Lectio Divina 08.06.2020 – Berbahagialah Orang yang Miskin di Hadapan Allah

0
739 views
Sabda Bahagia by ist

Senin (H)

  • 1Raj. 17:1-6
  • Mzm. 121:1-2,3-4,5-6,7-8
  • Mat. 5:1-12

Lectio

1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 2  Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:

3 “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

4  Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.

5  Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.

6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.

7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.

8  Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.

9  Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

10  Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

11  Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.

12  Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”

Meditatio-Exegese

Yesus naik ke atas bukit dan duduk

Khtbah panjang bagian pertama digambarkan Santo Matius terjadi di bukit atau tempat yang tinggi. Santo Matius mengingatkan seperti Musa, yang naik ke gunung Sinai untuk menyampaikan Dasa Firman, Yesus, Sang Musa baru, mengumandangkan Sabda Bahagia (bdk. Kel. 19:24-25).

Berbeda dengan Musa, yang berbicara atas nama Yahwe, gerak tubuh Yesus menunjukkan bahwa Ia berwibawa dan memiliki kuasa untuk berbicara atas nama-Nya sendiri, Ia duduk dan mengajar mereka. Orang banyak dan para murid yang datang dan mengeliling-Nya bersiap mendengarkan pengajaran yang keluar dari mulut-Nya  (Mat. 5: 1-2). 

Berbahagialah

Seruan “Berbahagialah/diberkatilah”, dalam bahasa Yunani μακαριοι, makarioi,  menggemakan seruan tentang kebahagiaan yang tercakup dalam Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama, yang disebut “berbahagia” adalah mereka yang menghayati Kebijaksanaan. (Sir. 25:7-10).

Kitab Mazmur, misalnya,  menggemakan yang berbahagia bukan hanya orang per orang yang hidup menurut sabda Tuhan (bdk. Mzm 1:1), tetapi juga seluruh bangsa dan suku bangsa yang menjadikan Allah sebagai Tuhan, “Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri.” (Mzm. 32:2).

Yang diserukan “berbahagia” juga mereka yang mengasihi Allah, mencari-Nya dengan tulus hati, dan hidup suci walau mengalami penderitaan (Keb. 1:1; 18:1).

Sabda bahagia mengajarkan akan tujuan akhir panggilan-Nya pada manusia: kedatangan Kerajaan Allah (Mat 4:17), memandang wajah Allah (Mat. 5:8), masuk dalam suka cita Tuhan (Mat. 25:21-23), dan beristirahat dalam Tuhan (Ibr. 4:7-11).

Tujuan akhir hidup manusia yang ditawarkan Yesus pasti berlawanan dengan apa yang kita pilih atas apa yang ditawarkan di sini, di dunia. Dan bagaimana kita menggunakan semua barang yang, sebenarnya, merupakan anugerah Tuhan.

Yesus menyingkapkan bahwa Allah sendiri cukup untuk memenuhi kebutuhan dan kerinduan terdalam hati manusia. Santa Teresa dari Avila, 1515-1582, menulis dalam pembatas bukunya: ”Jangan biarkan apapun  mengganggumu, jangan biarkan apapun menakutimu.”

 Semua hal pasti berlalu; Allah tak pernah berubah. Kesabaran pasti menerima semua yang dirindukannya. Barang siapa memiliki Allah, ia takan akan kehilangan apapun. Allah sendirlah mecukupi segala.”

Yesus memenuhi seluruh hidup, bahkan berkelimpahan (Yoh 10:10).

Yang miskin di hadapan Allah

Dalam teks Yunani, ungkapan yang miskin di hadapan Allah diungkapkan : οι πτωχοι τω πνευματι, hoi ptokhoi to pneumati. Salah satu terjemahan dalam bahasa Inggris adalah: who know they are spiritually poor (Today English Version, yang sadar bahwa mereka miskin secara rohani). 

Yang miskin di hadapan Allah atau secara rohani selalu hidup dalam ketergantungan kepada Allah. Mereka selalu mengimani Allah dan menjadikan Allah sebagai Tuhan mereka (Mzm 32:2). Karena mengimani Allah, yang telah mengasihi terlebih dahulu, mereka hidup dengan rendah hati, lemah lembut, selalu mencari Kebenaran.

Seperti diungkapkan dalam Ul 30:20, Allah menganugerahkan Kerajaan Sorga kepada siapa saja yang “mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya”, et diligas Dominum Deum tuum atque oboedias voci eius et illi adhaereas.

Hidup yang rendah hati, lemah lembut dan mencari Kebenaran selalu melalui jalan yang ditempuh Yesus, yaitu “undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta” (Luk 14:13).  Kepada mereka Kerajaan Sorga dianugerahkan secara panuh hari kebangkitan orang-orang benar.

Katekese

Kebahagiaan sempurna: roh yang rendah hati, oleh Santo Hilarius dariPoitiers,  315-367.

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”.

Tuhan mengajar dangan cara memberi contoh bahwa kemuliaan yang ditawarkan oleh hasrat manusiawi harus diabaikan pada saat Ia bersabda, ”Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.” (Mat 4:10).

Dan ketika Ia berseru melalui nabiNya bahwa Ia akan memilih umat yang rendah hati dan tunduk pada sabdaNya (Yes 66:2), Ia menyingkapkan Yang Berbahagia adalah mereka yang miskin dalam roh. Maka Ia menetapkan mereka yang menerima sabda-Nya sebagai umat yang sadar bahwa mereka adalah harta milik Kerajaan Sorga …

Tiada seorang pun yang memiliki harta benda sebagai harta milik yang dikuasai sendiri; tetapi semua memiliki karena pemberian dari Bapa sendiri. Benda-benda itu diberikan sebagai barang yang pertama-tama dibutuhkan untuk hidup dan dilengkapi dengan sarana untuk menggunakannya.” (dikutip dari Commentary On Matthew, 4.2)

Oratio-Missio

  • Tuhan, kobarkanlah dalam hatiku kerinduan dan rasa lapar akan Engkau dan tunjukkanlah jalan menuju damai dan kebahagiaan abadi. Semoga aku merindukan-Mu mengatasi segala hal lain dan menemukan kebahagiaan dalam melakukan kehendak-Mu. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan supaya aku disapa Yesus, “Berbahagialah engkau”?

Beati pauperes spiritu, quoniam ipsorum est regnum caelorum – Matthaeum 5: 3   

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here