Paus Fransiskus dan Juncta Militer Argentina (1)

1
2,313 views

Bergoglio tahbisan dan junta militer PERANGAINYA yang kalem, tenang, oleh banyak kalangan dipuja sebagai sikapsederhana.Namun, di mata pihak pengecamnya di Argentina sendiri, sikap kebiasaan lama Paus Fransiskus yang memang berperangai “diam” dan “tenang” saat masih menjabat Provinsial SJ dan kemudian Kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ sejenak mulai menuai kecaman luas di kalangan para pemerhati HAM.

Kecaman itu berasal dari mereka yang menuduh Jorge Mario Bergoglio SJ dianggap kurang responsive terhadap kondisi politik internal yang waktu itu tengah mencekam Argentina: dikuasai oleh rezim junta militer. Tak kurang beberapa aktivis HAM, termasuk para kolega romo Jesuit sendiri, malahi ikut menjadi korban keganasan rezim militer ini, entah diculik, dibunuh, dan ditembak mati.

Tulisan Jonathan Watts di media bergengsi terbitan Inggris sedikit mengulas hal itu.Terutama sikap perangai Kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ yang lebih banyak terkesan ‘menutup diri’ dan tidak terlalu suka menonjolkandiri.  Diamnya beliau sering dituduh sebagai bentuk ‘tidakpeduli’ atas rezim brutal junta militer yang selama kurun waktu tahun 1976-1983 menggenggam penuh kencang Argentina.

Bergoglio muda berjubah1Menurut tulisan Watts tersebut, sikap “tenang” itu pula yang beberapa hari terakhir ini seakan telah ‘membelah’ publik Argentina menjadi dua kubu: pendukung PausFransiskus yang mereka nilai rendahhati, tenang, dan bersahaja. Namun, kubu lain menohok keras bekas Kardinal Argentina itu sebagai sosok yang kurang ‘peduli’ terhadap nasib Argentina ketika masih dikangkangi rezim militer. “Saya tak bisa percaya (bagaimana beliau bisa menjadi Paus?). Saya galau luar biasa dan dilanda kemarahan,” tulis Graciela Yorio dalam sebuah surat listrik yang dikirim ke kantor berita Argentina, Kamis pekan lalu..

Kegalauanseorang Graciela Yoriomemangmasukakal.

Tahun 1976, kakaknya yang bernama Orlando Yorio bersama seorang pastur Jesuit bernama Romo Fransisco Jalics secara mendadak diculik brutal oleh pasukan AL Argentina dari sebuah perkampungan kumuh di Ibukota Buenos Aires. Mereka berdua kemudian dibawa pergi dan disekap di sebuah kamp penyiksaan di ESMA Camp dekat sebuah navy base di Buenos Aires untuk proses interogasi.

Di tempat yang sama pula, dikabarkan sedikitnya 5.000-an orang pernah disekap, disiksa, dan kemudian tidak pernah bisa pulang lagi karena sudah ditembak mati atau dipopor keras dengan benda tumpul sampai sekarat dan meninggal.

Kelompok HAM ini juga menuduh Kardinal Bergoglio SJ saat masih menjadi Provinsial SJ di Argentina tak mampu berbuat banyak untuk menyelamatkan 2 rekan Jesuit anggota Serikat Jesus Provinsi Argentina yang diciduk junta militerk arena terjun ke politik praktis.

Kritik pedas itu setidaknya telah diungkapkan oleh HoracioVerbitsky, wartawan dan penulis buku bertitel El Silencio(Diam) yang antara lainmenyoroti ketidakmampuan Bergoglio SJ melindungi dua imam Serikat Jesus yang diciduk paksa oleh junta militer Argentina.

argentina junta militer lengkapDengan garang, Verbitskhy menuduh Bergoglio dalam kapasitasnya selaku Provinsial memang sengaja membiarkan kedua rekan koleganya sesama Jesuit itu diciduk tentara, sementara di sisi lain suka menyuarakan perang melawan ketidakadilan.

Tuduhan Verbitsky tidak serta merta membuat goyah pendirian Bergoglio atas sikapnya yang cenderung ‘tenang’ itu.

