Tahun C-1. Kamis Prapaska IV
Kamis, 4 April 2019.
Bacaan: Kel 32:7-14; Mzm 106:19-20.21-22.23; Yoh 5:31-47.
Renungan:
KITAB Keluaran mengisahkan dengan cara yang begitu manusiawi dan dekat antara Allah yang “curhat” kepada Musa berkaitan dengan kedegilan bangsa Israel dan Musa sebagai “penanggungjawab utama” situasi orang Israel. Musa mengingatkan Allah akan komitmentNya “Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Isreal hamba-hambaMu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diriMu sendiri…” Di akhir diungkapkan “menyesallah Allah atas malapetaka yang dirancangkanNya atas umatNya”.
Kejengkelan dan kemarahan serta ketidaksabaran atas kesalahan/dosa orang saudara kita sering membuat kita berpikir buruk, gegabah dalam bertindak dan lupa akan komitmen yang kita buat. Saat seperti itu peran sahabat sangat menolong kita untuk segera sadar. Mereka menjadi cermin atas curhat kita. Ia mengingatkan kembali lagi komitment perkawinan, komitmen hidup religius/imamat, komitment pelayanan kita, komitment kita sebagai orang tua dlsb. “Eling…eling…dan bijaksana”.
Memperbaiki orang atau komunitas membutuhkan kesabaran dan ketekunan serta sikap dewasa dan tahan uji. Semangat kita bukan menyingkirkan atau menghancurkan supaya tidak menyusahkan kita; tetapi semangat kita adalah mencari dan menyelamatkan.
Kontemplasi:
Gambarkanlah dan rasakanlah dialog yang terjadi antara Allah dengan Musa.
Refleksi:
Bagaimana caranya aku dapat melatih diriku untuk sabar, tekun, bijak dan tahan uji dalam membantu orang/komuntias bertumbuh menemukan keselamatan?
Doa:
Ya Bapa, semoga kami semakin sabar, tekun, bijak dan tahan uji dalam mendampingi saudara-saudara kami. Amin.
Perutusan:
Berhadapan dengan saudara kita yang berdosa/jatuh: jadilah penolong yang menyelamatkan dan bukan hakim yang menilai dan menghukum.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
