In Memoriam Romo Yosep Suyatno Pr, Catatan Menjelang Tahbisan Imam Tahun 1989 (3)

0
1,545 views
Alm. Romo Suyatno Pr yang dikenal dengan nama akrab "Tuyet" di kalangan alumnus Seminari Mertoyudan tahun 1977. (Dok. Sesawi.Net)

Pengantar Redaksi

Tahun Orientasi Rohani (TOR) –semacam pendidikan dasar di Novisiat untuk kaum religius—baru terjadi pada tahun 1981, ketika para seminaris lulusan Seminari Menengah Mertoyudan melamar masuk menjadi calon imam praja (diosesan) Keuskupan Agung Semarang. Pada waktu itulah,  TOR yang berada di Jangli Semarang mulai memasuki langkah tahun pertamanya.

Tujuh tahun kemudian, delapan orang alumni tahun pertama TOR Wisma Jangli memasuki babak baru sebagai calon imam. Mereka menerima tahbisan imamatnya dari Uskup Agung KAS waktu itu Mgr. Julius Darmaatmadja SJ.

Berikut ini catatan kecil yang dirilis oleh Romo Willem Pau Pr, imam diosesan KAS yang kini berkarya pastoral di Gereja St. Fransiskus Xaverius Paroki Kebon Dalem Semarang. Sebelumnya, selama bertahun-tahun, Romo Willem Pau memegang posisi strategis sebagai Ketua Komisi Komsos KAS.

——————-

Delapan Bibit Unggul Angkatan Jangli Perdana  

Ditahbiskan Imam Praja KAS tahun 1989.

Bertepatan dengan HUT Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan yang ke-53, delapan imam baru ditahbiskan oleh Mgr. Julius Darmaatmaja SJ, pada tanggal 16 Agustus 1989. Tentu saja kapel Seminari yang kecil itu tidak memuat meluapnya tamu-tamu dari para neomis ini dan juga dari para imam serta sanak keluarga.

Namun justru dalam suasana berdesakan dan berhimpitan inilah tahbisan menjadi terasa meriah.

Sebelum pentahbisan, Bapa Uskup antara lain menyampaikan amanat­nya sebagai berikut.

“Seperti dulu,  Santo Paulus berkeliling kemana-mana untuk meneguhkan iman saudara saudaranya dan menetapkan penatua-penatua. Demikian apa yang terjadi sekarang ini juga merupakan penyerahan penatua-penatua dari umat Allah ke hadapan Tuhan. Itu karena tahbisan pada hakikatnya juga penyerahan wakil-wakil umat ini kepada Tuhan. Tentu saja yang diserahkan adalah orang yang telah dipilih oleh Allah sendiri. Rahmat Tuhan yang telah menggejala dalam diri para calon imam ini.  Pada saat ini, diteguhkan dan mereka ditetapkan sebagai pelayan-pelayan karya Allah. Meskipun para calon imam sendiri merasa sebenarnya tidak pantas, seperti apa yang dialami Nabi Yesaya, namun Tuhan sendiri yang akan menyapa mereka, karena Tuhan berkarya pada mereka, maka kenajisan akan dihapuskan dan yang kurang sempurna akan disempurnakan.

Seperti dahulu mulut Yesaya telah disentuh dengan api ilahi, demikian sekarang para calon imam ini akan diurapi dengan Roh Kudus, agar juga berani mengucapkan: ‘Inilah Aku, utuslah Aku’.

Yang harus menjadi keyakinan dan pegangan kita, bahwa Tuhan itu berkarya melampaui kekuatan manusia, seperti telah dibuktikan di hadapan Simon Petrus dan kawan-kawannya dalam peristiwa penangkapan ikan. Demikian pula karya Allah sekarang ini telah dibuktikan dalam GerejaNya.”

Baca juga:  In Memoriam Romo Yosep Suyatno Pr, Pejuang Lintas Iman dan Kemanusiaan di Lereng Gunung Merapi (2)

Dalam tahbisan imam ini, Bapak Uskup didampingi oleh Romo Julianus  Sunarko SJ, Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan dan Romo Ign. Suharyo Pr, Dekan Fakultas Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dan kira-kira ada 150 imam hadir untuk ikut serta memberikan doa dan penumpangan tangan. Pada akhir upacara yang meriah ini ditutup dengan ucapan syukur dan berkat pertama dari delapan imam baru.

Rama-rama baru ini sekarang mendapatkan julukan: “Angkatan Jangli Pertama”.

Yang ditahbiskan menjadi imam sebagai berikut antara lain:

  • Yosef Suyatno Hadiatmaja Pr

Rama berkulit hitam manis ini adalah putra ketiga dari keluarga Bapak V. Hadisuwarno, satu-satunya keluarga katolik di Kampung Sukoreno, ujung timur Paroki Wates. Ia dilahirkan pada tanggal 8 Mei 1960.

Semua saudaranya ada tujuh orang.

Rama ini mengatakan bahwa ia mulai tertarik dengan rama sejak SD. Memang sudah sejak kecil, ia selalu diajak kedua orang tuanya misa di gereja, bersalaman dengan rama sehabis misa, berdoa bersama dirumah. Kunjungan rama di rumahnya ternyata menumbuhkan bibit panggilannya. Ia tertarik menjadi imam yang dipandang sebagai pribadi  paling dekat dengan Tuhan dan semua orang dari segala lapisan, lebih-lebih yang terpencil.

Tugasnya sewaktu kecil yang rutin ia memberi makan sapi dan mencari kayu bakar. Maka ketika ia mau masuk ke Seminari, ternyata orang tuanya belum mengizinkan. Tetapi toh akhirnya setelah menamatkan SD-nya di Sentolo dan SMP nya di Kanisius Gayam, ia pun masuk ke Seminari Menengah Mertoyudan Magelang tahun 1977.

Ia ingin menjadi rama praja yang merakyat, maka ia masuk Seminari Tinggi, tempat pendidikan rama praja, yang diawali dengan TOR  di Wisma Jangli Semarang.

Kemudian tahun tahun berikutnya ia menempuh studi filsafat dan teologi sampai selesai, dan hanya diselingi dengan Tahun Orientasi Pastoral di Paroki Magelang. Meskipun kini sudah selesai S1, namun ia masih harus menempuh lisensiat di Fakultas Teologi Wedabhakti Kentungan.

Tanggal 16 Agustus 198,  ia bersama sama kawan-kawannya ditahbiskan menjadi imam praja Keuskupan Agung Semarang.

Beberapa lagu/lirik Lagu yang pernah almarhum hasilkan saat berkarya di Paroki Somoitan Yogjakarta:

PS:  Saya baru menyadari bahwa  bahwa yang tertulis di video — dan itu salah–  adalah nama Rm. FX. Suyatno Pr. Padahal seharusnya adalah Rm. Josef Suyatno Pr. Mohon maaf nggih, Romo Yatno.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here