Jangan Lupa Bersihkan Dapur dan Gudang, Ya! (2 – selesai)

0
938 views

Pernah sebuah siang, aku dan ibuku duduk bareng di sofa hijau. Kami duduk bersama tanpa obrolan karena kami sibuk dengan buku bacaan masing-masing. Sesekali kulihat ibuku mengatur letak kacamata plusnya. Menarik ulur letak buku untuk mencari fokus baca. Membasahi jari tengah kanannya dengan sejumput liur untuk membuka halaman per halaman. Aku berjanji membelikan buku-buku rohani padanya. Tapi, belum kesampaian juga menebus janji itu. Ular besi bernama Fajar Utama itu keburu menculik ibu. Membawanya kembali ke kampung halaman.

Sesekali, aku bisa membaca kecemasan dan kesedihan menghiasi parasnya. Apalagi, ketika menerima kabar dari Jogja, si bungsu meminta uang untuk sebotol anggur. Pesta anggur dengan dewa mabuk. Sampai kapan malam-malam seperti itu akan berakhir. Sudah belasan tahun, ibu menjalani ini dengan tabah. Tapi, semua itu membuat iman ibu semakin membaja. Kuat. Kekuatan ibu hanya satu, yakni p-e-n-g-h-a-r-a-p-a-n. Pengharapan akan masa depan yang lebih baik. Bagi si bungsu. Bagi keluarga. Bagi dirinya sendiri. Seakan ia mengamini tidak ada rasa sakit yang abadi.

Aku pernah memberontak pada Tuhan. Aku katakan, ibuku sudah terlalu sabar menjalani realitas ini. Tak kunjung jugakah Dirimu memberinya sepotong kebahagiaan di usia tuanya? Ibuku seperti perempuan tua yang mengetuk-ketuk pintu rumah sahabat untuk meminta pertolongan karena anaknya sakit. Tapi, sampai tangan perempuan itu berdarah-darah karena terlalu lama mengetuk pintu kayu itu, pintu juga belum dibukakan. Tapi, itu dulu. Ibu sendiri tidak protes. Justru, ibu mengenyam semua itu sebagai bagian dari iman personalnya. Ia selalu menyimpan segala perkara di dalam hatinya.

Aku pernah membenci ibu. Dulu, saat aku di asrama. Sejak hari pertama, ibu berjanji akan mengirimiku surat. Tapi, selama 8 tahun aku berada dan akhirnya keluar dari asrama, ibuku tidak pernah menulis sepucuk surat pun untuk satu cerita atau satu larik kalimat atau satu kata pun. Sepertinya hanya teman-temankulah yang ditakdirkan menerima surat. Sampai sekarang, aku belum menanyakan mengapa ibu tidak pernah berkirim surat. Itu dulu. Sekarang, kebencian itu sudah lama tanggal dari hatiku.

Itulah ibu. Satu pesan ibu sebelum pulang: jangan lupa membersihkan dapur dan gudang setiap malam sebelum tidur. Tiga hari ini, pesan ini aku penuhi. Maklum, aku tidak mau trio mickey mouse itu datang lagi. Dapur dan gudang tidak pernah absen dari sapu, cairan wipol, dan kain pel. Semua barang harus disterilkan dari binatang pengerat itu. Dan para pengerat berbau tak sedap itu tidak nongol lagi. Mungkin sudah migrasi ke rumah tetangga.

Pesan itu diulangi saat tiba di Stasiun Senen. Tepatnya di gerbong 5 nomer 5 A. Pukul 06.20, ular besi itu menjalar. Derit roda-rodanya semakin kencang. Ibu pun dibawa lari. Akhirnya, ibu pulang juga.

selesai

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here