Menurut  Robert Cox,mantan editor senior di koran Buenos Aires Herald, tuduhan itu sama sekali tidak benar. “Penulis itu tidak paham betapa kompleksnya masalah saat itu di Argentina, terutama ketika segala sesuatu dalam sekejap bisa berubah menjadi bahaya atau ancaman,” tutur editor berpaspor Inggris ini.

Harian Buenos Aires Herald termasuk media papan atas yang dengan mendetil melaporkan berita penculikan dan pembunuhan para aktivis penentang rezim junta militer Argentina dengan “bahasa apa adanya”. Cox  balik menuduh Verbitsky tidak paham situasi di lapangan saat itu yang teramat genting.

Bahaya dan ancaman pembunuhan juga sempat diterima Robert Cox ketika tahun 1979 keluarganya mendapat ancama penculikan dan dibunuh. Karena kondisi kritis seperti itu, Cox akhirnya pindah ke North Carolina. Namun, dia pribadi sebenarnya berharap bahwa Pater Provinsial SJ Provinsi Argentina waktu itu –Bergoglio SJ—bisa berbuat lebih misalnya dengan “Jangan terlalu diam”.

Sikap sama juga diperlihatkan oleh Adolfo Perez Esquivel, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1980 atas keberaniannya menentang rezim dictator junta militer Argentina. Menurut dia, Provinsial Pater Bergoglio boleh dibilang nyalinya tidak sama dengan para Jesuit lainnya di lapangan –mungkin karena jabatan dan kedudukannya sebagai pemimpin ordo provinsi SJ setempat—tapi “Yang pasti, tidak pernah ada cerita beliau pernah diam-diam menjadi sekutu junta militer”.

Kesaksian yang pernah dilakukan Francesca Ambrogetti memperkuat “temuan” tersebut.

Sekali waktu, Pater Provinsial Bergoglio SJ nekad menemui penguasa junta militer Argentina Jenderal Jose Rafael Videla dan Admiral Eduardo Massera untuk menyuarakan kepentingan Gereja sebagai “suara kontra” melawan junta militer. Ambrogetti malah menyatakan, kehadiran pater provincial SJ itu justru menyuarakan betapa Bergoglio berani ambil risiko. “Saya yakin sepenuhnya, dia telah berbuat banyak hal untuk masa itu. Memang kondisi politik saat itu begitu kompleks dan sulit menjelaskan ini untuk beberapa tahun setelahnya,” tuturnya.argentina dan korban junta militer

Dalam sebuah wawancara di tahun 2005, Kardinal Bergoglio SJ bahkan sudah secara gamblang menjelaskan posisinya saat itu: datang menemui petinggi junta militer untuk minta jaminan keselamatan bagi para Jesuit yang disekap di kamp militer. “Persis di malam itu juga ketika terbetik berita ada berita penangkapan (terhadap para Jesuit), saya berinisiatif datang menemui Videla. Itu terjadi karena pastur tentara yang biasa memberikan layanan sacramental di kalangan tentara tiba-tiba sakit dan saya ‘berhasil menyusup’ masuk menggantikannya.”

Justru karena berhasil menyusup itulah, Bergogli berkesempatan ngobrol dengan penguasa junta militer untuk menyuarakan kepentingan Gereja. Sebuah risiko yang gawat, apabila penguasa Argentina saat itu tiba-tiba malah tersinggung dan marah hingga akhirnya berujung pada penganiayaan. (Bersambung)

1 COMMENT

  1. Sikap diam dan cara hidup sederhana , asketis , sikap hidup Altruisme adalah sikap yang sempurna , perlawanan secara spiritual sebagai senjata Pamungkas terhadap kekuasaan Dunia .
    Sikap inilah yang seharusnya diteladani oleh kita dari sosok Paus Francis. Karena inilah sikap hidup sesuai Kehendak Allah .
    Karena kekuasaan duniawi juga tinggal kokoh didalam benak kita dan mengontrol hidup kita sehingga kita tidak berkutik .
    Memberikan perlawanan ala Hugo Chaves atau ala Ahmad Dimejad tidak akan menyadarkan dunia ini , justru lebih menambah carut marut dan menambah penderitan manusia .

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here