Kamboja: Sekarang dan 16 Tahun Lalu serta Yesuit dan Jesuit Service Cambodia (4)

1
1,371 views

Rumah Komunitas Yesuit di Banteay Prieb

BANTEAY Prieb 16 tahun yang lalu mempunyai kenangan tersendiri. Saya tinggal di sana selama kurang lebih 6 bulan untuk meneruskan belajar bahasa Kamboja sekaligus ikut keliling desa-desa sekitar untuk karya “rural development”.

Di tempat itu juga saya pernah tinggal dalam satu kompleks dengan teman sesama relawan bernama Richie Fernando, SJ, calon imam dari Filipina, yang meninggal karena ledakan granat pada usia 26 tahun. 

Banteay Prieb yang berarti Rumah Merpati terletak di Ang Snuol, sekitar 22 Km dari Phnom Penh. Ini merupakan sekolah keterampilan yang khusus diperuntukkan bagi kaum cacat, terutama akibat ranjau darat dan perang. Bagi mereka, sekolah ini menawarkan ketrampilan dalam bidang mesin, elektronik, pertanian, dan menjahit selama setahun. Khusus  membuat patung, kursus diadakan selama dua tahun.

Sebelum memulai program keterampilan tersebut, para siswa perlu mengikuti kursus menulis dan menghitung selama tiga bulan. Selain keterampilan, mereka juga belajar tentang hak asasi, masalah-masalah sosial, dan merencanakan masa depan.

Di sekitar tempat ini sebelumnya merupakan penjara dan salah satu tempat pembantaian Khmer Merah. Merpati pos juga dilatih di tempat ini. Pada tahun 1991, para pinonir Jesuit Service Cambodia mengubah tempat ini menjadi sekolah keterampilan dan menggunakan Merpati sebagai simbol perdamaian.

Sejak saat itu sekitar 1.500 orang muda Kamboja yang cacat telah belajar mandiri dan hidup dalam perdamaian. Selama ini, Banteay Prieb bekerja dengan Pemerintah Kamboja dan berbagai donor yang peduli dengan masyarakat cacat dan mereka yang terkena dampak perang.

Para siswa tinggal di asrama yang disediakan. Asrama terdiri dari beberapa rumah model Kamboja (rumah panggung). Masing-masing rumah terdiri dari 10-12 siswa. Mereka hidup bersama, membersihkan rumah, memasak, berolah raga, dan melakukan kegiatan lain secara bersama di bawah pengawasan guru atau relawan yang ditunjuk. Selama 1-2 tahun hidup bersama mereka hidup dengan dukungan psikis dan sosial yang kuat. Hal ini diharapkan dapat membentuk kepercayaan diri, persahabatan, penerimaan diri, dan cinta kasih.

Banteay Prieb juga tetap mendampingi para alumni sekolah ini. Mereka didampingi antara lain dalam perencanaan usaha sendiri (mesin, elektronik, menjahit, membuat patung, pertanian) atau menemukan pekerjaan yang cocok. Tim pendamping juga tetap membantu mereka yang masih terkena penyakit akibat dampak perang atau kecacatan tahun-tahun sebelumnya. Pada intinya, tim pendamping turut terlibat membantu mereka dalam sema hal. Informasi dan perkembangan Banteay Prieb dalam dilihat di  http://www.banteayprieb.org.

(Bersambung)

1 COMMENT

  1. Bapak perkenalkan nama saya Syndy Wijaya saya salah satu mahasiswa universitas di Jepang. Pada bulan 3 tahun depan Saya dan beberapa teman Jepang saya berencana untuk study tour ke kamboja,kiranya apakah ada tempat dimana kami bisa belajar tentang ranjau darat? Apabila ada,mohon penerangannya. tidak hanya ranjau darat apapun yang berhubungan dengan kegiatan sosial di Kamboja
    Terima kasih.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here