Menuju Sinode Orang Muda di Vatikan, 3-28 Oktober 2018 (1)

0
735 views
Para narsum dan moderator di Menuju Sinode Orang Muda. (Ist))

KOMISI Kepemudaan KWI bekerjasama dengan Departemen Dokumentasi dan Penerangan (Dokpen) KWI menyelenggarakan seminar sinode bertema” Orang Muda, Iman, dan Diskresi Panggilan”, Sabtu, 29 September 2018, di Aula Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta.

Lima narsum diundang di acara ini yakni Mgr. Pius Riana Prapdi (Uskup Keuskupan Ketapang sekaligus Ketua Komisi Kepemudaan KWI), Anne Aprilia Priskila dan Dewi Kartika (peserta Pra-Sinode), Anastasia Indrawan (peserta Sinode), dan Dr. Yohana Ratrin Hestyanti (psikolog dan dosen Universitas Katolik Atma Jaya).

Seminar ini dimoderatori Hieronymus Kopong Bali dan dihadiri para aktivis orang muda, pendamping orang muda, para biarawan dan biarawati dari berbagai tarekat religius.

Seminar Sinode ini dilakukan sebagai upaya sosialisasi sebelum berlangsungnya Sinode Orang Muda 2018 di Vatikan tanggal 3-28 Oktober 2018 mendatang. Ini sekaligus juga menjadi sarana  mengomunikasikan hasil survei terhadap orang muda Katolik yang sudah diolah dan disimpulkan menjadi satu halaman intervensi pada sinode nanti.

3M

Intervensi yang waktunya dibatasi sekitar tujuh menit itu akan disampaikan oleh Mgr. Pius dan Mgr. Adrianus Sunarko OFM sebagai perwakilan dari Gereja Katolik Indonesia bersama Anastasia Indrawan sebagai observer Sinode Orang Muda tersebut.

Seminar ini juga menjadi kesempatan untuk sharing pengalaman para peserta Pra-Sinode. Juga untuk mengenalkan cara berdialog dengan hati nurani yaitu melalui 3M yaitu Melihat, Merenungkan, dan Memutuskan.  

Toleransi antarumat beragama

Dewi Kartika, seorang muslim dan GusDurian Semarang, berkesempatan  ambil bagian dalam Pra-Sinode bulan Maret 2018 lalu di Vatikan. Ia memiliki pengalaman  menarik, di mana seorang Muslim sangat dihargai dan disediakan tempat untuk sholat dan berdoa.

Dewi yang berasal dari keluarga yang plural ini pun membagikan pengalaman ini kepada teman-temannya di Indonesia. Ia berharap Indonesia juga bisa menjadi negara yang toleran seperti Vatikan. “Kita perlu mencontoh negara yang 100% Katolik itu (Vatikan),” ujar Dewi sebagai salah satu pembicara.

Anne Aprilia Priskila menambahi  bahwa Gereja Katolik menerima 300 orang muda dari berbagai latar belakang, baik yang non-Katolik hingga yang tidak beragama sekalipun dalam Pra-Sinode Orang Muda lalu.

“Hal ini menunjukkan bahwa Gereja memiliki sisi yang sangat demokratis dan mempunyai citra yang baik,” ujar Anne.

Menuju Sinode Orang Muda di Vatikan: Toleransi Antarumat Beragama (2)

Dalam Pra-Sinode tersebut, ada kesempatan berdiskusi dalam kelompok kecil dengan didampingi oleh fasilitator.

Ia mengungkapkan, fasilitator tersebut hanya membimbing diskusi saja dan tidak akan ikut campur dalam dialog dan opini peserta Pra-Sinode yang juga hanya untuk orang muda. “Adanya sikap egaliter yang sangat saya apresiasi,” ujarnya. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here