In Memoriam Prof Anton M. Moeliono Tonggak Penting “Menjadi Indonesia”

0
1,679 views

 

Dok Pusat Bahasa

DARI semula hanyalah segelintir pemuda yang menggelorakan perlunya menumbuhkan semangat nasionalisme melalui dan dengan media bahasa.Akhirnya sampailah pula pada sebuah kebulatan tekad berskala “nasional” yakni Sumpah Pemuda. Tanggal 28 Oktober 1928 harus kita maknai sebagai tahapan penting dalam sebuah proses politik teramat panjang yang mau kita sebut “menjadi Indonesia”.

Ungkapan  “Indonesia” menjadi kata kunci sangat penting untuk menamai sekumpulan masyarakat yang ingin menyebut diri Indonesia. Ungkapan sama juga dipakai sebagai nama baru untuk menamai ragam bahasa Melayu Riau untuk sebuah cita-cita besar yakni sebuah bangsa dan wilayah Indonesia.

28 Oktober 1928 dengan Sumpah Pemuda adalah milestone penting dalam sejarah Indonesia. Dideklarasikannya pernyataan kemerdekaan Indonesia berikut pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi tahapan penting berikutnya. Tentu dengan tidak melupakan jasa WR Supratman dengan karyanya Indonesia Raya dan IR Sukarno dengan rumusan Pancasila.

“Menjadi Indonesia”

Dalam proses panjang berjudul “Menjadi Indonesia” inilah, peran penting seorang warga Indonesia bernama Prof. Anton Moedardo  Moeliono ingin kita letakkan. Lahir di Bandung 21 Februari 1929, almarhum pakar Bahasa Indonesia ini meninggalkan dunia fana, Senin tanggal 25 Juli 2011 menjelang tengah malam di rumah pribadi di Jl. Kartanegara 51, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Sebagai Kepala Pusat Bahasa (1984-1989), Prof. Anton M. Moeliono berhasil menggulirkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) persis setahun sebelum pensiun dari lembaga ini. Karya besar ini sekaligus merupakan penyempurnaan atas KUBI edisi lawas yang pernah disusun oleh WJS Poerwadarminta.

Sebagai bahasa nasional, sudah barang tentu kehadiran KUBI edisi Pusat Bahasa itu menjadi aset sangat penting untuk semakin mempopulerkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa percakapan dan tulisan resmi di Tanahair. Menyempurnakan Bahasa Indonesia dari anasir-anasir asing agar semakin “Menjadi sangat Indonesia” adalah jejak-jejak inspiratif yang pernah ditoreh oleh seorang Anton M. Moeliono.

Buku “EYD”

Itu antara lain terbitnya buku Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) tahun 1972 yang kemudian direspon positif oleh Presiden Suharto sebagai kaidah resmi  bagi proses penataan bahasa nasional. Itu terjadi persis pada perayaan  kemerdekaan RI di tahun yang sama. Untuk semakin mempopulerkan EYD, Prof. Anton M. Moeliono rajin menyambangi stasiun TVRI di Senayan untuk tampil mengisi acara Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia mulai tahun 1973-1977.

Dari benak Prof. Anton M. Moeliono yang senantiasa berpikir keras inilah lahir sejumlah kosa kata baru dalam Bahasa Indonesia yang hari-hari ini sudah menjadi jamak (biasa) bagi kita. Taruhlah itu –sekedar menyebut beberapa contoh—seperti bandar udara, rekayasa, pantau, canggih, swalayan, dan masih banyak lainnya.

Jelas, langkah berani Pak Anton. M. Moeliono menciptakan kata-kata baru dalam kosa kata Bahasa Indonesia ini merupakan peran besar dalam proses panjang “Menjadi Indonesia”. Indonesia makin mengkristal tidak saja karena semangat kesatuan yang senantiasa digelorakan melalui idiom NKRI. Lebih dari itu, proses “Menjadi Indonesia” itu juga sebaiknya terus digulirkan dengan makin munculnya kata-kata baru yang sangat khas Indonesia.

Dalam proses panjang “Menjadi Indonesia” inilah, Sesawi.Net telah menyaksikan peran besar seorang almarhum Prof. Anton M. Moeliono sebagai satu tonggak sejarah (milestone) penting  menjadikan Bahasa Indonesia semakin membumi di antara warga bangsa Indonesia.

Prof. Anton. M. Moeliono….requiescat in pace (beristirahatlah dalam kedamaian Tuhan).

Mathias Hariyadi, penulis dan anggota Redaksi Sesawi.Net.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here