“Seperti tuanku lihat besi bercampur dengan tanah liat, itu berarti: mereka akan bercampur oleh perkawinan, tetapi tidak akan merupakan satu kesatuan, seperti besi tidak dapat bercampur dengan tanah liat.” (Dan 2, 43)
BESI tidak dapat bercampur dengan tanah liat memberi pesan bahwa kesatuan dalam sebuah perkawinan merupakan kenyataan yang sering tidak mudah diwujudkan.
Sepasang pria dan wanita sepakat bulat hendak menikah. Yang pria berasal dari keluarga pas-pasan; sedangkan yang wanita berasal dari keluarga mapan dan sangat berkecukupan. Orang tua pihak wanita mengusulkan agar calon menantuanya menandatangani surat perjanjian tentang harta. Namun usul tersebut ditolaknya. Pernikahan tetap berlangsung secara gerejani. Tidak berapa lama, pengantin pria mengajukan cerai, karena tersinggung dengan perjanjian harta yang dibuat orang tua wanita. Orang tua pihak pria juga tidak mau besanan dengan orang tua wanita, karena merasa direndahkan.
Perkawinan sebagai kesatuan pria dan wanita dalam sebuah keluarga sering berhadapan dengan banyak kendala yang menyulitkan. Kendala berasal dari keunikan dua pribadi yang berbeda satu dengan yang lain, seperti halnya besi berbeda dengan tanah liat. Mereka berbeda dalam sikap, kebiasaan, cara berpikir, cara merasa dan cara bertindak; juga berbeda usia, pendidikan, latar belakang dan budaya; juga perbedaan dalam impian, semangat, kepentingan atau kebutuhan hidup. Selain itu, kendala juga bisa berasal dari luar pribadi mereka, entah dari orang tua, keluarga besar atau adat masyarakat setempat.
Sekalipun ada banyak kendala, rintangan atau kesulitan menghadang, namun banyak pasangan pria dan wanita tetap maju dengan mantap untuk memasuki saat perkawinan mereka. Semoga mereka menemukan kiat-kiat jitu untuk menyatukan besi dan tanah liat, sehingga banyak pasangan pria dan wanita mengalami berkat Tuhan.
Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
