Mari Nikmati Kehadiran Tuhan lewat Doa (3)

0
2,488 views

SAYA amat-amat paham, ngantuk menjadi kendala paling serius bagi siapa pun yang ingin menikmati suasana berada di hadiratNya, menikmati kehadiranNya dalam keheningan dan menunjukkan niat dan tekad kuat ingin berkomunikasi dengan Allah. Namun, bila kehendak kuat sudah “mendidih”, maka rasa kantuk pun akan sirna. Yang ada hanyalah keinginan untuk menikmati suasana hati yang hening, damai, dan bersatu dengan Allah.

Tak perlu ada satu bacaan khusus dari kitab suci yang perlu kita resapi atau baca. Juga tak perlu ada rumusan-rumusan doa yang mesti kita daraskan. Tak perlu membaca semua “rumusan doa”. Yang perlu ada hanyalah rasa percaya dan hati merindu, hati penuh kepasrahan. Ini merupakan modal awal bagi siapa pun yang ingin mewujudkan-nyatakan ketergantungannya pada Allah. Persis bagaikan carang anggur menempel pada pokoknya.

Doa di kala waktu masih menunjukkan subuh biasanya dilakukan oleh banyak orang awam lantaran karena kecintaan pada kehadiran Allah. Berkanjang dalam doa di pagi hari dilakukan karena dalam diri mereka telah muncul berbagai intensi doa. Sebuah kebutuhan iman untuk memohon “bantuan” rahmat Tuhan seiring dengan dinamika hidup yang sedang dia alami.

Doa pagi (atau misa)
Di keheningan dinihari, dalam suasana masih gelap, kita menyadari kehadiran Allah secara langsung melalui mata batin kita. Saat Matahari mulai memberi cahayanya kepada alam sekitar dalam suasana pagi yang serba segar, marilah kita mulai menyadari kehadiran Allah. Kita bisa dengan mudah dibuai oleh rasa syukur atas anugerah alam yang begitu indah.

Kita merasa bersyukur atas “anugerah” hari baru yang sebentar lagi akan “jatuh ke tangan kita”. Kita bersyukur akan anugerah “hidup baru” di hari ini, lengkap dengan semua peluang dan tantangan yang mungkin akan kita lalui sepanjang hari itu. Pokoknya, seribu-satu-macam rasa syukur lain bisa kita ungkapkan dalam doa subuh ini.

Doa “Angelus”
Sepanjang hari, sedari pagi hingga waktu petang, dalam kesibukan bekerja atau melakukan hal-hal lain di luar kantor, kita juga bisa melakukan “ibadat” memuliakan Tuhan. Bahkan sembari dalam perjalanan pun, hal itu bisa kita praktikkan. Singkatnya, kita ingin memuliakan Tuhan melalui kerja kita.

Inilah yang saya mengerti dari ajaran Santo Ignatius Loyola sebagai contemplativus in actione. Sembari bekerja, kita bisa melambungkan pujian dan mengucap syukur kepada Tuhan. Marilah kita bersyukur dalam tiap detil pekerjaan dan berusaha menemukan Tuhan dalam segala.

Ketika Matahari mulai tepat di atas kepala kita, kita bisa “berhenti sejenak” dari kesibukan kita dan menyediakan waktu beberapa menit untuk mengucap doa Angelus atau Doa Malaikat Tuhan. Tradisi Gereja sejak dahulu sudah mempraktikkan doa Angelus ini setiap pukul 12.00 tepat dengan diiringi lonceng gereja yang berdentang.

Doa petang
Ritme waktu kerja kita biasanya selesai sebelum pukul 18.00. Bahkan, di banyak kantor waktu kerja sudah rampung sebelum jam menunjukkan pukul 18.00. Saat kita mengakhiri doa ini, ada baiknya kita mendaraskan doa Angelus untuk kedua kalinya dalam sehari itu.

Doa malam
Ini boleh dibilang sebagai doa penutup. Lantunan doa yang didaraskan sebagai bentu syukur untuk “menutup” perjalanan kita dalam sehari itu. Para religius katolik bisa melakukan hal ini dalam format doa yang biasa disebut brevir atau doa ofisi alias “ibadat penutup”. Sementara keluarga-keluarga kristiani melakukan doa sama dengan format berbeda dan judul beda yakni Doa Malam Keluarga. (Bersambung)
FX Yayang, pernah mengikuti Retret Agung Latihan Rohani 30 Hari di Girisonta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here