MISA dipimpin secara konselebrasi oleh Mgr. Pujasumarta Pr, Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD, Mgr. Julianus Sunarka SJ, Mgr. Agustinus Agus Pr, dan Mgr. Jos Suwatan MSC
Dalam pengantar di awal misa, Mgr. Puja menyatakan bahwa tujuan Konsili Vatikan II diadakan adalah agar Gereja makin berperan bagi dunia.
Dalam homilinya, Mgr. Puja juga menegaskan bahwa ekaristi ini merupakan kesempatan bagi kita semua untuk bersyukur atas pernah terselenggarakannya Konsili Vatikan II. Beliau menuturkan pengalaman pribadinya tentang Konsili Vatikan II tersebut.
Kenangan pribadi
“Pada tahun 1962 itu, saya baru lulus dari Sekolah Rakjat dan langsung melanjutkan ke Seminari Menengah Mertoyudan di Magelang,” demikian beliau mengawali ceritanya.
“Sebagai anak remaja, saat itu kami belum begitu mengerti tentang Konsili Vatikan yang mulai berlangsung di Roma waktu itu. Hal yang saya ingat adalah tiap Sabtu dulunya kami melakukan pengakuan dosa dan disambung astuti (ibadat pujian sore yang biasa disebut Salve). Tetapi setelah tahun 1965, hal tersebut tidak bisa dilakukan lagi karena hari Sabtu juga diadakan misa. Jumlah umat meningkat tajam pada masa itu,” demikian kenang Mgr. Pujasumarta.
Pokok-pokok hasil Konsili Vatikan II, lanjut Mgr. Pujasumarta, antara lain menegaskan bahwa Gereja adalah communio. Selain itu Gereja menghargai budaya lokal. Misalnya inkulturasi yang tampak pada misa ini, dimana dua kedua uskup konselebran yakni Uskup Diosis Purwokerto Mgr. Julianus Sunarka SJ dan Uskup Diosis Pangkalpinang Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD mengenakan topi uskup berbeda.
Menurut Mgr. Pujasumarta, perayaan ekaristi di KWI hari itu dilakukan sebagai tanda Gereka Indonesia yang merupakan bagian dari Gereja Katolik Semesta ikut mensyukuri terselenggaranya Konsili Vatikan II. Perayaan ini hanyalah perayaan kecil, dengan harapan perayaan besar diadakan oleh masing-masing keuskupan. (Bersambung)
Photo credit: Misa syukur KWI atas 50 Tahun Konsili Vatikan II (Royani Lim)
Artikel terkait:
