Membangun Semangat Mengampuni dalam Hidup

0
628 views
Mengampuni.

SEMANGAT mengampuni mesti menjadi senjata utama dalam membangun hidup bersama. Tanpa pengampunan, hidup bersama akan cepat hancur.

Pada saat Abraham Lincoln (1809-1865) masih seorang pengacara muda, ia sering berkonsultasi dengan pengacara lain tentang kasusnya. Suatu hari, ia duduk di ruang tunggu untuk menjumpai seorang pengacara senior. Tetapi ketika tiba waktunya, pengacara itu hanya melihat Lincoln sekilas.

Lantas pengacara senior itu berteriak, “Apa yang dia lakukan di sini? Singkirkan dia. Aku tidak akan berurusan dengan seekor monyet kaku.”

Lincoln berpura-pura tidak mendengar, walau dia tahu kalau hinaan itu disengaja. Biarpun malu, dia tetap bersikap tenang. Kemudian ketika pengadilan berlangsung, Lincoln diabaikan. 

Namun pengacara yang telah menghina Lincoln dengan begitu kejamnya, ternyata bisa membela kliennya dengan brillian. Penanganannya atas kasus itu membuat Lincoln terpesona. 

Lincoln berkata dalam hati, “Nalarnya sangat bagus. Argumennya tepat dan sangat lengkap. Begitu tertata serta benar-benar dipersiapkan! Aku akan pulang dan lebih giat belajar hukum lagi.”

Waktu berlalu. Lincoln menjadi presiden Amerika Serikat pada bulan Maret 1861. 

Di antara kritikus utamanya, terdapat Edwin M. Stanton, pengacara yang pernah menghinanya dan melukai hatinya begitu dalam.

Namun Lincoln mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang. Ia tidak pernah lupa bahwa Stanton adalah pengacara berotak cerdas, yang amat dibutuhkan negaranya.

Saat Lincoln meninggal, Stanton berkata, “Dia (Lincoln) merupakan mutiara milik peradaban.”

Tidak balas hinaan

Banyak orang terpuruk begitu merasakan hinaan dari orang lain. Orang memberontak, karena menerima hinaan. Orang akan sulit sekali memaafkan orang yang telah menghina dirinya.

Bahkan hinaan itu akan dibawanya dalam perjalanan hidupnya. Orang sulit melupakan penghinaan yang pernah diperoleh. Bahkan orang berjanji untuk membalas hinaan dengan hinaan.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk tidak membalas hinaan dengan hinaan. Pembalasan akan berakibat pada pertempuran yang tak berujung.

Abraham Lincoln merasa tidak perlu membalas penghinaan atas dirinya.

Yang dia lakukan adalah belajar sesuaatu yang berguna bagi dirinya. Ia tidak menaruh dendam pada pengacara senior itu. Bahkan ketika ia menjadi presiden Amerika Serikat, ia menggunakan pengacara yang telah menghina dirinya itu.

Ternyata mengampuni memiliki kekuatan yang lebih besar daripada membalas dendam. Mengampuni memberi manusia kemampuan untuk menerima orang yang berlawanan pandangan dengan kita. Karena itu, semangat ini mesti senantiasa dihidupi dalam perjalanan hidup sehari-hari.

Mari kita membangun karakter yang mudah memaafkan dalam hidup ini. kita menjadi suasana hati yang tetap baik, meski kita dihina. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk membahagiakan diri dan sesama.

Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here