Laporan dari Berlin: Mencari Kebajikan di Era Post-Truth – Hoax, Disinformasi, dan Emosi Sosial

0
868 views
Seminar dan workshop bersama Romo Haryatmoko SJ di Rumah Budaya Indonesia di Berlin, Jerman, 4 April 2018.

INI berita dari Rumah Budaya Indonesia di Berlin tentang kegiatan yang telah berlangsung tanggal 4 April 2018. Kegiatan ini bersemangatkan  “Perkuat Keindonesiaan, Warga Indonesia di Jerman Membendung Arus Hoax.”

Di hari Rabu pekan lalu, masyarakat Indonesia di Berlin beramai-ramai  berkumpul di Rumah Budaya Indonesia untuk menyimak fenomena sosial-politik pada era “pasca-kebenaran” atau yang dikenal sebagai post-truth era.

Melalui seminar dan workshop bertitel  “Mencari Kebajikan di Era Post-Truth: Hoax, Disinformasi, dan Emosi Sosial,”  segenap peserta yang hadir tampak antusias mendengarkan paparan ini.

Moderator acara. 

Dengan gamblang, Romo Dr. Haryatmoko SJ –teolog dari Kolese St. Ignatius (Kolsani) di Yogyakarta– menjelaskan  persoalan tersebut.

Diskusi ini dimoderatori oleh Zacky Umam, kandidat doktor di Freie Universitaet Berlin.

Husein Alkaff, aktivis Nahdlatul Ulama, mengawali acara tersebut dengan membaca Virus Dusta, narasi puisi  yang dipetik dari salah satu episode Mata Najwa.

Kegiatan dilanjutkan dengan mengumandangkan lagu Indonesia Raya oleh seluruh hadirin yang dipimpin oleh Mirza Ilham sebagai dirigen. Selanjutnya, seminar dibuka dengan kata sambutan dari koordinator panitia penyelenggara, Mario Muliakasih, dan juga oleh perwakilan KBRI Berlin, Bapak Sanga Panggabean.

Sambutan dari Sanga Panggabean, perwakilan dari KBRI Berlin.

Acara berlangsung ramai, pertanyaan kritis pun muncul. Meski dibawakan dengan serius, sorak-sorai kegembiraan dan ketawa memenuhi aula Rumah Budaya Indonesia di Berlin. Para hadirin tak hanya datang dari Berlin, sebagian di antaranya berasal dari kota lain seperti dari Merseburg, Heidelberg dan Karlsruhe.

Muhammad Rodlin Billah, Ketua Pengurus Cabang Istimewa NU Jerman saat ini, menyempatkan diri untuk datang dari Karlsruhe karena memandang topik yang diangkat sangat bagus dan relevan dengan kondisi bangsa saat ini.

Mendefinisikan kebenaran

Ia menambahkan, bijak bermedsos tidak cukup hanya dengan niat baik, namun ia juga dituntut memahami ilmu-ilmu dasar yang terkait dengan persolan rezim pasca-kebenaran saat ini.

Era pasca-kebenaran, seperti panjang-lebar dipaparkan selama acara berlangsung, menggambarkan iklim sosial-politik di mana keyakinan massa lebih dipengaruhi oleh emosi atau hasrat dibandingkan oleh objektivitas dan rasionalitas, meskipun fakta menunjukan hal yang berbeda.

Romo Dr. Haryatmoko SJ, dosen teologi di Fakultas Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Fenomena global ini belakangan sering dimanfaatkan untuk melanggengkan kepentingan politik maupun ekonomi.

Salah satu contohnya adalah menyebarnya hoax secara masif melalui media sosial, yang ditujukan untuk merebut perhatian dan sentimen masyarakat demi membentuk opini publik.

Tidak jarang hoax atau berita bohong tersebut berisi isu-isu primodial, yang mengakibatkan polarisasi di tengah masyarakat menjadi semakin kuat dan mengendap lebih lama.

Untuk menghadapi fenomena ini dan di sesi akhir acara,  Romo Dr. Haryatmoko SJ, intelektual lulusan Universitas Sorboone di Paris  itu, memberi pelatihan singkat tentang Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) kepada para hadirin. 

Dukungan berbagai pihak

Penyelenggaraan kegiatan ini sukses, berkat kerjasama dan dukungan, baik moril maupun materiil, dari empat organisasi masyarakat Indonesia di Jerman sebagai penyelenggara:

  • Keluarga Mahasiswa Katolik Indonesia (KMKI) Berlin.
  • Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Berlin
  • Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama Jerman
  • Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Muhammadiyah Jerman.

Keempat organisasi masyarakat Indonesia tersebut menyadari pentingnya kesadaran akan situasi sosial-politik saat ini, di mana hoax dan berita tak terverifikasi dengan mudah menyebar dan menjadi sebuah keyakinan kelompok, dan berpotensi memicu perpecahan masyarakat.

Suasana diskusi dan acara.

Selain kerjasama empat sekawan itu, kegiatan ini juga turut didukung oleh dukungan dan sponsor dari berbagai pihak, di antaranya KBRI Berlin, Rumah Budaya Indonesia – Berlin, Lapor Diri (lapordirijerman.de), Restaurant Nusantara-Berlin, dan masyarakat Indonesia di Jerman.

Melalui kegiatan bersama ini, KMKI Berlin, PPI Berlin, PCI NU Jerman dan PCI Muhammadiyah Jerman Raya menyatakan sikap untuk menolak segala bentuk penyebaran hoax dan beritikad menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia, dengan Pancasila sebagai dasar bernegara.

Diharapkan bahwa hubungan antar-kelompok masyarakat Indonesia menjadi semakin erat, demi memperkuat narasi keindonesiaan di tengah era pasca-kebenaran ini.

Kredit foto: Albert Simohartono dan Sarah Gia Nastiti.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here