Kwalitas Apa Kwantitas?

0
966 views

INI lagi-lagi urusan kopi semata. Ketika kita minum kopi, tentu banyak orang sadar betul apakah kopinya itu berkwalitas apa tidak. Minum kopi secangkir dengan kwalitas bagus tentu saja sudah dirasa cukup. Tidak bisa dibandingkan dengan beberapa cangkir kopi namun kwalitasnya tidak terjamin. Nah, kita memfokus pada masalah kwalitas atau kwantitas.

Kwalitas hidup

Urusan kwalitas menjadi penting bila kita harus menakar derajad hidup kita. Itu pula yang menjadi fokus utama kita dalam bekerja atau melakukan pelayanan.

Dalam Latihan Rohani, Santo Ignatius Loyola mengajarkan pentingnya kita punya fokus jelas pada derajad kwalitas. Dalam membaca Kitab Suci, fokus utama kita adalah pada kisah Yesus dan bukan pertama-tama pada berapa banyak perikok yang bisa kita baca.

Satu perikop cukup dan marilah kita cecap sedalam-dalamnya ayat-ayat yang menyentuh jiwa kita.

Melalui ayat-ayat yang menyentuh dan berkesan itulah, Roh Tuhan diharapkan “bekerja” menyapa kita. Kita “menemukan” Tuhan di balik teks tersebut dan biarlah Roh Tuhan sendiri berbicara “membentuk” kita.

Pertanyaannya, apakah itu juga bisa berlaku dalam keseharian kita dan  hidup menggereja?

Maril kita refleksikan sendiri  apa yang kita lakukan dan alami dalam kehidupan beriman kita di seputar Gereja. Apakah frekuensi kita ikut misa mingguan –bahkan harian–, sangat aktif di berbagai kegiatan dari kelompok kategorial, berkarya dan sering ikut rapat di kompleks gereja juga ikut membuat iman kita makin bertambah dan mencintai Tuhan?

Apakah kita mampu mencecap kehadiranTuhan dalam setiap kegiatan tersebut?

Pengalaman pribadi

Ini sekedar syering saya. Di paroki saya, ada sekian banyak aktivis yang selalu setia bekerja di seputar pastoran dan gereja, Mereka itu bisa saja para bapak anggota tim keamanan, petugas-petugas tatib yang cenderung suka “berkeliaran” namun sebenarnya tidak “mengikuti” ekaristi dan lebih suka duduk di luar dan kemudian ikut antri komuni.

Hari-hari lain di luar Minggu, mereka juga tetap “ada” di seputaran gereja.  Entah untuk rapat dan koordinasi dengan kelompok lain.

Di belahan wilayah lain, ada banyak umat di stasi yang sangat merindukan kehadiran pastur hanya untuk bisa mengikuti ekaristi, sekalipun hanya satu kali dalam sebulan. Orang-orang yang berada jauh di pusat kota ini benar-benar rindu bisa mengikuti misa.

Saya yakin, Tuhan tahu isi hati setiap umatNya. Tuhan tentu senang bahwa banyak umat aktif di seputaran pastoran dan kompleks gereja. Namun Tuhan juga tentu prihatin, kalau kwalitas iman mereka tidak “sehebat” dengan gerak-gerik mereka dalam beraktivitas. Banyak hadir di setiap acara belum tentu mencerminkan isi hatinya.

Berbeda dengan umat di stasi yang jauh dari pusat kota yang hanya bisa merayakan ekaristi satu kali dalam sebulan. Tentu, kerinduan mereka akan ekaristi jauh lebih “dahsyat” dengan mereka yang suka berada di luar gereja dan hanya masuk gereja saat komuni tiba.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here