Mengapa Saya Bersekolah di Negeri?

0
2,578 views

Membaca tulisan Immanuel Yosua di Sesawi.Net  ini, saya tertarik memberi komentar. Namun berhubung komentar saya nanti terasa panjang, saya memutuskan untuk menuliskan opini saya dalam tulisan lain. Meskipun dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi bersekolah di negeri (kerja pun jadi pegawai negeri), saya ikut prihatin dengan kondisi sekolah katolik saat ini.

Namun saya juga ingin berbagi mengenai alasan saya bersekolah di negeri, serta keprihatinan dan harapan saya terhadap sekolah negeri dan sekolah katolik saat ini.

Sebelum saudara Yosua menulis  ‘Quo Vadis Sekolah Katolik’, beberapa pekan lalu saya berdiskusi dengan salah satu keluarga tentang mahalnya biaya pendidikan di sekolah katolik saat ini. Saya pribadi belum pernah bersekolah di sekolah katolik, jadi saya menanyakan alasan mengapa mereka menyekolahkan anaknya di sekolah katolik.

Benarkah sekolah katolik bermutu?

Alasan yang saya dapat hampir sama dengan yang dituliskan Yosua yaitu pertimbangan kualitas pendidikan, kedisiplinan guru, evaluasi kegiatan belajar mengajar, serta penanaman nilai kekatolikan yang menjadi nilai tambah sekolah katolik dibandingkan sekolah lainnya. 

Tidak dapat dipungkiri, saat ini kualitas harus didukung dengan kuantitas materi. Oleh karena itu biaya sekolah katolik menjadi lebih mahal dari sekolah negeri. Karena pertimbangan biaya itu pula yang membuat kualitas sekolah katolik malah menjadi menurun. Asal punya uang, siapa saja dapat masuk ke sekolah katolik tanpa seleksi yang ketat.

Selain biaya yang lebih mahal, kurang ketatnya seleksi masuk sekolah katolik itulah yang membuat orang tua saya enggan menyekolahkan anaknya di sekolah katolik. Di kota asal saya di Klaten serta kota-kota sekitarnya (Yogja dan Solo), banyak sekolah-sekolah katolik. Namun prestasinya kalah dibandingkan dengan sekolah-sekolah negeri yang favorit.

Oleh karena itu saya selalu dipacu orang tua saya untuk bersekolah di sekolah negeri yang menjadi favorit. Kalau lebih murah dan lebih baik, mengapa harus lebih mahal dan kualitasnya di bawah?

Keprihatinan terhadap sekolah negeri justru muncul ketika saya banyak berdiskusi dengan teman-teman kristiani saya di Jakarta. Saya belum menemukan teman kantor kristiani yang menyekolahkan anaknya di sekolah negeri. Beberapa alasan yang muncul bukan karena kualitas sekolah, namun karena kekhawatiran tidak mendapatkan pelajaran dan bimbingan agama katolik di sekolahnya. Sekolah-sekolah negeri di Jabodetabek banyak yang tidak memiliki guru agama katolik.

Meskipun belum menemukan data secara otentik, opini dari rekan-rekan kerja cukup membuat saya khawatir. Semoga kenyataannya tidak demikian. Sistem pengajarannya pun banyak yang memasukkan unsur salah satu agama dalam berdoa, ekstrakulikuler, hingga seragam yang mengarah kepada busana salah satu agama. Menurut saya, sekolah negeri seharusnya bisa memfasilitasi semua agama yang ada, serta memberikan rasa aman kepada siswa dan orang tua. Hal ini tentu berbeda dengan apa yang saya rasakan sewaktu bersekolah di tempat asal saya. Meski menjadi minoritas, saya jarang mengalami diskriminasi, saya belajar banyak mengenai toleransi dan keragaman sewaktu saya bersekolah di negeri.

Tulisan ini tidak ingin membandingkan mana yang lebih baik, sekolah katolik atau sekolah negeri. Saya memiliki harapan untuk kemajuan dan kebaikan dua-duanya. Saya berharap meskipun anak-anak kita nanti sekolah di sekolah katolik, mereka tidak menutup diri dari lingkungan sekitarnya.

Saya melihat kecenderungan saat ini sekolah katolik menutup diri dari lingkungan sekitarnya. Siswa menjadi kurang peka terhadap kemajemukan dan mudah tersinggung bila ada hal yang berbeda dengannya. Semoga saya salah. Saya juga berharap kualitas sekolah katolik harus terus dipertahankan, jangan sampai mengorbankan kualitas siswa dengan materi/uang yang ujung-ujungnya membuat pendidikan katolik dibeli oleh uang.

Maju terus pendidikan Indonesia!

Photo credit: Ilustrasi sebuah papan nama sekolah katolik Santa Teresia di Pulau Bangka (Mathias Hariyadi)

Artikel terkait:

Tautan: http://albhum2005.com/?p=693

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here