Lentera Keluarga – Kebenaran Iman

0
258 views

Jumat, 23 Maret 2018.
Bacaan: Yer 20:10-13; Mzm 18:2-3a.3b-4.5-6.7; Yoh 10:31-42

Renungan

POLEMIK antara Tuhan Yesus dengan orang yahudi memuncak pada sebuah kesimpulan yaitu hujat “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau menyamakan diriMu dengan Allah, meskipun Engkau hanya seorang manusia.”  Tuduhan hujat itu ditanggapi oleh Yesus dan sekaligus Ia mengungkapkan diriNya sebagai Anak Allah : …. “Engkau menghujat Allah! karena aku telah berkata  “Aku Anak Allah?”.  Orang Yahudi terjerat pada pemahaman iman kaku sehingga Tuhan Yesus sampai mengatakan :””(jika) kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaanKu.”

Perdebatan konsep iman dan rasa iman yang tidak logis kadang membuat orang lupa akan realitas. Perbuatan baik apapun menjadi tidak ada artinya ketika perdebatan itu membuat dua cara berpikir tidak bertemu. Perdebatan itu bahkan membawa orang pada permusuhan dan pertikaian yang saling menjatuhkan, bahkan pada tindakan kekerasaan, yang membuat orang menjadi “tidak manusiawi” lagi. Rasa iman dan kecintaan pada Allah menjadi rasa benci kepada orang yang berbeda pandang dan yang dianggap melecehkan. Kebenaran hidup beriman kemudian diukur berdasarkan konsep dan pengetahuan, sehingga kita bahwa perbuatan dan pekerjaan yang kita lakukanlah yang memberi kesaksian mengenai kebenaran iman. Pemahaman iman tetap perlu dan penting, tetapi itu bukan bukti bahwa kita beriman.

Masa prapaskah mengajak kita untuk beriman melalui perbuatan dan keutamaan hidup. Kadang kita merasa sudah beriman baik, sudah menjadi murid Kristus yang baik, tetapi marilah kita bercermin dari kisah sengsara Tuhan; bukankah kita masih juga takut pada salib; dan berperan menjadi salah satu tokoh yang menghakimi Yesus. Kisah sengsara mengingatkan kepada kita bahwa pemahaman iman dan kecintaan iman akan Allah yang keliru dapat membawa pada kekerasan atas nama agama dan tindakan yang tidak manusiawi. Marilah kita tunjukkan iman kita dalam pemahaman yang benar, rasa iman yang benar yang didasarkan pada perbuatan-perbuatan yang baik dan manusiawi.

Kontemplasi

Gambarkan bagaimana perdebatan terjadi antara Yesus dengan orang yahudi?

Refleksi

Apakah aku sering masuk dalam perbedaan iman dan kemudian mengarah kepada permusuhan? Apakah aku mewujudkan kebenaran iman kristen dengan perbuatan dan tindakan cinta kasih?

Doa

Ya Bapa, tumbuhkanlah aku dalam iman akan Yesus Kristus, Anak Allah, Firman yang manjadi manusia.Amin.

Perutusan

Tunjukkanlah iman dalam pemahaman yang benar, rasa iman yang baik dan perbuatan cinta kasih.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here