Lectio Divina 06.06.2020 – Janda Ini Memberi dari Kekurangannya

0
481 views
Ilustrasi - Memberi sedekah by ist

Sabtu (H)

  • 2Tim.4:1-8
  • Mzm 71:8-9.14-15ab
  • Mrk.12:38-44

Lectio

38  Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: “Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, 39  yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, 40  yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.”

41 Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. 42 Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.

43  Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. 44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”

Meditatio-Exegese

Hati-hatilah

Injil hari ini menyajikan akhir dari pengajaran panjang untuk para murid. Di mulai sejak penyembuhan orang buta (Mrk 8:22-26) hingga penyembuhan si buta, Bartimeus di Yeriko (Mrk. 10:46-52), sepanjang jalan ke Yerusalem para murid mendapatkan pengajaran tentang singsara, wafat dan kebangkitan sebagai konsekuensi menjadi murid-Nya.

Ketika mereka sampai di Yerusalem, mereka menyaksikan adu pendapat antara Yesus dengan pedagang di Bait Allah (Mrk. 11:15-19), dengan imam-mam kepala, ahli Taurat dan tua-tua (Mrk. 11:27a-12:12), dengan kaum Farisi, Herodian dan Saduki (Mrk. 12:13-27), dengan ahli Taurat (Mrk. 12:28-37).

Sekarang, setelah Yesus mengecam ahli Taurat (Mrk. 12:38-40), Yesus mengajar para murid. Ia duduk menghadap peti persembahan dan tertarik pada sikap janda miskin yang memberi  derma. Sikap batinnya dalam memberi derma menjadi teladan dalam mewujud nyatakan kehendak Allah (Mrk. 12:41-44).

Yesus meminta para murid-Nya untuk menghindari perilaku sombong dan munafik, seperti dilakukan ahli-ahli Taurat. Mereka menggunakan agama sebagai kedok untuk meninggikan diri sendiri. Mereka suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan; menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang.

Pada mereka yang menyalah-gunakan agama demi kehormatan diri sendiri, Yesus bersabda, “Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat” (Mrk. 12:40).

Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak

Yesus dan para murid memperhatikan peti persembahan di Bait Allah dan orang-orang yang memberi derma. Tiap orang memasukkan derma mereka untuk kelangsungan peribadatan, menyokong hidup para imam dan pengurus Bait Allah dan pemeliharaan gedung.

Sebagian kecil hasil derma itu digunakan untuk membantu kaum miskin, karena saat itu belum tersedia sistem jaminan sosial.

Orang miskin sangat tergantung dari kegiatan amal kasih itu. Di antara mereka yang membutuhkan, para janda dan anak yatim piatu adalah golongan yang paling membutuhkan. Mereka sungguh melarat, tidak punya apa-apa, dan tergantung pada kebaikan hati orang lain.

Namun, janda ini, walaupun hampir-hampir tidak punya apa-apa, ia berusaha untuk berderma. Ia memasukkan seluruh uang yang dimiliki untuk hidup hari itu ke peti persembahan. Ia memberikan seluruh hidupnya.

Bagi para murid, uang berjumlah banyak, miliayaran rupiah/dollar/euro, jauh lebih berharga dari pada pemberian janda itu yang hanya berjumlah beberapa sen. Mereka mengira uang menjadi satu-satunya kunci penyelesaian masalah.

Mereka lupa dengan apa yang mereka pada Yesus saat Ia menggandakan roti, “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya, “Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?”(Mk 6: 37).  

Jumlah yang banyak itu tidak mencukupi untuk memberi makan lima ribu orang laki-laki saja, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Yesus memiliki tolok ukur lain. Ia meminta para murid memberi perhatian pada kehendak Allah : dalam diri kaum miskin dan dalam berderma.

Katekese

Belas kasih dan amal kasih tak pernah sia-sia. Santo Leo Agung,  400-461

“Walau beberapa orang mengecam karena hanya menghasilkan karya yang sia-sia, karya amal kasih tidak pernah tidak berhasil; kebaikan hati tidak akan kehilangan maknanya saat diberikan kepada yang tak tahu terima kasih. Saudara-saudari yang terkasih, semoga tidak ada seorang pun yang menjadikan diri sendiri asing terhadap karya amal kasih.  

Semoga tidak ada orang yang menyarakan dirinya sendiri miskin dan tidak dapat membantu sesamanya. Apa yang dipersembahkan dari mereka yang kecil selalu agung, sebab timbangan Allah yang maha adil adalah jumlah pemberian tidak pernah diperhitungkan, tetapi kerelaan jiwa. ‘Ibu janda’ dalam Injih membersembahkan dua keping dalam kotak derma, dan pemberiannya mengatasi seluruh pemberian seluruh orang kaya.

Tiada belas kasih yang tidak berharga di hadapan Allah. Tiada belarasa yang sia-sia. Ia telah menganugerahkan pelbagai macam sumber daya untuk manusia, tetapi Ia tidak menuntut balik” (dikutip dari Sermon 20.3.1.6).

Oratio-Missio

  • Tuhan, seluruh yang ada padaku adalah milik-Mu. Semoga aku mampu menggunakan seluruh hidup, harta yang sementara, kemampuan, waktu dan apa yang ada padaku untuk memuliakan Engkau. Amin. 
  • Pada kita ada tantangan : “Apa yang harus aku lakukan untuk saudaraKu yang paling hina?”

haec vero de penuria sua omnia, quae habuit, misit, totum victum suum – Markum 12:44

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here