Lentera Keluarga – Tanggungjawab dan Cinta Saudara

0
345 views

Tahun C-1. Jumat Prapaska II
Jumat, 22 Maret 2019.
Bacaan: Kej 37:3-4.12-13a.17b-28; Mzm 105:16-17.18-19.20-21; Mat 21:33-43.45-46.

Renungan: 

KECINTAAN dan perlakuan yang berbeda yang dilakukan oleh Yakub kepada Yusuf menimbulkan kebencian dalam diri saudara-saudara Yusuf. Kebencian memuncak pada kesepakatan jahat dengan membuat rencana pembunuhan, walaupun kemudian mereka memperlakukannya dengan buruk dan menjualnya sebagai budak. Atas tragedi ini kita bisa bertanya dan mencari salah siapa? Tetapi pilih kasih Yakub bukan menjadi pembenaran bagi saudara-saudara Yusuf untuk menyingkirkannya

Tragedi iri hati dan kebencian seperti ini juga merupakan tragedi yang ada di keluarga kita. Sikap merasa diperlakukan tidak adil oleh orang tua membuahkan sikap iri hati; dan sikap iri hati ini membawa kita pada sikap memusuhi dan akhirnya menyingkirkan saudara kita sendiri. Saudara menjadi musuh. Menjadi pertanyaan bagi kita: apakah kita masih kurang kasih sayang sehingga berebut kasih sayang dari orang tua? Apakah kita juga meragukan kasih orang tua untuk kita? Sudah selayaknyalah kita mengemban tanggungjawab keluarga dan mencintai orang tua serta seluruh anggota kita.

Sebagai orang tua, kitapun de fakto tidak bisa adil, sebagaimana diminta oleh semua anak kita. Kita pasti akan lebih memberikan waktu, perhatian, dukungan dan fasilitas untuk anak kita yang tertinggal-membutuhkan perhatian khusus. Kita mencintai mereka semua; tetapi kita mencintai lebih mereka yang lemah, karena kita ingin membahagiakan mereka semua tanpa kecuali.

Kontemplasi:

Gambarkan bagaimana dosa berkembang dari iri hati menuju kebencian dan kebencian membawa pada tindakan jahat.

Refleksi:

Apakah dalam hidup berkeluarga, aku membiarkan rasa iri, kebencian dan bermusuhan itu terjadi dalam relasiku dengan saudara-saudariku atau komunitasku?

Doa:

Ya Bapa, semoga hatiku senantiasa diliputi oleh tanggungjawab atas keluarga dan cinta kepada saudara, terutama memperhatikan mereka yang lemah dan membutuhkan kasih sayang lebih. Amin.

Perutusan:

Kita ada dalam keluarga untuk mengusahakan kebaikan keluarga bukan berebut kebaikan keluarga

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here