Memandang Sejernih Kristal

0
267 views
Ilustrasi: Mata (Ist)

MEMANDANG gambar di televisi, terutama berita, membuat mata sepet. Mata juga pedih, membaca huruf-huruf di media sosial yang di genggaman tangan. Hati seolah sebah dengan berita sampah.

Yang dibaca cuma sumpah serapah. Hujah dan fitnah. Mata tak bisa lagi membedakan mana yang loyang atau mana emas. Dengan kecanggihan olah pikir dan kata, apa yang salah dan jahat dibungkus dan dinampakka sebagai kebenaran. Emas dan loyang seolah nampak sama.

Teringat, bagaimana Ki Manteb Soedarsono di akhir pentas wayang di Bentara Budaya, Jogja, pada seputaran 1999.

Menggambarkan jaman kekacauan, zaman kalabendu, seluruh awak mulai dari dalang sampai penabuh kenong, membelakangi penonton. Dan, tiba-tiba, berbalik sambil berseru, “Leng ji, leng beh, celeng siji, celeng kabeh”, satu jadi babi hutan, semua jadi babi hutan.

Saat kebenaran seolah hilang, mata hanya memandang keburaman, semua nampak seperti celeng, setan.

Di balik yang dibaca dan didengar, walau sulit, mata dan telinga harus waspada. Mata dan telinga harus mampu membedakan mana loyang atau mana emas; mana palsu, mana asli; mana hoax, mana kebenaran.

Semoga mata dan telinga milikmu dan milikku tidak salah untuk melihat dan mendengarkan. Mata mampu memandang kebenaran sejernih kristal.

Semoga dikaruniai  Aurem audientem, et oculum videntem: Dominus fecit utrumque, telinga yang mendengarkan dan mata yang melihat, keduanya diciptakan Tuhan – Amsal.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here