Kini, Biara Kkottongnae Ada di Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Flores

2
3,599 views
Pastor Oh dari Korea (tengah) bersama Mgr. Anton Subianto OSC dan Mgr. San, serta seorang biarawati Korea. (Romo Martin Chen Pr)

“APA yang engkau lakukan untuk saudaraku yang paling hina, itu engkau lakukan bagi Aku.” (Mat 25:40).

Diresapi oleh pesan dan semangat Kristus ini, Biara Kkottongnae Indonesia telah berhasil melebarkan sayap ke Indonesia. Lalu, secara resmi pula membuka wisma pelayanan bagi kaum jompo, difabel, dan menderita di sebuah permukiman penduduk desa sederhana di kawasan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT.

Wisma ini diberkati hari Senin tanggal 4 Juni 2018 lalu oleh Mgr. Silvester San, Administrator Keuskupan Ruteng bersama Mgr. Anton Bunjamin OSC, Uskup Keuskupan Bandung.

Karya kemanusiaan untuk kaum marginal

Dalam homilinya, Mgr. San menyampaikan syukur kepada Tuhan dan semua pihak yang telah membantu pembukaan wisma pelayanan orang miskin dan menderita tersebut.

“Iman Kristiani tidaklah cukup hanya dengan tidak berbuat jahat. Sebab bila kita tak peduli dan masa bodoh dengan orang yang miskin menderita, kita juga berbuat jahat. Iman Kristiani berarti prihatin dan aktif menolong orang yang kesulitan dan menderita,” demikian Mgr. San.

Prosesi peresmian Biara dan Rumah Pelayanan Kkottongnae di Labun Bajo, Keuskupan Ruteng, Flores.

Bupati Kabupaten Manggarai Barat Agustinus Dula mengapresiasi secara mendalam karya karitatif Biara Kkottongnae Indonesia.

Ia berterima kasih karena apa yang seharusnya dilakukan pemerintah telah dikerjakan  oleh Biara Kkottongnae.

Ia berjanji mendukung karya pelayanan yang mulia ini.

Pengalaman derita saat terjadi Perang Korea

Pendiri Biara Kkottongnae Korea adalah Father John Woong-jin alias Pastor Oh.

Religius pastor ini berasal dari Provinsi Chungcheongbuk, Korea Selatan.

Saat peresmian Biara Kkottongnae di Labuan Bajo, Pastor Oh menceritakan kidsah hidupnya.

Yakni tentang bagaimana pengalaman penderitaannya selama terjadi Perang Korea (1950-1953) itu telah menginspirasinya akan ide melakukan pembangunan Biara Kkottongnae di Provinsi Chungcheongbuk.

Pengalaman mengalami penderitaan masa kecilnya itu diresapi oleh semangat Kristus yang mengidentifikasi diri-Nya dengan orang miskin papa.

Itu seakan telah menjadi bara api yang selalu membakar anggota Biara Kkottongnae dan para sukarelawan untuk melayani orang miskin menderita.

Kini Biara Kkottongnae dengan rumah pelayanannya kini telah tersebar di seluruh dunia.

Dari Korea ke Labuan Bajo

Awal mula pendirian Biara Kkottongnae di Indonesia ini difasilitasi oleh Ibu Gaye.

Dalam sebuah pertemuan karismatik di Korea Selatan, ia berjumpa dengan Pastor Oh dan kemudiam mengunjungi Biara Kkottongnae di Korsel.

Bersuka cita melayani orang sakit dan menderita.

Setelah menghubungi Mgr. Hubert Leteng, Uskup Keuskupan Ruteng saat itu di tahun 2012, Bu Gaye lalu mengorganisir Kelompok Sahabat Kkottongnae Indonesia.

Diajak mendukung proyek pembangunan Biara dan Wisma Pelayanan “Rumah Kasih Kkottongnae Indonesia” di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT.

Biara Para Suster Saudara Saudari Yesus dan Rumah Kasih Kkottongnae Indonesia ini berada di wilayah administratif gerejani Keuskupan Ruteng.

Misa pemberkatan hari itu dihadiri oleh berbagai kalangan, para imam, elemen pemerintah, donatur dan umat Katolik Paroki Wae Sambi Labuan Bajo.

Tentang Biara Kkottongnae di Korea, silakan klik: Kkottongnae (꽃동네)

Ref: Kkottongnae nuns from S Korea in Flores welcome disabled people in ‘House of Love’ (video)

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here