Meski Rayakan 60 Tahun Imamat, Mgr. Anton Pain Ratu Merasa Belum Tua

0
1,182 views

Masih dalam nuansa natal dan tahun baru, umat Allah Keuskupan Atambua merayakan 60 tahun menjadi imam, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD dan perayaan ulang tahunnya yang ke-89 di Katedral Atambua, Selasa, (2/2).

Sukacita terbaca dalam raut wajah sang jubilaris. Walaupun usia telah senja, Mgr. Anton tetap terlihat sehat dan bersahaja.

Perayaan syukuran dipimpin langsung oleh Mgr. Anton. Dalam kata pembuka dengan sentilan nada canda, ia mengungkapkan bila hingga saat ini fisiknya belum tua. Usia boleh bertambah tapi semangat hidup harus tetap dibangun.

“Walau sudah memasuki usia 89 tahun kelahiran dan merayakan 60 tahun menjadi imam, saya masih tetap sehat. Saya memang belum tua. Asam urat normal. Kolesterol normal. Tensi darah juga normal,” katanya disambut riuh tawa umat yang hadir dalam perayaan itu.

Kesaksian hidup Mgr. Anton sungguh dikagumi oleh banyak orang. Di antaranya ungkapan hati dari Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Atambua, P. Vincentius Wun, SVD sekaligus juga sebagai pengkotbah pada hari bahagia itu.

Dalam kotbahnya, Pater Vincent berkisah tentang sosok Mgr. Anton di masa dulu pengabdiannya sebagai imam hingga menjadi Uskup di Atambua. Pelayanannya sungguh total kepada umat. “Saya masih ingat kalau dulu sebagai imam muda, selalu singgah rumah. Menghabiskan waktu berapa jam untuk berbagi ceritera.

Ia sungguh dekat dengan umat yang dilayaninya bahkan kenal baik dengan umat yang selalu setia bersamanya dalam berpastoral,” cetusnya dengan nada datar. Lebih lanjut ia berkisah. Kesetiaan Mgr. Anton dalam panggilan ini memberi keteladanan bagi umat. Bagaimana kita bisa membangun kehidupan rohani yang lebih baik. Membangun kesetiaan dalam hidup berumah tangga sebagai suami istri dan kesetiaan dalam panggilan sebagai imam Tuhan.

Kekaguman yang sama disampaikan Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr. Dalam sambutannya secara lebih sederhana menggambarkan pribadi Mgr. Anton Pain Ratu sebagai sosok misionaris yang sejati. Membagi diri secara total kepada umat. Ia sungguh pribadi tangguh.

“Bisa dibayangkan dalam situasi sulit di jaman dulu, ia berpastoral dengan mengendarai sepeda motor. Bahkan bisa berkeliling hingga luar pulau. Ini sungguh luar biasa. Bahkan setelah masuk masa pensiun sebagai Uskup pun ia masih setia tinggal di tengah umat di Keuskupan Atambua. Banyak kebijakan pastoral yang telah dipersiapkannya dengan baik ketika masih menjabat sebagai Uskup. Salah satunya program 3 BER (Beriman, Berpendididkan, Berpengaruh, red.),” ungkap Mgr. Domi, Uskup pribumi pertama di Keuskupan Atambua ini.

Hadir dalam misa syukur ini para imam, biarawan-biarawati serta umat Katedral dan sekitarnya serta keluarga besar dari Jubilaris. Ada tarian Lamaholot yang mengiringi perarakan Mgr. Anton dan rombongan sebelum perayaan ekaristi dimulai.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here