In Memoriam Pater Jerry Martinson SJ: Aktor Ganteng, Guru Murah Senyum bagi SAV Puskat (4)

0
629 views
RIP Pater Jerry Martinson SJ. (Ist)

PERTEMUAN saya pertama kali dengan almarhum Pater Jerry Martinson SJ terjadi pada tahun 1985 di Yogyakarta. Saat itu saya,  sebagai frater  muda Jesuit tengah menjalani Tahun Orientasi Kerasulan (TOK) di Studio Audio Visual (SAV) Puskat. Almarhum Pater Jerry tengah menghadiri Sidang SIGNIS Asia di Hotel Sriwedari, Yogyakarta.

SIGNIS (Unda-OCIC) adalah asosiasi Katolik dalam bidang audio-visual, radio, TV, film, multimedia, dan informatika. Waktu itu, SIGNIS Indonesia menjadi tuan rumah, dan SAV Puskat sebagai anggota SIGNIS Indonesia terlibat mempersiapkan segalanya bersama Komsos Keuskupan Agung Semarang, Sanggar Prathivi dan Komsos Keuskupan Agung Jakarta.

Baca juga:   In Memoriam Romo Jerry Martinson SJ: Spiritualitas Jesuit dan Kerasulan melalui Layar Kaca (3)

Almarhum Pater Jerry senantiasa  sangat friendly, ramah sekali dan murah senyum. Ia juga bermurah hati untuk menyediakan waktunya bagi siapa pun yang minta bantuan kepadanya.

Program TV di Kuangchi, Taipei

Sejak 1980 secara bertahap,  staf SAV Puskat mengikuti training program TV di Kuangchi Program Service, Taipei dimana Pater Jerry menjadi salah satu tutornya. Selama di Yogya, Pater Jerry sambil lari-lari pagi suka menyapa tukang becak atau orang-orang di lorong-lorong kampung yang dilaluinya.

Pertemuan JesCom Asia Pacific Assembly di Manila tahun 2012.

Perjumpaan berikutnya terjadi  pada tahun 1990,  ketika saya mengadiri acara SIGNIS World Assembly di Bangkok. Pater Jerry langsung memeluk saya saat bertemu dan bercakap dengan penuh persahabatan tentang karya-karya media yang kami jalani.

Sejak saat itu, saya selalu berjumpa dengan almarhum Romo Jerry SJ ini  setiap empat tahun sekali saat kami bersama-sama menghadiri  acara SIGNIS World Assembly. Bahkan setiap tahun  kami pun berjumpa lagi ketika bersama-sama mengikuti SIGNIS Asia Asssembly dan JesCom Asia Pacific (Jaringan Yesuit yang bekerja di bidang media).

Pater Jerry juga beberapa kali datang ke Puskat di Yogyakarta untuk menjadi tutor dalam training yang kami selenggarakan. Ia juga pernah mengisi siaran SAV Puskat dalam program Bimbingan Rohani di TPI bersama Pater Pierre Babin OMI, seorang kampiun media dari Lyon di Perancis yang juga menjadi guru dari staf SAV Puskat.

Jejak St. Fransiskus Xaverius di Maluku

Hal yang amat mengesankan bagi Pater Jerry dan selalu diceritakan dimana-mana ialah pengalaman mengikuti syuting film Mengikuti Jejak St. Fransiskus di Maluku. Film doku-drama ini terdiri dari delapan episod dan didesain mengikuti metode Latihan Rohani St. Ignasius.

Setiap episod disyuting di tempat yang berbeda: Paris, Roma, Goa, Malaka, Maluku (Ambon, Ternate, Jailolo), Jepang, dan Sansian.

Romo Jerry Martinson SJ.

Almarhum Pater Jerry SJ dalam film doku-drama ini  berperan sebagai Fransiskus Xaverius.

Ketika syuting dilakukan untuk menggambarkan kedatangan maupun perpisahan Fransiskus Xaverius di Ternate, ada begitu banyak penduduk yang ikut berpartipasi menjadi figuran. Orang-orang Muslim pun ikut bermain film.

Pater Jerry yang memerankan Fransiskus Xaverius mengenakan jubah hitam. Selepas syuting, anak-anak kecil tidak mau berpisah dengan dia. Kemana Pater Jerry pergi, mereka selalu mengikuti. Orang-orang dewasa pun sangat senang bergaul dengan Pater Jerry, meski mereka tidak bisa berbahasa Inggris.

Setelah syuting selesai, kami berpamitan. Orang-orang desa itu, mulai dari bapak dukuh, menangis tersedu-sedu seperti tak terhiburkan.

Almarhum Romo Jerry Martinson SJ saat masih muda bellia. (Ist)

Kenangan tak lekang waktu

Kini, Pater Jerry sudah meninggalkan kita. Namun almarhum Pastor Jesuit asal California dan menghabiskan karya pastoralnya sebagai imam misionaris di Taiwan ini telah mewariskan semangat bermurah hati dan persahabatan lintas batas. Film-film yang diproduksinya telah diwariskan ke seluruh penjuru dunia.

Film doku-drama Mengikuti Jejak St. Fransiskus Xaverius sudah diterjemahkan ke dalam 23 bahasa dan telah disiarkan lewat televisi di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Film itu juga sangat bermanfaat untuk menjadi bahan retret Ignatian selama delapan hari. Dan banyak jiwa telah terbantu untuk mengalami Tuhan yang Mahamurah.

Pater Jerry telah dengan gembira dan totalitas menghayati tugasnya sebagai seorang produser, seorang Jesuit sejati, seorang imam, seorag pewarta dan sekaligus seorang sahabat bagi semua.

Selamat jalan, Pater Jerry. Requiescat in pace et vivat ad aeternam.

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here