Lokaretret untuk 40 Suster Lintas Tarekat Pengampu Karya Domestikal

0
648 views
40 suster biarawati pengampu karya domestikal mengikuti program acara lokaretret di Rumah Khalwat Tawangmangu, Karanganyar, Jateng. (Dok. IBSI)

DINGINNYA kawasan wisata pegunungan di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jateng tak mampu membendung aroma keakraban yang hangat di antara para suster lintas tarekat religius. Ini terjadi sepanjang berlangsungnya program acara bernama Lokaretret Para Suster Lintas Tarekat Religius untuk Karya Domestikal.

Acara tersebut berlangsung tanggal 15-17 Mei 2018 di Rumah Khalwat Tawangmangu. Program ini diutamakan bagi para suster biarawati yang bekerja di sekitaran ‘lingkungan dalam’ di susteran atau biara untuk mengurusi hal-ikhwal rumah tangga, kamar cuci, jahit, dapur, kebun, taman, dan semacamnya.

Hadir mengikuti program ini sebanyak 40 orang suster biarawati lintas Kongregasi.

Variatio delectat. Sejenak keluar dari rutinitas karya itu menyenangkan dan memberi kesegaran jiwa.

Pentingnya karya domestikal

Br. Gregorius Bambang Nugroho FIC sebagai narasumber memberi pencerahan dan peneguhan tentang betapa pentingnya karya “urusan rumah tangga” di biara atau susteran ini. Tanpa itu, kata dia, urusan eksternal di luaran juga tidak akan berjalan lancar.

Kami menyebut kategori karya para suster ini dengan istilah ‘domestikal’, karena tanggungjawab karyanya justru ada di urusan rumah tangga di dalam masing-masing biara atau susteran.

Maka bisa dibayangkan, kalau saja para suster biarawati ‘domestik’ ini –misalnya saja—tidak bekerja optimal sepenuh hati, maka semua karya Kongregasi akan terbengkalai.

Para suster lain biasa pulang bekerja di luaran dan betapa hati akan jadi ‘manyun’ kalau setelah tiba sampai di rumah ternyata tidak ada makan-minum tersedia di meja. Rumah biara kotor dan tak terawat, itu pasti akan menjadi bahan uring-uringan.

Justru hal-hal sepele seperti inilah ada nilai yang begitu besar dan daya manfaatnya dari segenap jenis karya internal yang diampu oleh para suster biarawati kategori ‘domestik’ ini.

Memanglah, para suster yang berkarya di ‘dalam rumah tangga’ ini biasanya tidak dikenal umat. Ia hanya dikenal oleh kolega suster sesama anggota tarekat.

Syering iman dan pengalaman
Yang menarik, pemrasaran Br. Bambang FIC mampu membawakan materinya dengan baik dan penuh gelak tawa oleh banyaknya anekdot dan humor. Tentu saja, selain humor dan anekdot tersebut, para suster karya domestikal ini juga diajak untuk berbagi pengalaman, suka-duka, pencerahan dan peneguhan bersama.

Perayaan Ekaristi dan berdoa brevir bersama menjadi ruang sukacita rohani bersama.

Perayaaan Ekaristi sebagai peneguhan iman dan penyemat motivasi berkarya di urusan rumah tangga susteran.

Program berkelanjutan
Menurut mereka, acara seperti ini sangat berguna untuk saling meneguhkan. Karena itu, mereka merekomendasikan agar Pengurus IBSI (Ikatan Biarawati Seluruh Indonesi) tetap meneruskan program seperti ini untuk kurun waktu mendatang.

Demikian antara lain kesan dan ungkapan terima kasih Sr. Godelive CB kepada panitia penyelenggara.

Rasa terima kasih dan keceriaan bersama itu juga terlihat dari wajah-wajah sumringah para suster peserta program.

Selain acara rohani, kami para suster juga mendapat kesempatan untuk sekedar outing bersama ke Grojogan Sewu Tawangmangu. Sejuk dan menyenangkan.

Sungguh, dinginnya Tawangmangu tak sampai membuat kehangatan dan keakraban di antara para suster karya domestikal jadi lumer.

Sebaliknya, para suster merasa saling meneguhkan; masing-masing bisa memberi dukungan motivasi kepada kolega suster Kongregasi lain untuk senantiasa tetap setia dan tekun berkarya di balik tembok biara susteran.

Jangan hanya sekali ini saja, tapi lain waktu juga harus diadakan lagi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here