Lentera Keluarga – Orang Benar Teruji

0
759 views

Jumat, 16 Maret 2018.
Bacaan: Keb 2:1a.12-22; Mzm 34:17-18.19-20.21.23; Yoh 7:1-2.10.25-30

Renungan

ORANG benar akan sungguh-sungguh menjadi orang benar ketika mereka dipuji dan diuji hidupnya. Mirip dengan semangat hamba Tuhan yang menderita sebagaimana dikisahkan dalam Yesaya, Kitab Kebijaksanaan mengatakan bahwa ujian orang benar itu tercermin dari  “….mari kita mencobainya dengan aniaya dan siksa…hendaknya kita menjatuhkan hukuman mati keji terhadapnya..” SIkap orang benar dalam ujian itu nampak dari sikap Tuhan Yesus. Kebaikan dan kebenaran hidup nya tidak berubah. Ia tetap dengan berani mengajar bahkan di Bait Allah, tempat dimana banyak orang mempertanyakan otoritasnya dan orang farisi bermaksud untuk menangkapNya. Walaupun pelayananNya terhambat dan beresiko, Tuhan Yesus fokus dan setia pada pekerjaan Bapa, sampai bermuara pada salib.  Berkali-kali Ia berusaha menunjukkan kebenaran dan meluruskan pemahaman orang farisi dan ahli kitab. Namun kedegilan hati membuat mereka tetap pada sikap mereka. Berhadapan dengan situasi itu Nabi Yesaya menjelaskan sikap hamba Tuhan “Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi” (Yes 50:6).

Kadang orang berpikir bahwa jadi orang baik dan benar hidup kita pasti damai dan tidak ada yang bersikap buruk kepada kita. Tapi hidup kadang tidak berjalan seperti itu. Kesalahpahaman, ketidaksukaan, dan  bahkan niat buruk dapat kena pada hidup kita. Beberapa dari kita membela diri dengan beraksi marah, tidak terima, merasa direndahkan, dikriminalisasi, dan kemudian kebaikan dan kebaikan kita bergeser dari hidup kita. Benar bahwa kebaikan dan kebenaran perlu dicari, tetapi hendaknya pikiran, perasaan dan hati kita harus tetap murni dan jernih. Belajar dari Yesus, kita belajar untuk tetap hidup, bersikap dan berkata benar dan baik, dan tidak membiarkan diri kita dikuasai oleh luka itu.

Tidak mudah merawat anggota keluarga kita yang sakit, yang berkarakter “sulit”; tidak mudah bagi kita para gembala-pelayan menerima kebijaksanaan yang menurut kita tidak seperti “kenyataan” sebagaimana kita pahami; tidak mudah bagi kita hidup bertetangga ketika kehadiran kita sebagai orang kristen tidak disenangi dan disingkirkan. Di satu sisi kita perlu menyadari bahwa hidup kita tidaklah sempurna seperti yang kita pikirkan, tetapi di lain sisi kebaikan dan kebenaran juga tidak boleh disamarkan.  Bukan mereka yang harus kita lawan dan kalahkan atau kita ubah cara pikir, perkataan dan sikapnya. tetapi pikiran, perasaan dan hati kitalah yang harus kita kalahkan. “Sebagai orang kristen, kita harus berbeda. Tetaplah baik dan bersikap benar ketika kebaikan dan hidupmu diuji.” Marilah kita dalam masa prapaska ini belajar dari Yesus, terutama dalam jalan salibNya.

Kontemplasi

Gambarkan bagaimana Kitab Kebijaksanaan menggambarkan tantangan menjadi orang benar dan baik di hadapan Tuhan.

Refleksi

Bagaimana sejujurnya pikiran, perasaan dan sikapku ketika aku disalahmengerti, dimusuhi dan orang lain berniat buruk terhadapku? Apa artinya bagiku bahwapertama-tama aku harus menundukkan diriku sendiri dan tetap bersikap benar dan baik?

Doa

Ya Bapa, semoga kebaikan hidupku teruji dalam pikiran, perasaan dan hatiku bahkan ketika berada dalam situasi-situasi yang tidak menyenangkan. Amin.

Perutusan

Ikutilah jalan salib. Masukkan ke dalam pikiran, perasaan dan hati Yesus.

https://www.youtube.com/watch?v=4_2GP1wcLt0

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here