In Memoriam Romo Basilius Kolo MSC: Melawan Arus (4)

0
544 views
Keluarga alm. Pastor Bas Kolo MSC di pemakaman. (Ist)

DALAM sharing-nya yang singkat, Provinsial MSC Provinsi Indonesia Pastor Jhony Luntungan MSC, mengatakan demikian. MSC, kata dia,  tidak kehilangan Pastor Bas, melainkan MSC mendapatkan satu lagi pendoanya di surga. Itu dalam diri Pastor Bas.

Pastor Provinsial percaya, Pastor Bas yang sudah berada di surga sana,  sekarang menjadi pendoa bagi anggota MSC dan umat Katolik.

“Kami tidak kehilangan, tetapi dalam ketambahan seorang pendoa,” tegasnya.

Pastor Jhony menegaskan, menjadi seorang imam itu mudah, tetapi menghayati imamat itu sesuatu yang sulit, menantang, dan butuh komitmen.

“Pastor Bas, tolong doakan kami yang masih belajar untuk taat, murah hati, dan sederhana ini,” pinta Provinsial MSC malam itu.

Melawan arus

Usai misa, Dirjen Bimas Katolik RI Bapak Eusabius Binsai, atas nama keluarga almahum dan warga Timor, mengucapkan terimakasih kepada Tarekat MSC yang sudah menerima Pastor Basilius Kolo sebagai biarawan MSC.

Dengan nada humoris, Eusabius mengatakan, sebenarnya Pastor Bas dan Pastor Josep Seran MSC (alm) adalah orang yang “melawan Uskup Atambua”, lantaran mereka berdua itu “lari” masuk MSC.

Saat itu, di Atambua, berlaku kebijakan bahwa semua seminaris harus melanjutkan studi ke Seminari Tinggi di Maumere dan memilih jadi imam praja (diosesan) atau SVD.

“Tetapi, Pastor Bas ‘melawan’ ketentuan itu. Ia melamar ke MSC dan kepada orangtua serta adik-kakaknya ia mengatakan, kalau saya lanjut ke Maumere, maka setiap tahun saya pasti libur ke rumah di Atambua. Dan, kalau saya sering pulang kampung, pasti suatu saat saya bisa menikah dengan orang kampung. Maka saya mau pergi jauh dan baru akan kembali ke rumah ketika saya sudah jadi imam. Dan, ia pergi masuk MSC,” cerita teman kelas almahum itu.

In Memoriam Romo Basilius Kolo MSC: Lama Berkarya di Kei (3)

Usai misa ada santap malam bersama, ini menjadi malam yang panjang bagi beberapa kelompok, baik yang berdasarkan etnis maupun sesama alumni. Sambil makan, para alumni Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng tenggelam dalam percakapan dan diskusi.

Tentu saja mereka juga mengungkapkan pengalaman bersama Pastor Bas, selain sharing pengalaman dan pendapat soal kehidupan menggereja, perkembangan dan situasi masyarakat jelang pilpres April 2019.

Diskusi makin menarik ketika tergabung di dalamnya  para alumni seminari menengah seperti Seminari Yudas Thaddeus Langgur dan Seminari Kakaskasen.

Sementara di sudut yang lain, para warga Timor “jatuh” pula dalam obrolan hangat seputar persaudaraan mereka.

Imam itu perlu taat

Minggu (10/2), Uskup Keuskupan Amboina Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC memimpin Ekaristi dan penutupan peti jenazah Pastor Basilius Kolo MSC. Uskup Keuskupan Amboina itu didampingi Provinsial MSC dan Pastor John Arbol Pr.

Sebelum menjadi imam, Pastor Bas adalah frater binaan dan sekaligus mahasiswa Mgr. PC Mandagi di Skolastikat dan Seminari Tinggi Pineleng, Manado. Tentu saja, Bapa Uskup Mandagi sangat mengenal pribadi almarhum.

Memetik inspirasi dari Injil tentang perintah Yesus kepada Simon dan Petrus agar menebarkan jalanya ke tempat yang lebih dalam lagi, Mgr. PC Mandagi, mengatakan, setiap ketaatan selalu akan menghasilkan buah yang berlimpah. Seperti para murid taat kepada perintah Yesus, demikian dalam hidupnya Pastor Bas telah memperlihatkan ketaatan itu kepada Kristus dan para uskup.

Bersaksi tentang karya-karya Pastor Bas di Maluku, Bapa Uskup Keuskupan  Amboina itu mengatakan Pastor Bas banyak belajar dari pengalaman hidup pastoralnya.

“Tetapi Pastor Bas bukanlah imam yang sempurna, tetapi dari kegagalan itu ia terus maju menuju kesempurnaan. Kesempuraan itu diraih karena ia taat kepada Kristus,” jelas Uskup Amboina itu.

Sikap taat Pastor Bas itu, menurut Uskup Mandagi, terlihat ketika ia tak punya beban dalam menerima tugas. “Ketaatan itu bersumber pada iman dan kesadaran akan dosa. Itu yang terlihat pada sosok Pastor Bas,” ujar Mgr. Mandagi MSC.

Menuju tempat peristirahatannya

Setelah upacara penutupan peti jenazah, para pelayat mengantar Pastor Bas ke tempat peristirahatannya yang terakhir di bukit San Diego Hill, Karawang, Jawa Barat.

Pastor Titus Rahail (Jr) MSC memimpin penguburan teman setingkat dan teman sekerjanya di Keuskupan Amboina. Ia terlihat sedih, ada rasa kehilangan. Provinsial MSC bersama beberapa imam MSC setia mendampingi almarhum hingga ke pemakaman.

Kini, Mama Theresia Timo hanya bisa menatap gundukan tanah itu seraya berharap akan ada perjumpaan antara Pastor Bas dan ayahnya Ignatius Loka dan seorang saudaranya lagi. Mereka bertiga sudah bertemu di surga, harap perempuan Timor yang teguh melihat orang-orang yang sangat dikasihinya itu pergi meninggalkan dirinya dan anak-anaknya yang lain.

Di Karawang, Pastor Basilius Kolo dikuburkan berdekatan dengan para konfraternya, yang sudah lebih awal mendahuluinya, yakni Pastor Lau Jotten MSC, Br. Willfridus MSC, Br. Hein Remetwa MSC, Pastor Widyosoewondo MSC, Pastor Karel Veeger MSC, Pastor James Sabon MSC, dan Pastor Soesilosoewarna MSC.

Mereka itu kini menjadi pendoa bagi kita semua. (Selesai)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here