Keuskupan Padang: Gereja St. Petrus Kota Batak di Kampar – Riau Jadi Paroki Baru Mandiri

0
2,673 views
Bapak Uskup Keuskukupan Padang Mgr. Situmorang OFMCap dan para imam disambut di depan gereja paroki baru. (Ist)

DESEMBER tahun 2005 silam, dalam rangka merayakan Natal, Gereja Kota Batak, Kampar, Riau, masih biasa-biasa saja. Tidak ada imam yang tinggal di tempat yang umatnya mayoritas etnis Batak ini. Juga belum ada susteran dan sekolah. Tempat ini sepi, meski diberitakan bahwa waktu itu sudah ada 50-an gereja Katolik dan dan aneka dominasi Protestan.

Saya merayakan Ekaristi Natal di beberapa stasi, namun tidak di Stasi Kota Batak yang jumlah keluarga waktu itu 150 KK. Stasi ini adalah stasi dengan jumlah umat yang paling banyak. Stasi dengan jumlah umat yang paling sedikit dimana saya merayakan Ekaristi adalah 12 keluarga.

12 tahun kemudian, ketika saya kembali menginjakkan kaki di Kota Batak, situasinya sangat berbeda. Gereja Kota Batak kini sudah menjadi lebih besar. Di samping kanannya berdiri kokoh sebuah biara para Suster FCJM.

Menurut Sr Clarentia FCJM, biara ini dibangun pada tahun 2009 lalu. Kini biara ini dihuni oleh tujuh suster FCJM.

Kota Batak kini jauh lebih ramai. Apalagi para suster dari Kongregasi FCJM mengelola TK, SD dan SMP dengan dua asrama, yaitu asrama putera dan asrama puteri. Asrama putera memiliki 100 lebih penghuni. Sedangkan penghuni asrama puteri kurang dari penghuni asrama putera.

Menjadi paroki

Minggu (8/10) lalu Keuskupan Padang memiliki satu paroki baru lagi. Uskup Martinus Dogma Situmorang OFMCap. memercayakan pelayanan paroki ini kepada Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ).

Gereja St. Petrus — Paroki Kota Batak di Kampar, Riau, Keuskupan Padang. (Ist)

Romo Fransiskus Xaverius Tri Priyo Widarto SCJ dan Romo Yohanes Indri Iriyanto SCJ diutus oleh Provinsial SCJ Indonesia untuk menggembalakan Paroki St. Petrus Kota Batak, Kampar, Riau, sebagai pastor kepala dan pastor rekan.

Melalui Dekrit Nomor 099 tahun 2017, Paroki St. Petrus berdiri secara kanonik. Surat yang ditandatangani oleh Mgr. Situmorang OFMCap ini dideklarasikan bersama surat pengangkatan pastor kepala dan rekan dalam Perayaan Ekaristi Minggu pagi itu.

Mengapa harus ada paroki baru?

Beberapa hal menjadi alasan dilahirkannya paroki baru di Kota Batak ini.

  • Pertama, umat Katolik di wilayah Kota Batak dan sekitarnya berkembang dengan jumlah umat yang semakin banyak.
  • Kedua, untuk pelayanan dan reksa pastoral seiring berkembangnya jumlah umat, maka Wilayah Kota Batak dan sekitarnya dipisahkan dari Paroki St. Paulus Labuh Baru, Kota Pekan Baru, Riau.
  • Wilayah Kota Batak dan sekitarnya dimekarkan menjadi Paroki St.. Petrus.

Umat Paroki St. Petrus dilambangkan oleh Mgr Situmorang OFMCap sebagai kebun anggur Tuhan.

“Paroki adalah kebun anggur Tuhan. Untuk itu, Tuhan menggemburkan tanah, membuang batu, membuang semak duri, membangun tembok pengamanan dan memberi pupuk kesuburan. Tuhan menanam kita, benih-benih unggul yang telah lahir dalam Yesus Kristus Tuhan kita, dalam Trinitas Yang Mahakudus,” kata Monsinyur dalam homilinya, Minggu (8/10).

Sebagai Uskup yang berwenang mendirikan paroki, ia berharap agar umat Paroki St. Petrus dapat menghasilkan buah-buah kebaikan hidup. Sebab menurutnya, di luar kebaikkan, umat tidak setia sebagai kebun anggur Tuhan. Kebaikan merupakan buah anggur manis yang mesti dimiliki oleh umat Katolik di Paroki St. Petrus ini.

