Ketegaran Hati

0
840 views

“Lalu kata Yesus kepada mereka, ‘Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.’” (Mrk 10, 5)

KEMAREN siang saya duduk di gerbong enam Kereta Taksaka menuju ke Jakarta. Saya duduk di kursi nomor 13B, bagiang paling belakang. Dari tempat duduk, saya melihat satu kotak terpasang di dekat televisi, dengan isi: sebuah foto dengan tulisan Customer Service on Train dengan nama “Tegar.”

Nama “Tegar” menggambarkan sebuah sosok yang kokoh, kuat dan tabah dalam menghadapi berbagai macam kesulitan atau penderitaan. Tegar juga sering dikaitkan dengan sifat barang yang kaku dan keras. Bagi manusia, sifat ini juga berarti tidak mudah untuk beradaptasi atau menyesuaikan dengan situasi atau kondisi yang ada. Tegar tidak hanya menunjuk sifat sesuatu yang jasmaniah dan bisa dilihat. Sifat jasmaniah itu rupanya juga mengalir dari dalam diri seseorang, khususnya dari dalam hatinya, sehingga muncul istilah ketegaran hati.

Orang-orang Farisi memiliki hati yang tegar, sehingga mereka tidak mampu memahami rencana Allah, yang menghendaki persatuan pria dan wanita. Orang-orang yang datang kepada Musa juga memiliki hati yang tegar, sehingga mereka berusaha menceraikan isterinya.

Ketegaran hati membuat seseorang tidak mudah memahami rencana dan kehendak Allah; tidak mudah menerima dan memahami keunikan sesama; tidak mudah menerima usul, saran dan nasehat baik dari orang lain; tidak membuat seseorang menjadi rendah hati dan tulus ikhlas; tidak membantu orang untuk bersikap luwes, fleksibel dan adaptif tehrhadap situasi dan kondisi tertentu.

Teman-teman selamat pagi dan selamat berhari Minggu. Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here