Mgr Harun Yuwono: Pelihara Terus Nyala Api Roh Kudus

0
564 views
Mgr Harun Yuwono menerimakan Sakramen Krisma di Gereja Stasi St. Petrus Braja Asri, Way Jepara, Lampung Timur, Minggu (20/5). (Sesawi.Net/Loop/Sr Fransiska FSGM)

Monsinyur Yohanes Harun Yuwono minta para remaja krismawan memelihara ‘api roh kudus’ agar tetap menyala dan berani hidup baik, benar, adil, serta jujur.

Demikian disampaikan Uskup Keuskupan Tanjung Karang ini dalam homilinya saat menerimakan Sakramen Krisma di Gereja Stasi St. Petrus Braja Asri, Way Jepara, Lampung Timur, Minggu (20/5).

Menurut Harun, setiap gelaran akbar pertandingan olahraga entah PON, ASEAN Games, atau Olimpiade, api selalu dinyalakan sebagai tanda semangat yang harus terus menyala, kondisi fisik atlet yang harus selalu sehat dan penuh gelora. Api juga simbol pertandingan yang tidak menipu serta penuh rekayasa.

“Lebih dalam dari itu, api merupakan simbol permainan yang jujur, benar, dan adil. Itulah kerinduan terdalam manusia untuk hidup benar, adil dan jujur,”ujar Bapa Uskup di hadapan 98 orang penerima Sakramen Krisma yang datang Stasi Braja Asri, Pakuan Aji, Braja Gemilang, dan Braja Luhur.

Kalau kejujuran, kebenaran dan keadilan menjadi kerinduan setiap manusia, maka sesungguhnya kita tidak boleh takut hidup benar, jujur dan adil. “Karena kita ini ditumpangi, dihidupi, diresapi oleh Roh Kudus yang disebut Yesus sebagai Roh kebenaran dari Allah Bapa yang menuntun kita, memberi pengertian yang lengkap kepada kita mengenai Allah dan Yesus, putra-Nya,”ujar Harun.

Mgr Harun Yuwono dan para penerima Sakramen Krisma di Gereja Stasi St. Petrus Braja Asri, Way Jepara, Lampung Timur, Minggu (20/5). (Sesawi.Net/Loop/Sr Fransiska FSGM)

Demikian juga dengan seseorang yang telah diurapi minyak krisma. Ia berarti telah menerima ‘Api Roh Kudus’. Artinya sudah dewasa dalam iman. “Ia harus hidup baik dalam situasi apa pun, tidak perlu lagi disuruh bila saatnya harus beribadat. Ini Jumat Pertama, ayo berdevosi. Atau, ini hari Minggu lho, ayo ke gereja,”tegas Uskup.

Orang dewasa, lanjut Uskup, juga tampak saat berbicara dan mengungkapkan dirinya. “Kalau berkata bohong, kita mengungkapkan diri kita sebenarnya (red: sebagai pembohong). Bila kata-kata kita penuh kebenaran atau kelemahlembutan juga akan mengungkapkan siapa diri dan kualitas pribadi kita,”ujar Uskup.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here