Pelita Hati: 02.06.2018 – Beriman Dewasa bukan Mengada-ada

0
801 views

Bacaan Markus 11:27-33

Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” Jawab Yesus kepada mereka: “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!” Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Maka kata Yesus kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” (Mrk 11:27-30.33)

Sahabat terkasih,

KEMARIN kita merenungkan  Yesus yang bertindak di Bait Allah dan menghentikan segala aktivitas komersial (para pedagang) yang ada di dalamnya. Hal ini sudah barang tentu mengejutkan banyak orang,  baik para pelaku ‘bisnis’ maupun para penguasa di Bait Allah. Itulah sebabnya kini para pemimpin agama mempertanyakan otoritas Yesus sehingga merasa berhak melakukan semua tindakan itu. Pertanyaan yang diajukan sejatinya merupakan jebakan dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengajukan Yesus ke pengadilan agama. Namun  akal busuk para imam kepala dan ahli Taurat  sudah diketahui oleh Yesus, karenanya Dia  menanggapi pertanyaan mereka dengan cara-Nya, Tuhan justru balik bertanya.

Sahabat terkasih,

Dengan demikian Tuhan tidak sedang berdebat kusir atau menghindar karena tak bisa menjawab pertanyaan mereka namun Tuhan merasa tidak perlu untuk menjawab pertanyaan mereka.  Mengapa? Para imam kepala dan ahli Taurat sejatinya sudah sangat tahu pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan Tuhan, namun mereka seakan tidak mau tahu. Mereka bertanya bukan karena ingin tahu dan dilandasi oleh sikap percaya tetapi karena ingin mencari-cari kesalahan Yesus. Semoga kita pun tidak mewarisi sikap dan tabiat para ahli Taurat yang suka mencari-cari kesalahan sesama bahkan Tuhan sendiri. Kita adalah pribadi-pribadi beriman dan sungguh percaya pada karya Tuhan.  Semoga hidup kita mencerminkan sikap beriman yang dewasa bukan beriman yang mengada-ada.

Jika ingin hidup nyaman,
hindari sikap bermusuhan.
Apa tandanya sungguh beriman?
Percaya pada penyelenggaraan Tuhan.

dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, rm.Istoto

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here