Romo Priyo (kanan) mendampingi Mgr Situmorang saat pemberkatan pastoran. (Ist)

Sakramen Tobat

Untuk dapat menjadi Kebun Anggur Tuhan yang menghasilkan buah-buah manis, umat mesti memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada. Fasilitas-fasilitas itu adalah pelayanan-pelayanan sakramental, terutama Sakramen Tobat.

“Saya harap kita gunakan Sakramen (Tobat) ini, karena kita tahu, kita tidak pernah sempurna. Kita dalam tegangan tinggi untuk menjadi kudus,” pesan Bapak Uskup.

Sebab menjadi umat Katolik tidak boleh ala kadarnya. Asal tidak terlalu jelek, bukan menjadi takaran yang Tuhan harapkan dari GerejaNya. Pertobatan ini berbuah pada nilai-nilai kebajikan.

Di akhir homilinya, Mgr. Situmorang OFMCap. berpesan kepada Romo Priyo SCJ dan Romo Indri SCJ. “Di paroki ini, Tuhan memberi dua orang pekerja atas nama Tuhan, sebagai alter Christus, Kristus yang lain, bukan sebagai penggarap seperti dalam Injil,” tandasnya.

Injil dalam Perayaan Ekaristi hari itu berbicara tentang penggarap kebun anggur yang tidak setia yang bersikap brutal terhadap pemilik kebun anggur. Seorang imam dalam Gereja Katolik tidak mencari keuntungan bagi dirinya sendiri.

Mgr. Situmorang OFMCap memberikan contoh sikap penggarap, yang bekerja melulu untuk mencari untung. Seorang penggarap tidak segan-segan menipu tuannya, demi mendapatkan keuntungan pribadi.

“Kedua pastor kita ini pasti bukanlah penggarap di kebun anggur Tuhan seperti dalam Injil tadi, yang sampai menyalibkan dan membunuh Putera Allah yang diutus kemudian, ya pastor e?,” kata Mgr. Situmorang OFMCap.

Usai homili, Perayaan Ekaristi peresmian Paroki St. Petrus Kota Batak dilanjutkan seperti biasa. Usai Ekaristi acara pemberkatan gedung pastoran dan seremonial syukur atas peresmian digelar.

Perayaan Ekaristi konselebrasi dengan selebran utama Mgr. Martinus Dogma Situmorang OFM Cap. Ia didampingi oleh 10 orang imam lain.

Provinsial SCJ Provinsi Indonesia Romo Sapta Dwi Handoko SCJ (tengah) bersama Romo Indri SCJ (kiri) dan Romo Priyo SCJ.

Mereka adalah:

  • Provinsial SCJ Provinsi Indonesia Romo Alexander Sapta Dwi Handoko SCJ.
  • Pastor Paroki St. Paulus Pekan Baru: Romo Franco Qualizza SX.
  • Pastor Paroki Pasir Pangarayan: Romo Wendolinus Pantaleon Pr.
  • Pastor Paroki St. Yohanes Pembaptis Perawang: Romo Antonius Suedi Oki Kuncoro SCJ.
  • Pastor Paroki St. Petrus Kota Batak dan rekan yakni Romo Priyo SCJ dan Romo Indri SCJ.
  • Romo Aloysius Suyoto SCJ, Romo Frans de Sales SCJ, Romo Donatus Kusmartono SCJ dan seorang imam lainnya.

Perayaan yang berlangsung khidmat ini dirayakan di tenda tepat di depan Gereja Paroki St. Petrus, Kota Batak.

Menurut Romo Priyo SCJ, Paroki St Petrus memiliki 12 stasi. Delapan hasil pelimpahan dari Paroki St. Paulus, Pekanbaru. Empat hasil pelimpahan dari Paroki St. Ignatius Pasir Pangarayan. T

Total umat lebih kurang 1.700 jiwa. Mayoritas umat di sini bersuku Batak dengan persentase 90 hingga 95%, sedangkan yang lainnya bersuku Jawa. Mereka merupakan transmigran asal Sumatera Utara dan Jawa.

PS: Naskah ini dikerjakan bersama oleh Kristiana Rinawati dan Romo Frans de Sales SCJ.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here