Lentera Keluarga – Nasib Nabi

0
1,516 views

Kamis, 5 Juli 2018.

Bacaan: Am 7:10-17; Mzm 19:8.9.10-11; Mat 9:1-8.

Renungan:

PENOLAKAN pewartaan Amos mengenai ibadat palsu langsung membuat Amazia, Imam Betel. Amos dilaporkan oleh Amazia, Imam Betel, kepada Yerobeam, sebagai orang yang membuat persepakatan melawan raja. Demikian pula mujijat dan kata-kata yang dilakukan oleh Tuhan Yesus membuat Ahli Taurat meradang.  Pewartaan kebenaran dan perbuatan baik  dianggap ancaman terutama mereka yang “rentan” terhadap kritik dan punya kedudukan. Dan perkataan dan perbuatan itu dengan sengaja juga diputarbalikkan. Tetapi inilah nasib dan resiko para nabi; tetapi para nabi tidak akan pernah berhenti bernubuat atas nama Allah.

Belajar dari Amos dan Tuhan Yesus, menjadi nabi tidak boleh berhenti berbicara benar dan berbuat baik. Tidak ada kebenaran akan menjadi nyata jika kita diam dan tidak disuarakan, dan tidak ada yang melakukannya. Silent majority itu besar dan banyak, tetapi jumlah besar itu  tidak ada artinya jika kita tidak melalukan apapun. Jika tidak melakukan apapun, maka kebaikan itu akan kalah oleh sedikit keburukan. Menjadi nabi berarti harus tetap berbicara dan berbuat kebaikan.

Menjadi nabi juga siap untuk menerima resiko, yang datang dari orang-orang yang kena dengan pewartaan kita. Diharus, disalahmengerti, dilaporkan, dan bahkan meresikokan diri bukan hal yang harus dihindari sebagai keburukan sosial tetapi tanda cahaya kebenaran. Bukanlah hal yang memalukan dan menakutkan ketika beberapa imam ditangkap dan dimasukkan ke dalam sel karena menentang kebijakan imigarasi di AS; demikian pula beberapa imam yang terpaksa mengalami ajal di Filipina di tahun ini; Semuanya itu harus menggerakkan kita untuk terus menggemakan suara kenabian.

Hal yang sama juga dapat kita praktekkan dalam hidup keluarga kita. Berbicara benar dan berbuat baik sebagai orang beriman harus tetap kita lakukan sebagai keluarga beriman di tengah masyarakat kita baik dalam hidup bermasyarakat, berbudaya maupun politik. Tidak cukup kita memberikan komentar atau berbicara, tetapi juga terlibat secara aktif dalam mengusahakan martabat manusia, hidup bersama dan keadilan sosial.  Keluarga kita dapat melahirkan nabi-nabi benar tetapi juga nabi yang tahan uji dalam terus mewartakan kebenaran.

Kontemplasi

Gambarkan bagaiamana Amos menyatakan panggilan kenabiannya di hadapan Amazia.

Refleksi

Apakah aku mengambil bagian dalam perbaikan hidup bermasyarakat dengan tetap berani menyuarakan yang benar dan bertindak benar serta berani menerima resiko?

Doa

Ya Bapa, jadikanlah keluarga kami menjadi nabi di tengah hidup bermasyarakat; sebagai pewarta dan pelaku kebenaran.

Perutusan

Jadilah nabi yang benar dan berani di dalam hidup bermasyarakat

https://www.youtube.com/watch?v=IVSF7wKUQ9s

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here