Kongregasi Suster OSA Negeri Belanda: Heemstede Kedatangan Tamu Agung Pontianak Mgr Tarcisius HJ van Valenberg OFMCap (2)

0
723 views
Moeder Sr Agneta OSA Pemimpin Umum Kongregasi OSA Negeri Belanda tahun 1949. (Dok OSA)

BULAN akhir di tahun 1948, Biara Pusat Kongregasi OSA “Mariënheuvel” di Heemstede, Negeri Belanda, kedatangan tamu istimewa yakni Mgr. Tarcisius Henricus Josephus van Valenberg OFMCap.

Mgr. Tarcisius HJ van Valenberg OFMCap adalah Vikaris Apostolik Borneo Hollandsche (baca: Vikaris Apostolik Borneo Belanda) yang resmi berdiri sejak tahun 1905, hasil pemekaran dari Vikariat Apostolik Batavia.

Beliau memegang jabatan sebagai Vikaris Apostolik Pontianak selama kurun waktu mulai  tanggal 21 Mei 1938 hingga tanggal 13 Juli 1957, ketika ia mengumumkan pengunduran dirinya karena faktor usia.

Sekali waktu, beliau pulang menengok Tanahairnya: Nederland.

Mgr. Tarcisius Henricus Josephus van Valenberg OFMCap sebagai Praefek Apostolik Vikariat Apostolik Borneo Belanda yang resmi berdiri sejak tahun 1905.

Dalam perjalanan pulang ke Negeri Belanda itu, Mgr. Tarcisius HJ van Valenberg OFMCap selaku Vikaris Apostolik Borneo Belanda dengan sengaja datang mengunjungi Biara Pusat OSA “Mariënheuvel” di Heemstede untuk sebuah keperluan penting.

Beliau datang berbincang-bincang dengan Direktur Kongregasi Pastor Stolwijk dan Pemimpin Umum Kongregasi OSA waktu itu: Moeder Sr. Agneta OSA.

Ladang persemaian baru di Ketapang

Kepada petinggi Kongregasi OSA di Heemstede, Nederland,  Mgr. Tarcisius HJ van Valenberg OFMCap berkisah tentang kondisi reksa pastoral baru yang baru saja dirintis oleh Vikariat Apostolik Pontianak.

Ladang persemaian bibit-bibit iman Kristiani besutan baru Vikariat Apostolik Borneo Belanda itu adalah Ketapang.

Tahun-tahun itu, sungai dan laut merupakan akses utama bagi moda transportasi melalui perairan (kapal dan perahu motor) guna bisa mencapai Ketapang dari Pontianak.

Kalau di tahun 2013 saja, pelayaran dengan kapal feri cepat dari Pontianak menuju Ketapang makan waktu perjalanan selama lebih dari enam jam, maka di penghujung akhir tahun 1948 itu waktu pelayaran bisa makan waktu beberapa hari.

Moeder Sr. Agneta OSA, Pemimpin Umum Kongregasi OSA Negeri Belanda tahun 1949. (Dok. OSA)

Minta bantuan mendukung karya Passionis

Kepada Moeder Sr. Agneta OSA dan Direktur Kongregasi Pastor Stolwijk tersebut, Mgr. Tarcisius HJ van Valenberg OFMCap minta agar Kongregasi OSA berkenan mengirim tenaga bantuan suster misionaris ke Ketapang. Kehadiran para suster OSA sebagai misionaris di Ketapang itu diperlukan untuk membantu karya reksa pastoral yang sebelumnya telah dirintis oleh para pastor Congregatio Passionis (CP) sejak tahun 1946.

“Di Ketapang waktu itu, sudah ada para pastor CP. Keberadaan para pastor misionaris CP di Ketapang itu sudah berjalan selama dua tahun. Namun, fokus perhatian para pastor CP itu lebih banyak pada pelayanan sakramental dan bina iman,” demikian terang Sr. Mathea Bakker OSA, suster misionaris awal yang datang ke Ketapang tanggal 6 Desember 1949 dalam rekaman video tahun 2005.

Para suster OSA diharapkan bisa datang ke Ketapang tahun 1949 sebagai misionaris.  Demikian keinginan Mgr. Tarcisius HJ van Valenberg OFMCap.

Kehadiran para suster misionaris OSA sangat dibutuhkan di Ketapang, Kalbar,  guna  mengurusi karya bidang pendidikan dan layanan kesehatan –dua hal yang tidak bisa ditangani oleh para pastor CP.

Sr. Mathea Bakker OSA, suster misionaris generasi pertama yang datang ke Ketapang tanggal 6 Desember 1949. (Dok OSA)

Minta lima

Permintaan itu direspon oleh Direktur Kongregasi OSA Pastor Stolwijk dengan pernyataan berikut ini.

“Yang Mulia Monsinyur van Valenberg, kami yang ada di Biara “Mariënheuvel” Heemstede ini masih mengalami kekurangan tenaga untuk bisa mengampu seluruh karya bidang kesehatan, rawat pasien sakit, merawat lansia dan anak-anak,” jawab Pastor Stolwijk sebagaimana ditirukan oleh Sr. Mathea Bakker OSA dalam rekaman video tersebut.

“Lalu, bagaimana bisa kami memberikan lima orang suster OSA untuk Misi Ketapang?,” ungkap Sr. Mathea Bakker OSA menirukan suara Pastor Stolwijk selalu Direktur Kongregasi OSA Negeri Belanda.

Direktur Kongregasi OSA Pastor Stolwijk

Mgr. Tarcisius HJ van Valenberg OFMCap tak tersinggung atas ucapan Pastor Stolwijk.

Alih-alih mau mendengarkannya lagi, maka beliau segera menemui Sr. Agneta OSA –Pemimpin Umum Kongregasi OSA Negeri Belanda.

Ia lalu datang menemui Sr. Agneta OSA dengan tetap keyakinan kuat berani mengajukan permohonan bantuan tenaga suster OSA untuk misi ke Ketapang di Kalbar.

“Saya minta dikirim suster OSA jadi misionaris untuk Ketapang, sedikitnya lima orang,” tambah Sr. Mathea Bakker OSA menirukan omongan Mgr. Tarcisius HJ van Valenberg OFMCap di akhir tahun 1948.

Percakapan itu terjadi di Biara Pusat “Mariënheuvel” di Heemstede, Keuskupan Harleem, Nederland.

Di tahun 1948 saat itu, Sr. Mathea Bakker OSA masih berada di Nederland.

Tak disangka-sangka, hanya setahun sesudah percakapan di Biara Pusat “Mariënheuvel” di Heemstede tersebut, bersama empat kolega suster OSA lainnya, Sr. Mathea Bakker OSA resmi diutus Biara Pusat untuk berangkat “mengembara ke Timur” menuju Ketapang, Kalbar.

Kelima suster muda OSA itu dengan sangat antusias berangkat ke Hindia-Belanda (baca: Indonesia).

Keberangkatan kelima suster muda misionaris OSA itu sungguh merupakan “hasil” percakapan Mgr. Tarcisius HJ van Valenberg OFMCap dengan Pastor Stolwijk dan kemudian dengan Moeder Sr. Agneta OSA di Biara Pusat Kongregasi OSA “Mariënheuvel” di Heemstede, akhir tahun 1948. (Berlanjut)

Kongregasi Suster OSA Negeri Belanda: Dari Delft Pindah ke Heemstede (1)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here