In Memoriam Romo Henricus “Henk” van Opzeeland SJ (3)

2
1,180 views
RIP Romo Henricus "Henk" van Opzeeland SJ (1929-2019) by Prompang SJ.

SAYA mengenal Romo Henk sebagai pembimbing rohani di Kolsani (1994). Selama empat tahun menjadi teologan pun, saya bimbingan rohani dengan beliau.

Ketika tahun 2016 saya masuk Kolsani dan ke kamarnya, ruang kamarnya pun masih sama.

“Rama, di sini saya tempat saya duduk bimbingan dan mengaku dosa”.

Saat itu, Romo Henk masih bekerja sebagai ekonom. Saya datang untuk minta uang saku bulanan dan menyerahkan honor atau stipendium.

Romo Henks selalu memberinya dengan tanda bukti penerimaan atau tanda bukti keluar diketik dengan mesin tik listrik pemberian dari KAJ sebelum pindah ke Yogya.

Saat sambil ngetik itu biasanya cerita sana sini tentang ke-Serikatan.

Sebelum menjalankan tugas sebagai pembimbing rohani, Romo Henk Kursus di CIS, Roma. Bahan utama kurus waktu itu Konstitusi.

Itulah mengapa ketika masuk Kolsani, isi program Studi Ignatian bahan utama Konstitusi. Selain kursus, beliau bertemu dengan Romo Jenderal Kolvenbach memohon catatan-catatan tentang formasi rohani dan juga dari Romo Provinsial.

Catatan itu masih tersimpan di buku yang dia tunjukkan, sebelum pindah ke Emaus.

Hari-hari terakhir sebelum ke Emaus, setiap pukul 11.30 (kalau saya tidak sedang pergi) saya ke kamarnya dan diminta untuk melihat tulisan-tulisan, kliping serta bahan retret dan konferensi rohaninya.

Tampaknya beliau adalah juga pembimbing dan Bapa Pengakuan tetap novis-novis.

Sampai sebelum pindah ke Emaus pun, beliau masih menjadi pembing rohani para suster OSF Senopati. Karena kesehatan terbatas, para suster mendatangi.

Dalam menjalankan tugas di Sanata Dharma, dia juga mengagumkan. Pernah ngerasani apik Romo Sastrapratedja SJ, Rektor USD. “Visi dan ide-idenya luar biasa. Saya kagumi”.

Terus ditambahkan, “Tapi, mewujudkannya tidak mudah”.

Hal ini terutama terkait dengan pembangunan fasilitas USD.  

Untuk merawat hidup rohaninya setiap hari masih berusaha menyediakan waktu satu jam membaca. Karena itu suka sekali membicarakan bacaan.

Kadang saya kalau meminta uang bulanan atau menyerahkan uang bisa sedikit lebih lama karena mendengarkan cerita bacaan atau tema-tema tertentu. Setiap sore berdoa di kapel dan malam sebelum rekreasi visit.

Dalam semuanya itu, mengingat keterbatasan fisik dan kesehatanya, saya sering berpikir: apa ya rahasianya?

Salah satu jawabnya disiplin baik dalam merawat kesehatan, merawat relasi, terlibat di dalam komunitas maupun dalam merawat hidup rohaninya termasuk harus bergulat dengan ketaatannya saat mau pindah ke Girisonta.

Saya pikir sambil terus menerima keterbatasan dirinya oleh karena usia, orang seperti beliau tetap bisa optimal dalam keterbatasan.

Terima kasih Rm Henk.

Bagaimana persahabatan dirawat sangat jelas dirasakan ketika di Kolsani baik dengan semua maupun terutama dengan Romo Kieser SJ, termasuk Misa Minggu Ekaristi Kapel Maria.

Kadang saya ikut. Malah setelah Romo Henk pindah, Romo Kieser SJ masih mengajak meneruskan. Mungkin sampai sekarang. Tur nuwun rama. Itu gestures persahabatan yang berharga selain duduk-duduk di rekreasi serta terutama committed dengan tugas masing-masing.

Setelah Romo Henk pindah kamar saya pakai. Langsung dikomentari Romo Heru, “Yen pindah kono paling ora 27 thn seperti Romo Henk lo.”

Ehhh ternyata tidak. Lha kok malah panjang ngalur ngidul. Ya itulah serba serbi dan warni berkomunitas.

Terima kasih Romo Henk.

Doakan kami semoga bisa menyetia  tugas apa pun with love and joy sampai titik akhir dalam seluruh pergulatan dan keterbatasan fisik, rohani dan manusiawinya.

Salam

Romo Leo Agung Sardi SJ – Rektor Seminari Menengah Mertoyudan

2 COMMENTS

  1. Beliau adalah sosok kebanggan kami bersama. Kami para alumni melalui IKASS akan terus bersama-sama memegang semangat beliau untuk ikut serta berpartisipasi dalam memajukan pendidikan vokasional di Indonesia. Terima kasih Romo Ismartono SJ atas artikel nya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here