SAYA mulai kenal almarhum Romo Tondowidjojo CM ketika berada dalam sebuah penerbangan Garuda, rute Surabaya-Manado, dan ini terjadi pada tahun 1985.
Waktu itu, saya tengah terbang bersama alm. Romo Ruedi Hofmann SJ (Direktur SAV Puskat waktu itu) dan kami duduk berdampingan di deretan bangku yang sama dalam penerbangan.
Waktu itu, kami terbang karena ingin menghadiri Sidang Tahunan Unda/OCIC (yang sekarang berganti nama menjadi SIGNIS) Indonesia. Setelah pramugari selesai menyampaikan tata tertib penerbangan, Romo Tondo minta izin untuk menyampaikan pengumuman.
Beliau memperjenalkan diri sebagai Pastor John Tondowidjoyo CM yang masih memiliki sejarah garis keturunan dari Pahlawan Nasional RA Kartini. Kemudian, beliau membagikan kartu nama kepada seluruh penumpang.
Romo Ruedi Hofmann, sambil senyum-senyum, lalu membisiki saya: “Itulah Romo Tondo”.
Pekerja keras dan murah senyum
Romo Tondo memang murah hati, banyak senyum. Beliau sosok imam pekerja keras dan banyak membuat tulisan di berbagai media cetak. Sepertinya beliau bisa mengulas apa saja dengan menyajikan banyak data. Beliau juga banyak memberikan seminar tentang komunikasi baik di dalam maupun luar negri.
Saat saya mnjabat Ketua Signis Indonesia (2003-2007), beliau sering menelpon saya setiap kali habis pulang dari memberi seminar. Setiap kali ada Sidang Signis, beliau dengan murah hati menyumbang bir untuk para peserta.
Romo Tondo adalah orang yang murah hati. Beliau sering sekali dan selalu suka menolong yang berkesusahan. Banyak mantan seminaris atau frater beliau tampung dan kemudian disalurkan ke lembaga-lembaga yang membutuhkan.
Pernah beliau berbisik kepada saya demikian dengan nada humor.
“Romo Is, apa ada bocoran tentang Jesuit yang mau keluar? Nanti tolong saya diberitahu ya. Biarlah SJ yang mendidik, dan saya yang menggunakannya … he…he…,” katanya waktu itu.
Itulah sosok alm. Romo Tondo yang murah hati dan kini telah kembali ke rumah Bapa yang Maha Pemurah.
