Lentera Keluarga: Kamis, 24 Agustus 2017 – Sukacita Perkawinan

0
856 views

Pesta St Bartolomeus

Bacaan: Why 21:9b-14; Mzm 145:10-13b.17-18; Yoh 1:45-51.

Renungan

SUKACITA kehidupan abadi dilukiskan dengan pesta perkawinan anak domba  dengan mempelai Yerusalem baru. Yerusalem, sebagai mempelai perempuan, didandani demikian indah; bukan sekedar dipulihkan tetapi diperbaharui oleh kemuliaan Allah. Kota sempurna dalam keindahan, kedamaian dan sukacita. Yerusalem surgawi adalah gambaran gereja, mempelai Kristus. Dan Gereja itu adalah kita masing-masing, umatNya. Pada akhir segalanya, Allah akan mendandani hidup kita demikian luar biasa seperti laksana pengantin dan pengalaman perjumpaan dengan Yesus Kristus akan membuahkan sukacita  sukacita besar seperti sukacita pesta perkawinan.

“Sukacita” dalam perkawinan mudah diucapkan tetapi memang tidak mudah untuk dipraktekkan.  Kita lebih mudah bersuka cita dengan teman-teman seangkatan-sepelayanan – rekan kerja kita, mudah tertawa bebas dan tidak merasakan beban; tetapi sebagian besar sukacita itu kemudian redup dan hilang ketika kita sudah berada di rumah. Kita manjadi kaku, tegang, serius dan kritis. Jikalau dalam Wahyu, Allah menggambarkan sukacita hidup abadi dengan sukacita perkawinan, alangkah sayangnya jika dalam perkawinan itu kita tidak mengalami sukacita.

Sukacita dalam perkawinan tidak datang dengan sendirinya tetapi harus diusahakan. Sukacita itu tidak kita dapatkan dari keluarga, tetapi kita bagikan untuk keluarga. Maka yang pertama dan utama bagi kita adalah bahwa kita harus menjadi orang yang bersukacita dulu. Dan sukacita kita itu muncul dari perjumpaan pribadi kita dengan Tuhan (pengalaman iman). Bagaimana sukacita itu kita bagikan? Beberapa cara itu antara mengkhususkan waktu, pause dari pikiran pekerjaan, berekreasi, dan membicarakan hal-hal yang ringan dan menyenangkan. Kita menciptakan suasana sukacita itu dalam keluarga kita; semakin usia perkawinan-keluarga bertambah maka semakin besar dan mendalam juga sukacita yang dialami.

Kontemplasi

Rasakan bagaimana Sukacita Surgawi digambarkan dalam Kitab Wahyu.

Refleksi

Bagaimana aku mengusahakan sukacita dalam hidupku dan membagikannya dengan keluargaku?

Doa 

Ya Bapa, semoga aku semakin mampu membagi sukacita hidupku bersama seluruh anggota keluargaku. Amin.

Perutusan

Aku berbagi sukacita dalam keluargaku.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here