketulusan hati kepada orang lain, karena dari kasus ini dia mempelajari bahwa jika dia terlebih dahulu menunjukkan ketulusan hati, maka lawan pasti akan membalasnya dengan ketulusan juga.

(Sambil bergurau dia berkata, jika begitu saja tidak bisa, maka kalah sama binatang.) Karenanya setelah masuk bekerja, di perusahaan dia berbaik hati kepada orang lain.

Pertama-tama selalu menganggap orang lain berniat baik, kemudian sendiri bersikap tulus, sering kali suka menolong orang lain, tidak berhati sempit dan mengingat kesalahan kesalahan kecil orang lain. Oleh karena ini setiap tahun dia selalu naik jabatan, promosinya cepat sekali.

Yang paling penting adalah dia setiap hari melewati kehidupannya dengan sangat gembira, katanya orang yang membantu orang lain adalah lebih gembira dibandingkan dengan orang yang menerima bantuan.

Dia berkata kepada saya bahwa dia selalu berterima kasih atas pengalaman dia di Alaska dulu, karena ini membuat dia menerima rejeki kebajikan yang tak habis habisnya seumur hidup ini. Dan ini benar sekali, hanya sesuatu yang kita inginkan, yang akan kita hargai. Manusia yang sudah diasah kesulitan baru menjadi dewasa dan matang.

Jika ada seseorang yang tamat Universitas dan tidak tahu mau bekerja apa, kita maka harus membiarkan dia pergi keluar untuk diasah oleh sang kehidupan, tidak perlu memberikan dia uang. Biarkan dia mencari makan dengan tenaganya, berikan dia 1 kesempatan untuk membuktikan kekuatan dirinya dan mencicipi kehidupan, niscaya dan percaya dia pasti bisa mendapatkan sebuah pengalaman yang berguna seumur hidup.

Tak sekadar menunggu

Saya tidak tahu apakah anak muda itu orang yang mengikuti Yesus. Tapi jelas ia menjalani hidupnya dengan semangat pengikut Kristus. Dia tidak sekadar menunggu diberi uang oleh orang tuanya. Dia berusaha dan belajar dari pengalaman hidupnya: berani mengambil langkah untuk mengambil tanggung jawab dalam melakukan tugasnya dan berbagi dengan tulus kepada sesama, maka hidupnya ada dalam kemurahan dan kelimpahan keagungan Kristus yang bangkit.

Dari 5000 lebih orang yang menikmati kelimpahan roti dan ikan, berapa yang kemudian menjadi pengikut Kristus? Kita tidak tahu. Dari 12 murid yang ikut membagikan roti dan ikan milik mereka, 11 diantaranya bersama Kristus mengubah dunia.

Pilihan kita, menjadi seperti orang banyak yang hanya dapat meminta dan menerima atau seperti Yesus dan para rasul yang melayani dan berbagi? Pilihan kita dalam hidup sehari-hari juga nampak dalam sikap kita merayakan Ekaristi. Kalau kita cuma hadir pasip, maka kita tidak mendapat apa-apa kecuali sekedar melakukan kewajiban.

Tetapi kalau kita mau ikut berbagi dan melayani: entah sebagai petugas liturgi, entah sebagai umat yang ikut berdoa, menyanyi, meminjamkan buku, menjaga keheningan dan kekhidmatan; kita bersama-sama menciptakan ucapan syukur, pujian dan saling mendukung atas semua permohonan kita; saat itu kita mengalami mukjijad kelimpahan Tuhan.

Kita datang sendiri-sendiri dengan beban-beban hidup kita. Kita pulang dengan kesegaran, kegembiraan dan kemantapan iman; Kristus hadir bersama kita dan dalam kita. Seperti para murid, kita siap mendengar pesanNya: Kamu harus memberi mereka makan. Kita menjadi orang-orang yang berkelimpahan, yang karena bersyukur dapat menikmati dan berbagi kelimpahan Allah dalam hidup ini bersama orang-orang disekitar kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here